NovelToon NovelToon
Titik Balik Kehidupan Elena

Titik Balik Kehidupan Elena

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / One Night Stand / Keluarga
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: CHIBEL

Kehidupan Elena awalnya baik-baik saja, tapi semuanya berubah saat dia melihat adiknya--Sophia berselingkuh dengan kekasihnya.

Tak hanya itu, Sophia juga memfitnahnya dengan tuduhan pembunuhan terhadap Kakek mereka. Hal itu membuat Elena harus mendekam di dalam penjara selama 5 tahun. Dia kehilangan semuanya dalam sekejap mata.

Elena akhirnya menyadari bahwa Sophia telah merencanakan semuanya sedari awal. Sang adik menggunakan kepribadian yang manis untuk menjebaknya dan mengambil alih harta keluarga mereka.

Setelah keluar dari penjara, dia bertemu dengan seorang pria yang membawa perubahan besar dalam hidupnya. Apakah Elena bisa memulihkan namanya dan membalaskan dendamnya pada sang adik?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 - An An dan Ken Ken

Di dalam apartemennya, Matthew menggendong Ken dengan wajah lelah, "Tidur, Ken! Ibumu berkata akan pulang telat, jadi kamu harus tidur dulu."

Kenneth melonjak-lonjak di gendongan pamannya dan menggeleng keras. "Tidak maw! Ken nggu Mama!"

"Cepat tidur!" perintah Matthew dengan garang.

Ken menangis keras, "Huwaaaaa.... Ken maw Mama!"

"Cepat tidur. Kalau tidak segera tidur, peri gigi akan mengambil gigimu malam ini," ucapnya menakut-nakuti Ken. Dia hendak menidurkan balita itu, tapi Ken mencengkeram kuat kaosnya.

"Huwaaa.... Paman Matt jahat!"

Matthew memijat pelipisnya, "Demi Tuhan kau benar-benar mirip denga Ibumu!"

Ting tong

Ting tong

Suara bel apartemen seolah memberikan angin segar bagi Matthew yang kepalanya sudah pening. "Itu pasti Elena!" ucapnya.

Dengan semangat 45, dia berjalan cepat dengan menggendong untuk membuka pintu, "Akhirnya kamu pulang juga!" ucapnya sembari menarik kenop pintu.

"Cepat bawa anakmu pergi! Dia terus berteriak dan membuat telingaku sakit," ucap Matthew setelah pintu terbuka, dia menyerahkan Ken kepada orang yang berdiri di depan pintu tanpa melihat wajahnya dulu.

Merasa tidak ada respon, Matthew mendongakkan kepalanya. Kedua bola matanya melebar sempurna, "Dia bos besar dari club Royal Palace, kan? Kenapa dia tiba-tiba muncul di sini?!" batinnya.

Tak lama kemudian Elena keluar dari balik punggung Andreas, matanya menatap tajam Matthew yang terlihat kebingungan.

"Ken, ayo ikut Mama," ucap Elena, dengan begitu Ken langsung melonjak ingin digendong Ibunya.

Matthew menatap adegan di depannya dengan mata berbinar, meskipun dia tidak mengerti kenapa orang sepenting ini datang ke sini, apalagi bersama Elena.

"Elena, kau tidak ingin memperkenalkannya padaku?" tanya Andreas sembari menatap Ken.

Mata Elena menyipit, "Tidak ada yang perlu diperkenalkan denganmu. Sekarang kau sudah melihatnya, aku tidak berbohong, kan? Jadi kau bisa pergi sekarang."

Andreas menatap lekat wajah Kenneth. "Dia tidak mirip denganmu," ucapnya. Setelahnya dia menatap Matthew yang masih berdiri di depannya, "Dia juga tidak mirip dengan pria ini," lanjutnya.

Mendengar hal itu, Matthew menggeleng keras. "Tentu saja tidak mirip denganku, dia bukan anakku!" ucapnya dengan tegas.

Hal itu membuat Elena kembali menatapnya tajam, "Jadi kau bukan kekasihnya?" tanya Andreas, pria itu menatap Elena dengan senyum miring.

