" Tolong Duk, kakek titip mereka padamu, kakek takut tak mampu lagi bertahan di dunia yang keras ini kasihan mereka jika kakek sudah tiada." ucap pria tua itu kepada ku, aku melihat ke arah dua anak kecil saling bergandengan, mata mereka yang biru safir menatapku dengan harap.
" Baiklah kek, saya akan menjaga mereka, tapi saya minta maaf saya tidak bisa memberikan mereka fasilitas, kakek tau kan keadaan saya juga sedang sulit." Ucapku jujur dan kake itu mengangguk.
" Saya percaya padamu Duk, saya titip mereka, dan terimakasih..." ucap pria tua itu dan pergi meninggalkan kedua anak kecil itu di hadapanku, mata mereka yang tajam serta indah, membuat siapa saja akan merasa tak tega. dua Anka kecil yang ku bawa pulang membuat kehidupan ku berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama nayfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesepakatan bersama
Setelah mengadakan tahlilan, semua warga tak ada yang langsung bubar mereka penasaran, karena dengar kasak kusuk dari warga RT sebelah yang membantu hari ini.
Rasa penasaran mereka pun memuncak, setelah selesai tahlilan, kedua ketua RT berkumpul termasuk wakil dan keluarganya.
Pak Purnomo ketua RT 076 dan ketua RT 017 berkumpul di ruang tamu itu, pandangan mereka tak lepas dari dua orang yang satu duduk di atas kursi roda dan satunya wanita muda berhijab, malam itu malam begitu berat untuk semua, mereka menahan nafas mereka dalam-dalam seolah menunggu sesuatu.
" Mba,.mas...ini Masalah panji dan Adam, kita bicarakan langsung aja, mungkin warga juga penasaran termasuk pak RT 017, kenapa jenazah warga saya bisa di bawa kesini dan mba Antika serta mas Aldi yang mengurus proses pemakamannya," Ucap pak RT menggantung, sebelum melanjutkannya lagi.
Mereka yang penasaran, semakin penasaran dengan menggantungnya ucapan pak RT tersebut, namun melihat wajah tenang pemilik rumah tersebut membuat mereka yakin ada sesuatu yang mereka tak tau.
" Silahkan pak,.." Jawab mas Aldi.
Pak RT 076 pun menarik nafasnya dalam-dalam, sebelum di nafasnya berhembus dengan berat, seperti berusaha melepaskan beban beratnya.
" Mas...mba Antika, pak Wito kan baru di kebumikan, panji dan Adam kini sudah tak ada lagi keluarga, saya selaku ketua RT tempat pak Wito tinggal ingin bertanya pada mba Antika dan mas Aldi, apakah mereka berdua akan ikut mba Atau kami masukan mereka ke panti asuhan??" Pertanyaan pak RT itu membuat warga yang mendengar jadi heran, apa hubungannya dengan Aldi dan Antika, kenapa mereka berdua di libatkan apa hubungannya? Pertanyaan di benak seluruh warga yang hadir termasuk pak RT 017 itu sendiri.
" Maaf pak Purnomo, apa hubungannya dua Anka kecil itu dengan kedua warga saya?" Pak RT 017 yang sedari tadi penasaran akhirnya bertanya juga, mewakili perasaan warga lain.
" Begini pak teguh, mba Antika dan mas Aldi ini menolong kedua Anak kecil ini, mungkin lebih detailnya mba Antika yang bisa menjelaskan kronologinya!" ucap pak Purnomo RT 076, yang menunjuk sopan ke arah Antika.
" Begini pak, kedua anak ini tidak sengaja bertemu saya di jalan batuas....." Aku menceritakan semua tanpa aku tutupi, warga sampai terkejut dan saling pandang dan menatap Antika dengan tatapan beraneka garam.
" Begitu pak ceritanya, dan bolehkah kami menjaga kedua anak ini pak, saya rasa bapak-bapak dan ibu-ibu tak perlu saya jelaskan, saya tulus menerima mereka." Ucapku dengan kepala tegak dan dengan keyakinan yang ku miliki.
Tanpa di sadari Antika dan Aldi, Adam dan panji kini berdiri di samping mereka dan menggenggam tangan kedua pasangan itu.
" Panji mau ikut ibu Tika dan pak Aldi." Ucapnya dan mendongak kan wajahnya menatapku dengan sorot mata memohon.
Kedua RT itu dan warga yang melihatnya menjadi kasihan, tanpa banyak bicara kedua RT itu bersuara mengizinkan, dengan syarat kedua Anka itu harus di masukan ke kartu keluarga, Antika dan Aldi tak masalah soal itu.
