NovelToon NovelToon
SUAMI TAK PERNAH KENYANG

SUAMI TAK PERNAH KENYANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Angst / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Euis Setiawati

Judul: Suamiku Tak Pernah Kenyang
Genre: Drama Rumah Tangga | Realistis | Emosional

Laila Andini tak pernah membayangkan bahwa kehidupan rumah tangganya akan menjadi penjara tanpa pintu keluar. Menikah dengan Arfan Nugraha, pria mapan dan tampak bertanggung jawab di mata orang luar, ternyata justru menyeretnya ke dalam pusaran lelah yang tak berkesudahan.

Arfan bukan suami biasa. Ia memiliki hasrat yang tak terkendali—seakan Laila hanyalah tubuh, bukan hati, bukan jiwa, bukan manusia. Tiap malam adalah medan perang, bukan pelukan cinta. Tiap pagi dimulai dengan luka yang tak terlihat. Laila mencoba bertahan, karena “istri harus melayani suami,” begitu kata orang-orang.

Tapi sampai kapan perempuan harus diam demi mempertahankan rumah tangga yang hanya menguras

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Euis Setiawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Godaan di siang hari

Mobil hitam Arfan perlahan melaju keluar dari pekarangan rumah, meninggalkan aroma parfum maskulin yang bercampur samar dengan wangi tubuh Bi Ratmi yang masih menggantung di udara. Siang itu matahari memang terik, tapi hawa panas yang sesungguhnya bukan berasal dari luar, melainkan dari dalam rumah itu dari percikan hasrat yang nyaris tak terkendali di kamar tadi.

Bi Ratmi berdiri di ambang pintu, tangannya memegang kusen kayu, tatapan matanya mengikuti punggung Arfan sampai mobil itu menghilang di tikungan. Senyumnya tipis, namun ada kilatan puas yang sulit disembunyikan.

“Sebentar lagi kamu pasti nggak bisa jauh dari aku, Mas Arfan… tinggal tunggu waktu,” gumamnya pelan, seakan ia sudah bisa memprediksi alur nasibnya sendiri.

Ia lalu menutup pintu pelan-pelan, berjalan ke dalam sambil menyentuh bibirnya sendiri, teringat detik-detik saat dada bidang Arfan berada begitu dekat dengannya. Ingatannya melayang ke tatapan mata pria itu—tatapan yang awalnya kaget, lalu beralih menjadi tatapan yang penuh gairah. Itu tatapan yang tak pernah ia lihat saat Arfan berbicara pada Laila.

Hatinya berdegup cepat, bukan karena takut, tapi karena puas. Bagi Bi Ratmi, ini adalah kemenangan kecil.

Sementara itu, di rumah sederhana milik ibu Laila yang berada di pinggiran kota, suasana jauh berbeda. Udara siang hari terasa sumuk, angin hanya sesekali menyapu dedaunan mangga di halaman. Laila duduk di ruang tamu, menatap kosong ke arah pintu yang terbuka separuh. Sesekali ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan gejolak di dalam hatinya.

Sejak semalam, rasa cemas itu tak mau hilang. Entah kenapa, bayangan Arfan dan Bi Ratmi terus muncul di pikirannya. Ada rasa tidak enak yang menggelayuti dada rasa yang sulit dijelaskan.

Ibu Laila, seorang perempuan paruh baya dengan wajah teduh dan penuh kasih sayang, sedang duduk di kursi rotan, merajut tas belanja dari tali plastik bekas. Dari tadi, ia memperhatikan Laila yang kelihatan tidak fokus.

“Nak, kamu kenapa? Seperti ada yang dipikirin berat?” tanya ibu, menghentikan aktivitas merajutnya.

Laila tersentak kecil, lalu memaksakan senyum.

“Ah… nggak, Bu. Aku cuma agak lelah aja,” jawabnya singkat.

Ibu mengangguk pelan, meski di dalam hatinya ia tidak sepenuhnya percaya. Ia tahu betul anaknya ini semenjak menikah dengan Arfan, Laila memang menjadi lebih tertutup, jarang bercerita tentang rumah tangganya. Ibu hanya bisa menduga, mungkin ada hal-hal yang sengaja disimpan Laila agar ibunya tidak ikut terbebani.

Waktu berjalan, tapi rasa cemas itu justru makin menjadi-jadi. Laila merasa ada sesuatu yang sedang terjadi di rumahnya. Bayangan wajah Bi Ratmi tiba-tiba muncul di kepalanya. Ia memang pernah memperhatikan cara pembantunya itu melihat Arfan terlalu berani, terlalu menatap dari ujung kepala sampai ujung kaki tanpa malu.

Tapi selama ini Laila mencoba menepis pikirannya sendiri. Ia takut dibilang cemburu berlebihan. Lagipula, ia selalu percaya Arfan cukup setia. Namun entah kenapa, firasatnya kali ini terasa begitu kuat, seperti ada yang sedang menggerogoti rumah tangganya dari dalam.

Ia memandang ibunya yang kini kembali merajut.