Matthew menggeleng, "Tentu saja bukan. Aku adalah temannya, dan kami berbagi tempat tinggal. Saat dia bekerja aku membantu menjaga anaknya, itu saja."

"Ah ya, aku harus pergi karena sudah ada janji dengan teman-temanku. Kalian bisa berbicara berdua, aku permisi," lanjut Matthew dan langsung pergi dari suasana yang terasa mencekam itu.

Elena menghela napas, ingin marah juga percuma karena kedatangan Andreas di luar kuasanya. Akhirnya dia memutuskan untuk masuk, Ken sudah terkantuk-kantuk di dalam gendongannya.

Hap! Saat dia ingin menutup pintu, Andreas menahan pintu tersebut.

"Apa lagi, kamu sudah melihatnya, dan aku sudah menjelaskannya padamu," kata Elena dengan malas.

"Katamu kamu punya pacar, di mana dia? Aku akan pergi setelah melihatnya," balas pria itu dengan senyuman.

"Dia tidak akan pulang karena bekerja shift malam," balas Elena seadanya.

Wanita itu berjalan masuk diikuti Andreas setelah menutup pintu, "Tidak pulang?" ulang Andreas, terselip kebahagiaan di setiap katanya.

"Tempatmu bagus, aku akan tidur di sini malam ini," lanjutnya langsung menjatuhkan tubuh bongsornya di atas sofa.

"Tidak ada tempat tidur kosong, hanya ada boks bayi. Kau tidak mungkin merebut tempat tidur anakku, kan?" balas Elena dengan tatapan garang.

Andreas tersenyum miring, "Aku tidak keberatan berbagi tempat tidur denganmu."

Elena hampir saja menyemburkan sumpah serapah, tapi Ken yang berada di gendongannya tiba-tiba minta turun. "Tulun, tulun Ma," ucapnya cadel.

Mau tidak mau Elena menurunkan putranya, tak lama kemudian kaki pendek Ken berjalan ke arah Andreas dan naik ke pangkuannya.

Andreas tentu saja terkejut, tapi dia segera tersenyum, "Siapa namamu, Nak?" tanyanya lembut.

"Ken!" jawab balita itu dengan antusias.

"Hanya "Ken"?"

Mendengar pertanyaan itu Kenneth menoleh ke arah Ibunya, "Tanya Mama," ucapnya sembari menunjuk Ibunya.

Andreas tertawa, lucu sekali anak ini, batinnya.

"Nama Paman siapa?" ucap Ken balik bertanya.

"Namaku Andreas."

Wajah Ken tiba-tiba menjadi sumringah, "An An!," ucapnya menunjuk Andreas. "Ken Ken!" lanjutnya sembari menunjuk dirinya sendiri.

Kedua manusia berbeda usia itu tertawa bersama, Andreas mencium pipi gembil Ken, begitupun Ken yang membalas mencium Andreas.

Elena yang melihat pemandangan itu hanya bisa menghela napas kasar. Dia menjauh dari ruang tamu lalu menelepon Matthew, beberapa kali dia mencoba, tetapi nomor yang ia tuju tidak tersambung.

Wanita itu menatap keluar jendela, di luar sedang hujan deras, sedangkan saat keluar tadi hanya mengenakan celana selutut serta kaos tipis, bagaiamana jika dia masuk angin? pikirnya.

Elena mengintip anaknya dari balik tembok, putranya itu sedang duduk di pangkuan Andreas. Sedangkan pria itu sedang membaca buku dongeng.

"Sang pangeran mengendarai naga raksasa dan memegang pedang untuk menyelamatkan putri kesayangannya..."

Ken terperanjat dan ikut melihat buku dongengnya, "Tunggu, tunggu sebental. Bukankah pangelan menunggang kuda putih?" ucapnya dengan wajah penasaran.

Andreas lansung menunjuk gambar yang ada di buku dongeng, gambar seekor naga besar berwarna coklat. "Di buku jelas-jelas dia sedang menunggangi seekor naga," balasnya.

Ken mencengkeram pipi Andreas dengan kuat, "Tidak! Mama bilang pangelan hanya naik kuda putih, Paman bodoh!" ucapnya tidak terima.