Akhirnya malam itu semua warga yang hadir karena penasaran, tau kronologi mereka semua memilih bubar setelah kedua RT itu bersuara, kini seluruh warga tau kedua Anak itu anak angkat Aldi dan Antika, namun saat hendak bubar Tiba-tiba keluarga Aldi datang termasuk ibu Aldi yang salah pemahaman pun hampir marah di buatnya.
" Jangan belagu kamu di, apa kamu mampu memberinya makan ingat anakmu aja pada kelaparan, ingat fisikmu itu yang cacat." Ucap hinaan dari om Tohir dan beberapa sepupu yang tak menyukai keluarga Antika itu.
" Kalian itu, untung aja pak Purnomo menjelaskan kalo gak ibu bisa termakan ucapan kalian, masalah Aldi mampu atau tidak itu bukan urusan kalian, selama Aldi dan Tika merepotkan kalian." Ucap tegas ibu Salbiah dengan menahan geram ia membela anak dan menantunya ia mendukung niat baik keduanya.
" Bu...nanti ujung-ujungnya kita juga yang akan repot dengan anak-anak mas Aldi." suara protes Nia yang tak suka dengan keputusan ibunya.
" Keputusan ibu sama dengan keputusan masmu, terserah kalian setuju atau gak." Ucap tegas ibu Salbiah, lalu pandangannya menatap dua Anak lelaki itu dengan senyum hangat.
" Jadilah anak pintar ya, bantulah saudaramu yang lain, jadilah anak penurut dan Sholeh untuk kedua orang tua angkatmu dan orang tuamu di surga." Pesan ibu Salbiah, setelah berpesan pada kedua bocil itu, ibu Salbiah pulang dengan rombongan warga lain yang sejalur kerumahnya.
Kini rumah Antika mulai sepi, dan ibu-ibu yang sedari ngumpul masih setia di depan rumah dengan para suami mereka.
" Tika...besok masih tahlilan atau gak?" tanya ragu bercampur tak enak hati.
" Masih Bu, maaf Bu apakah ibu-ibu masih mau membantu Tika untuk masak tahlilan?" Jawab Tika, dan bertanya kembali dengan ramah.
" Masih tik, besok Mbah kesini lagi." Ucap wanita paruh baya yang di panggil mba wijah.
" Terimakasih Mbah, Mbah Harjo matur nuwun sudah di bantuin sedari siang, terimakasih juga untuk bapak dan ibu-ibunya juga, berkatnya kalo masih di bawa aja geh Bu, gak habis kalo ada sisanya." Ucapku tulus dan ramah pada warga yang turut membantu, tak lupa semua berkat yang tersisa pun di bagi rata, malam itu dengan hati sedikit sedih dan ada rasa sedikit lega kami semua masuk rumah.
Warga yang tersisa pun ikut bubar malam itu masih suasa duka untuk dua anak kecil yang butuh tempat mereka bersandar.
Antika dan Aldi seperti biasa, malam itu walau masih berduka namun Antika dan Aldi harus memanen kebun mereka, kali ini Antika menanam bayam di semua lahan, Antik akan kembali pagi buta bersama Aldi.
Sebelum memanen, Antika sudah memberi tahukan ke pada amang Ipan tentang duka di rumahnya, amang Ipan yang mengerti tidak memaksanya untuk menyiapkan sayuran untuk hari ini atau dua hari berikutnya, namun Antika dan Aldi tidak, mereka hanya minta libur satu hari aja, barang yang akan di kirim besok lusa pun sudah di beritahu namun tidak dengan jumlahnya.
Pagi harinya Antika seperti biasa, bangun pagi dan menyiapkan sarapan seperti biasa karena Reyhan sekolah pagi mana hari Senin jadi harus pagi sekali sebelum gerbang sekolah tutup Reyhan harus sudah di sekolah.
" Kak, ini mama bawakan bekal, ini uang jajannya." ucapku pada Reyhan, Reyhan diam melirikku sesekali ke uang yang ku sodorkan padanya.
" Ma ini...kebanyakan mama kan sudah gak kerja." Ucap Reyhan, aku yang mendengar tersenyum hangat.
" Itu rezeki kakak, nanti pulang sekolah bantu mama dan bapak ya di ladang belakang, mama mau coba jualan sayur kak." ucapku, dan ku beritahu niat kami berdua pada anak sulungku.
" Iya...ya sudah Reyhan berangkat dulu ma.. assalamualaikum.." Ucapnya, lekas iya keluar dari rumah setelah mengucap salam.
" Reyhan sudah pergi ma?" tanya mas Aldi yang datang dari kamar.
