"Ya Allah. Ijin aku memiliki calon suami setampan pria yang ada sebelahku ini," ucap Rani dengan suara yang cukup keras membuat seorang Khalid tersenyum samar karena ia paham dengan bahasa Rani.
"Aamiin ya Allah kabulkan doa bidadari ini karena aku sendiri yang akan menjadikan dirinya sebagai istriku," lirih Khalid mengaminkan doa Rani lalu mengikuti langkah Rani yang ingin keluar dari lingkaran tawaf.
Sedetik Cinta di tanah nabi
Dia hadir tanpa permisi
Mengisi relung menyesap lambat
Ku tolak ia ku takut murkaNya
Yang ada ia menyusup hadir mendiami jiwa..
Aku terdiam menikmati lezatnya.Merasakan nuansa yang tak ingin usai
Waktu berlalu tanpa pamit
Sedetik hadirmu mengusir lara..ku takut sepi menyapa jua seperti gelap tak pernah iba tuk hadirkan malam..
Aku takut melepaskan detik cinta tertinggal mimpi ...ku ingin miliki dia karena ku damba... hadir mu singkat hilang tak dapat kutahan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Karena Cinta
Setelah dilakukan beberapa pemeriksaan dan memastikan kondisi Rani akan kembali pulih setelah melakukan perawatan intensif, dokter Senna menemui Khalid. Begitu pintu dibuka, Khalid segera mendekati sang dokter yang menatapnya dengan tatapan sendu.
"Bagaimana keadaan istri saya, dokter?" tanya Khalid.
"Kabar baiknya kalau istri prince akan pulih secepatnya. Dan kabar lainnya....-" Dokter Senna tidak mampu melanjutkan kabar yang satu ini.
"Tolong lanjutkan dokter!" desak Khalid penasaran.
"Janinnya tidak dapat bertahan karena faktor ibu yang tidak mendapatkan asupan makanan. Kami sudah melakukan kuret agar rahim beliau bersih dan bisa kembali hamil," ucap dokter Senna hati-hati.
Khalid terlihat kecewa sambil mengusap air matanya dan mengucapkan kalimat istidraj. Namun dia tetap bersyukur bisa menemukan istrinya dalam keadaan hidup.
"Apa yang terjadi jika aku tidak bisa menemukan istriku? Aku bisa kehilangannya untuk selamanya," gumam Khalid.
"Prince bisa menemuinya setelah dipindahkan ke ruang rawat. Saya ijin kembali ke dalam dulu prince," ucap dokter Senna.
Khalid termangu di tempat. Ia tidak menyangka jika istrinya telah mengandung anak mereka. Buah hati yang sedang ia nantikan selama ini. Memang semua ini adalah bagian dari takdir namun ulah manusia serakah yang menjadikan istrinya sebagai alat balas dendam.
"Aku tidak akan membiarkan hidup kalian tenang Yusuf dan kau Zakiyah. Karena kedengkian mu kau berubah menjadi musang berbulu domba," gumam Khalid menyandarkan punggungnya di dinding sambil menunggu istrinya keluar dari kamar operasi.
brangkar Rani keluar disambut oleh Khalid. Rani yang sudah siuman nampak terdiam menatap orang sekitarnya. Ia merasa ini bagian dari mimpinya. Tidak ada kalimat dari mulutnya. Ia seperti masih syok dengan apa yang telah dialaminya.
Khalid hanya bisa berjalan di sisi istrinya sambil menggenggam tangan Rani. Pergolakan batinnya yang terus memaksa pikirannya untuk membalas perbuatan keluarga tuan Yusuf.
Tiba di kamar, brangkar Rani disetting agar wanita cantik ini merasa nyaman. Kedua suster pamit pada Khalid yang masih tenggelam dengan pikirannya.
"Ya Allah. Apakah istriku tahu kalau dia sedang hamil? Kurasa tidak. Karena kami berpisah di hari yang sama. Dia tidak mungkin mengetahui kalau dirinya hamil," ucap Khalid memutuskan untuk tidak memberitahukan kehamilan Rani yang sudah diambil oleh sang Khaliq.
Ia mendekati Rani melihat wajah cantik nan pucat itu menatapnya kosong." Sayang. Apakah kamu tidak merindukanku, hmm?" tanya Khalid mengecup pipi Rani namun Rani enggan untuk menjawab.
Khalid merasa bingung dengan sikap istrinya. Ia segera menghubungi dokter untuk menanyakan perihal keadaan Rani. Satu pekan berpisah dengan istrinya sangat membuat dirinya merindukan sosok Rani.
"Ada yang bisa saya bantu prince?" tanya dokter.
"Lihatlah istriku dokter! Dia tidak bergeming sama sekali saat aku mengajaknya bicara," ucap Khalid sendu.
"Traumanya terlalu dalam prince. Ia sedang berada di dalam kegelapan. Ia hanya butuh perhatian dan cintamu agar kondisinya kembali pulih. Karena cinta mahluk apapun yang hampir mati akan kembali hidup. Tidak ada yang bisa mengobati seseorang kecuali orang terdekatnya yang akan membangkitkan lagi semangat hidupnya," jelas dokter Senna.