"Tapi itu naga raksasa," balas Andreas masih pada kenyataannya.

Elena melihat itu dengan isi hati yang berkecamuk, "Ken hanya lengket denganku dan Matthew, ini pertama kalinya dia bertemu Andreas tetapi sudah menempel padanya. Apakah ini yang disebut hubungan darah?" ucap Elena di dalam hati.

Elena akhirnya mendekat, "Ekhem."

Dia berdehem untuk menarik atensi Andreas, "Berikan Ken padaku, ini sudah waktunya dia untuk tidur," ucap wanita itu sembari mengulurkan tangannya, Ken sudah menutup kedua mata bulatnya di pangkuan Andreas.

"Biarkan saja, aku akan menaruhnya di tempat tidurnya saat dia sudah nyenyak," balas Andreas.

"Kamu sudah bersamanya dari tadi, malam mulai larut dan kamu harus pulang."

Andreas menatap Elena sekilas, "Dia memiliki temperamen yang kuat saat marah, tapi juga bisa lembut seperti sekarang. Aku akan mengikuti kelembutannya," batin pria itu.

"Maaf, aku tidak memperhatikan waktu, sudah waktunya aku pergi," ucapnya. Kemudian pria itu berdiri dan membaringkan Ken di atas sofa.

"Pakai ini, aku memberikannya untukmu," ucap Elena, dia memberikan sebuah payung lipat pada Andreas.

Andreas tidak menerima payung itu, "Bolehkah aku datang lagi?" tanyanya.

"Aku pikir urusan diantara kita sudah selesai dan tidak ada alasan untuk bertemu lagi."

Andreas terkekeh, "Kalau begitu bisakah aku mengatakan sesuatu kepada si kecil ini sebelum pulang?"

Elena tidak mengatakan setuju atau tidak, tetapi Andreas tetap mendekati Ken. Pria itu berjongkok dan mengelus rambut hitam si balita, "Anak manis, aku harus pulang. Ibumu tidak mengijinkanku untuk melihatmu lagi, jadi paman ingin mengucapkan selamat tinggal padamu."

Hap!

Seolah terkena mantra sihir, Ken mencengkeram lengan kemeja Andreas, "Peluk Ken," ucap anak itu dengan mata berkaca-kaca, sepertinya anak itu belum benar-benar tidur.

Andreas lantas menuruti permintaan Kenneth, "Di luar hujan deras, jadi paman harus segera pulang," ucapnya.

"Di lual hujan? Itu bisa membuat Paman An basah, dan Mama mengusil Paman?" ucap Ken.

"Kenneth, anak-anak tidak boleh ikut campur urusan orang dewasa. Kenapa kamu bangun, cepat tidur lagi," ucap Elena dengan suara yang cukup keras.

Ken semakin mengeratkan pelukannya di leher Andreas, air matanya sudah terkumpul di pelupuk mata. "Huwaaa.... Hali ini Mama aneh, Mama jadi galak."

"Sudah, sudah. Jangan menangis, jangan menangis," kata Andreas menenangkan Ken yang sudah menangis keras.

Andreas menatap Elena, wanita itu diam sejenak lalu ikut berjongkok, "Baiklah, Mama mengalah. Mama tidak akan mengusir paman ini," putusnya dengan pasrah.

Tanpa keduanya sadari Andreas menyunggingkan senyum. Rencananya berhasil.

Bersambung

Terima kasih sudah membaca 🤗

1
neur
lanjuuuut KK 👍😎
Cha Sumuk
kirain setelah klr dr penjara lebih badas dn jd wanita tangguh eh ga taunya lemah lembek mf ga lnjut bc lh bikin greget aja
Sindy Puspita: Sebelumnya terima kasih sudah mampir🤗 kalau ada waktu lagi, bisa baca bab 10 ke atas ya kak, nnti bisa lihat balas dendam Elena di mulai
total 1 replies
Sindy Puspita
Yang mau ikutan ngelabrak si Sophia besok kumpul di pertigaan rumahnya Elena ya🤭
tutiana
cepetan Ndree,,, awas hilang jejak lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!