" Sudah, mas sarapan dulu iya Tika mau bangunin anak-anak pules bener tidur depan tv." ucapku setelah membantu mengurus mas Aldi, aku keluar dari dapur menuju ruang tengah ku lihat Adam dan Rio sudah bangun tinggal lita yang masih pules, gak usah di tanya panji dia sudah di warung mbok Iyah, karena di suruh Tika beli tempe dan tahu.
" Assalamualaikum.." ucap salam dari panji.
" Walaikumsalam...loh pan, itu apa?" aku bertanya setelah ku jawab salamnya.
" Gak tau Bu, di suruh mbok Iyah bawa kayanya untuk kita makan sama-sama, tadi katanya mbok dari pasar." jawab panji dan menyerahkan plastik hitam itu pada Antika.
" Yuk sarapan, kita sayang bangun yuk kita sarapan bareng, ada telur kesukaan lita loh." Godaku pada anak gadisku yang masih setia memeluk boneka beruang pink-nya.
" Telur....Lita mau..." Ucapnya dengan sedikit mengantuk, tangannya mengucek mata.
" Sepertinya enak nih, " ucap Lita, namun belum lagi sampai meja Rio yang tau kakanya baru bangun langsung melarangnya.
" Kak Lita cuci muka dulu ist...jorok..." Ucap protes Rio mengomeli kakaknya.
" Iya-iya ini kakak ke kamar mandi lulu." jawab kesal Lita, bibinya di manyun hingga membuat Antika dan Aldi terkekeh melihat anak-anaknya.
Selesai sarapan Antika membawa Adam dan panji ke ruang tamu, mereka mengobrol banyak hal dengan Aldi, walau sedang berduka namun terlihat sekali wajah mera sangat tenang dan tegar.
" Mas,...jadi kah kita mencoba berkebun di belakang?" besok Kita harusnyiapkan beberapa sayur lain!" ucapku pada suamiku, mas Aldi menoleh dan diam sesaat sebelum menjawab pertanyaan ku.
" Sekarang aja ma gak bisa kita libur lagi, tapi nanti malam kan ada tahlil lagi, mama gak belanja dulu.?!" Jawab mas Aldi, pertanyaan terakhirnya membuatku tersenyum.
" Sebentar mas, setelah dari pasar aja kita ke belakang, ini Tika mau belanja untuk keperluan tahlil dulu." jawabku, walau sibuk aku tak akan melupakan tangung jawab ini.
" Panji..." panggil ku.
" Iya Bu..." Jawab panji.
" Ikut ibu yuk kita ke pasar." Tawarku saat panji sudah ada di dekatku.
" Baik Bu, panji ikut ibu." jawab panji dengan semangat.
" Mas...kami berdua pergi dulu...mas jangan coba-coba berdiri sendiri lagi kalo gak ada orang." Ucap ku, tak lupa anti berpesan pada suaminya karena bukan hanya sekali tapi sering, untung ketahuan Antika.
Setelah melihat pintu sudah tertutup Antika pergi dengan panj, mereka berdua kepasar untuk membeli ayam untuk acara malam ini.
" Heh...Tika...mau kemana kamu?!" seseorang memanggil Tika dengan nada sedikit berteriak.
" Ada apa Nia?" jawab malas Antika.
" Di tanya bukanya jawab malah tanya balik," cibir kesal Nia.
" Kamu mau kemana sama ini bocah?" Tanyanya kembali.
" emang kenapa? kamu gak perlu tau aku mau kemana sama anakku, gak ngerepotin kamu juga kan." Jawabku ketus, malas sebenarnya tapi jika di hadang begini kesal juga.
" Kamu pasti mau ke pasarkan, dapat duit dari mana kamu?!" Tanyanya dengan kesal.
" Yang jelas gak minta kamu dan keluargamu yang lain, ayo pan kita pergi nanti Kita kesiangan." jawabku dengan kesal, aku menarik lembut tangan panji untuk menjauhi Nia adik ipar ku.
" Heh Tika ...awas kamu kalo minta ibu ketahuan kami ku bongkar rumahmu." Terima tak bersahabat Nia, saat melihat Tika naiki ojek yang kebetulan ada ojek online tak jauh dari mereka berdebat.
" Dasar miskin gayanya aja belagu betul nampung anak yatim piatu, nyusahin aja satu keluarga, awas aja kalo ibu bantu mereka." Nia mengomel sepanjang jalan dengan nada kesal.
Sesampainya di pasar Antika dan panji mengambil uang dulu setelahnya baru mereka masuk pasar, di mana penjual aneka lauk dan sayur mayur, antika melirik ke panji dan menawarkan sesuatu namun panji menolak iya ingin lekas pulang dan bermain sama adik -adik, jawabannya membuat Tika tersenyum
lanjut thorrr...trus semangat..💪💪🥰
lanjuttt