"Apakah istriku tidak membutuhkan dokter psikiater, dokter?"
"Tidak perlu prince. Seorang istri hanya butuh suaminya karena suaminya lebih tahu cara menyentuh jiwanya. Kembalikan kehidupannya agar ia bisa merasakan cinta mu lagi," ucap dokter Senna membesarkan hati Khalid.
"Kalau begitu bawa pulang istriku ke rumahku dokter. Aku hanya ingin berdua dengannya jika obatnya adalah aku sendiri," ucap Khalid.
"Baiklah prince. Aku yakin princess akan cepat pulih berada dalam pengawasan langsung oleh suaminya," ucap dokter Senna memberi dukungannya pada Khalid yang mengangguk lembut.
"Sayang. Kita akan pulang ke istana kita. Istana yang ku bangun untukmu di mana cinta kita akan tumbuh bersama dengan buah hati kita yang banyak nantinya. Pasti kita akan bahagia karena sudah melewati ujian cinta diawal pernikahan kita," ucap Khalid mengecup tangan lembut istrinya.
...----------------...
Khalid tidak ingin ada penyambutan apapun untuk kepulangan istrinya di istana pribadinya. Hanya ada beberapa pelayan yang menyiapkan apa yang dibutuhkan oleh mereka berdua.
Rani digendong oleh Khalid menuju kamar mereka. Khalid seperti bicara dengan boneka hidup. Setelah membuat istrinya nyaman di tempat tidur mereka, Khalid membuka jilbab Rani.
Rambutnya tampak kasar dan sedikit berminyak. Khalid meneruskan membuka baju yang dikenakannya Rani dan betapa kagetnya Khalid saat melihat sekujur tubuh Rani penuh dengan luka lebam. Bertambah lah emosi Khalid pada kelurga Yusuf.
"Pantesan istriku sangat trauma. Rupanya mereka menyiksa fisik dan mentalnya. Ya Allah, kenapa dokter Senna tidak mengatakan apapun padaku?" geram Khalid makin menjadi.
"Kamu mau mandi bersamaku sayang. Aku juga rindu ingin memandikanmu," ucap Khalid yang langsung menggendong istrinya ke kamar mandi.
Ia ingin merawat tubuh istrinya sendiri. Khalid keramas rambut Rani dan memberikan beberapa obat rambut dengan aroma lembut agar kulit kepala Rani kembali sehat.
Khalid tidak memikirkan syahwatnya ketika melihat tubuh polos istrinya. Yang ia ingin Rani cepat pulih baik mental maupun fisik. Usai memastikan Rani rapi dan wangi, Khalid dengan telaten menyuapi makan Rani.
"Sayang. Makan dulu ya ..!" bisik Khalid lembut. Rani membuka mulutnya dan menerima tiap suapan suaminya dengan tatapan masih kosong.
"Sabar Khalid. Rani butuh waktu untuk sembuh. Jangan memaksanya untuk kembali ke dunianya," batin Khalid menghibur dirinya sendiri.
Khalid makan nasi dipiring yang sama dengan sang istri. Ia hanya bisa menangisi kebodohannya karena terlambat menemukan istrinya.
Sementara di rumah sakit di mana Sarah dirawat sedang berkumpul para dokter. Keadaan Sarah yang sebulan lagi harus melakukan operasi sesar namun dokter tidak bisa mengambil keputusan kalau Sarah dan bayinya akan selamat.
"Bagaimana ini dokter Gena?" tanya dokter Diffa.
"Masih sebulan lagi untuk melakukan operasi sesar pada princess Sarah. Kita menunggu kesembuhan dokter Rani. Aku yakin beliau akan menangani adik iparnya sendiri. Allah tidak mungkin menguji hambaNya diluar kemampuan hambaNya," ucap dokter Genah.
"Aamiinn...!" doa para dokter itu agar Rani dan Sarah melewati masa kritis mereka bersama lebih cepat.
Di kamar berbeda, nyonya Sheza sibuk menanyakan kondisi menantunya Rani pada Syam.
"Apakah menantu ku baik-baik saja?" tanya nyonya Sheza.
"Princess Rani sudah dibawa pulang oleh putra anda nyonya," ucap Syam.
"Alhamdulillah. Itu berarti menantuku Rani akan menolong Sarah. Tolong bawa aku kepadanya. Aku ingin bertemu dengan Rani. Aku ingin minta maaf pada Rani karena sikapku yang terlalu egois padanya," desak nyonya Sheza.
"Maafkan saya nyonya. Sepertinya nyonya tidak bisa bertemu dengan princess Rani dalam waktu dekat ini. Beliau masih dalam masa pemulihan," jelas Syam.
"Iya aku paham Syam. Tapi aku hanya ingin berkenalan dengannya dan bicarakan beberapa hal penting padanya. Aku tidak akan mengganggu istirahatnya," protes nyonya Sheza.
"Bagaimana nyonya mau mengajaknya bicara kalau dia sendiri tidak bisa mengenal dirinya apalagi putra anda nyonya," jujur Syam membuat nyonya Sheza bingung.
"Maksud kamu apa Syam?"