“Bu…” panggilnya lirih.

“Iya, Nak?”

“Kalau… kalau istri itu punya firasat buruk tentang suaminya, kira-kira itu cuma perasaan atau tanda-tanda beneran ya, Bu?”

Ibu berhenti merajut, memandang anaknya lekat-lekat.

“Firasat perempuan itu jarang salah, Laila. Apalagi kalau yang kita pikirin itu orang terdekat. Biasanya hati kita udah bisa ngerasain, meski mata belum lihat.”

Jawaban itu membuat dada Laila semakin sesak.

Di rumah, setelah Arfan pergi, Bi Ratmi langsung masuk ke kamarnya. Ia membuka lemari kecil yang penuh dengan pakaian seadanya, lalu mengeluarkan satu set gaun tidur tipis yang pernah ia beli diam-diam dari uang gajinya. Gaun itu bukan untuk dipakai tidur biasa—ini adalah senjata rahasia.

“Nanti malam, aku harus bikin dia makin nggak bisa lupa sama aku,” batinnya sambil memandangi bayangan dirinya di cermin.

Ia bahkan sudah membayangkan bagaimana nanti kalau Laila tidak ada di rumah untuk beberapa hari, ia akan lebih mudah mendekati Arfan. Ia tahu kelemahan majikannya itu—tidak pernah bisa menolak godaan fisik, apalagi jika sudah disentuh dengan cara yang tepat.

Bi Ratmi juga mulai merencanakan untuk membuat Arfan merasa bahwa hanya dia yang bisa memberikan “perhatian” yang berbeda, yang mungkin Laila tidak lakukan.

Di perjalanan menuju kantornya, Arfan mencoba fokus mengemudi. Tapi pikiran tentang Bi Ratmi terus saja muncul. Sentuhan tadi di kamar membuat jantungnya berdetak tak karuan. Ia bahkan merasa bersalah, tapi rasa bersalah itu bercampur dengan rasa penasaran yang membakar.

“Ini nggak boleh kebablasan… tapi, dia memang… ah, gila… wangi banget,” pikirnya sambil menggelengkan kepala.

Sesampainya di kantor, ia mencoba menenangkan diri. Tapi setiap kali ia mengancingkan kemeja yang tadi dipakaikan Bi Ratmi, ingatan itu kembali. Bahkan aroma parfum yang dipakai pembantunya itu masih menempel samar di pakaiannya.

Arfan tahu, kalau ia tidak mengendalikan diri, suatu saat ia bisa terjebak dalam situasi yang sulit. Namun di sisi lain, bagian dari dirinya merasa… ingin kembali merasakannya.

Malam itu, Laila masih menginap di rumah ibunya. Arfan pulang ke rumah setelah meeting. Ia membuka pintu rumah, dan langsung mencium aroma wangi yang familiar aroma yang sama seperti siang tadi.

Bi Ratmi muncul dari dapur, kali ini tidak memakai seragam pembantu, melainkan kaos ketat dan celana pendek. Senyumnya manis, tapi matanya mengandung makna lain.

“Pak, mau makan malam dulu atau mau mandi?” tanyanya sambil berjalan mendekat.

Arfan berusaha menjaga sikap.

“Makan aja dulu, Bi.”

Mereka duduk di meja makan. Bi Ratmi sengaja duduk agak dekat, bahkan saat menuangkan teh, tangannya menyentuh lengan Arfan. Setiap gerakan yang ia lakukan terasa penuh perhitungan.

Setelah makan, Arfan berdiri hendak ke kamar. Tapi Bi Ratmi menahan lengannya.

“Pak… kancing kemejanya kebuka sedikit. Biar saya rapihin.”

Tangan Bi Ratmi menyentuh dadanya lagi dan kali ini, tatapan mereka bertemu lebih lama. Arfan bisa merasakan napasnya sendiri menjadi berat.

Di rumah ibunya, Laila berbaring di kasur tipis. Matanya menatap langit-langit, tapi pikirannya melayang jauh. Ia ingin pulang saat itu juga, tapi tidak enak pada ibunya yang sedang ingin ditemani.

Firasat itu lagi-lagi membuat dadanya berdebar tak nyaman. Ia bahkan sempat meraih ponselnya, berniat menelepon Arfan. Namun entah kenapa, ia urung melakukannya. Ia takut mendengar nada suara yang berbeda dari biasanya.

1
Vanni Sr
ini laila ny terlalu bodoh sib klo kt aku mah ya, udh tiap mlm d gempur terus apa² d pendem, gada ketegsan jg, laki ny jg seenk ny sndri, crta ny kek yg udh² suami main sm pembatu. tnggl cari org but rawat ibu ny yg skit ini malah lama2 d kampung , mending dah pisah aja. krn g cm sekali berhubungn psti tuh mereka
Zoe Medrano
Aku yakin ceritamu bisa membuat banyak pembaca terhibur, semangat terus author!
Euis Setiawati: terimakasih ka....😍
total 1 replies
Mepica_Elano
Emosinya terasa begitu dalam dan nyata. 😢❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!