NovelToon NovelToon
Anak Kandung Yang Bangkit

Anak Kandung Yang Bangkit

Status: sedang berlangsung
Genre:Murid Genius / Mengubah Takdir / Keluarga / Idola sekolah / Tamat
Popularitas:722.6k
Nilai: 4.5
Nama Author: ariyanteekk09

"Setelah bertahun-tahun diabaikan dan diperlakukan tidak adil oleh keluarganya sendiri, senja Aurelie Wijaya anak kandung yang terlupakan memutuskan untuk bangkit dan mengambil alih kendali atas hidupnya. Dengan tekad dan semangat yang membara, dia mulai membangun dirinya sendiri dan membuktikan nilai dirinya.

Namun, perjalanan menuju kebangkitan tidaklah mudah. Dia harus menghadapi tantangan dan rintangan yang berat, termasuk perlawanan dari keluarganya sendiri. Apakah dia mampu mengatasi semua itu dan mencapai tujuannya?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ariyanteekk09, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter 9

Senja, dengan seragam sekolahnya yang rapi, menuruni tangga. Pagi itu, seperti pagi-pagi lainnya, ia tak biasa sarapan di rumah.

"Eyang, Mommy, aku berangkat sekolah dulu ya," pamit Senja.

"Ya, Sayang. Hati-hati di jalan. Jangan ngebut bawa mobilnya," pesan Helena, sang nenek, dengan lembut.

"Oke, Eyang," jawab Senja, mencium pipi Helena yang berkeriput.

Langkahnya terhenti. Sekar, ibunya, memanggilnya.

"Senja, tunggu. Ini, Mami buatkan kamu bekal," kata Sekar, menyodorkan sebuah kotak bekal.

Senja menatap bekal itu, lalu melirik Helena meminta pendapat. Helena mengangguk.

"Terima kasih, nanti aku makan di sekolah," ucap Senja acuh, lalu pergi.

Sekar tersenyum lega. Senja menerima bekalnya, meskipun sikap putrinya masih dingin.

Suasana berubah tegang. Rudy, ayahnya, memanggil Senja dengan suara sedikit meninggi.

"Senja, tunggu! Papi mau bicara sama kamu."

"Ada apa sih? Aku mau sekolah ini," tegas Senja.

"Tolong berikan Caca mobilmu. Dia mau jalan-jalan," perintah Rudy.

"Kalau aku nggak mau, gimana? Itu kan mobilku," balas Senja.

"Caca juga berhak pakai mobil itu, Senja. Cepat berikan kuncinya!" kata Rudy.

Helena tersentak. Ia tak terima mobil cucunya diberikan pada Caca, anak angkat Rudy. Dengan geram, ia membentak, menggebrak meja makan.

"Atas dasar apa kamu suruh cucu saya berikan mobil itu pada anak pungutmu? Itu mobil Mommy yang belikan Senja sebagai hadiah ulang tahunnya! Gampang sekali kamu bilang anak pungutmu juga berhak! Emang dia siapa?" bentak Helena.

Semua terdiam. Amarah Helena yang terpendam sejak malam sebelumnya, saat ia tahu Senja tak dibiayai sepenuhnya oleh Rudy, akhirnya meledak.

"Mommy, kenapa sih sangat membenci Caca? Dia juga bagian dari keluarga ini, dan Mommy nggak pernah adil dengan Caca," protes Rudy, membela Caca.

"Sayang, berangkat sekolah saja sana, nanti kamu terlambat," potong Sekar, berusaha meredakan suasana. "Biar Caca pakai mobil yang lain saja."

Senja bergegas pergi, tak mengindahkan pertengkaran itu. Di luar, ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Pertengkaran itu mengingatkannya pada banyak hal yang tak pernah ia ceritakan pada siapa pun.

Di ruang makan, Helena kembali menyerang Rudy.

"Kamu tadi bilang apa, Rudy? Kenapa Mommy tidak pernah adil? Karena Senja adalah cucu saya satu-satunya! Dan asal kamu tahu, saya tidak pernah menganggap anak pungut itu bagian dari keluarga saya! Justru kamu yang tidak adil! Anak pungut itu kamu sayang, tapi anak kandung sendiri dilupakan! Kamu lah orang yang tidak adil! Kok ada ya seorang ayah tidak membiayai hidup anak kandungnya sendiri, tapi anak pungutnya dirajakan?" teriakan Helena menggema, menusuk hati Rudy.

Rudy terpaku. Ia tak menyangka Helena tahu semuanya. Rahasia yang selama ini ia jaga rapat-rapat, terbongkar sudah. Senja, yang diam-diam menyaksikan dari balik pagar, merasakan sebuah beban berat terangkat dari pundaknya. Ia tahu, ia tak sendiri. Dan pertarungan untuk mendapatkan keadilan baru saja dimulai.

Malam sebelumnya, Caca merengek pada Rudy agar ia diizinkan mengambil alih mobil Senja. Dengan mudah, tanpa berpikir panjang, Rudy mengiyakan keinginan Caca.

"Udah, Pi, nggak apa-apa kok. Nanti aku bisa pakai mobilku aja," ucap Caca, pura-pura mengalah. Di dalam hatinya, ia malah mengumpat Senja.

Keesokan harinya, setelah pertengkaran hebat di ruang makan, Helena mengungkapkan kebenaran yang mengejutkan.

"Betul itu, kamu harus sadar diri posisi kamu sebagai anak pungut. Mungkin keluarga ini menganggapmu bagian dari keluarga, tapi di luar sana, Senja tetaplah putri tunggal," kata Helena, suaranya tajam.

"Jadi, benar apa yang dikatakan Senja di sekolah beberapa hari yang lalu, kalau dia tidak pernah dikasih uang sama Papi," kata Galih, tak percaya. Ia teringat perkataan Senja yang selalu dituduh berbohong.

"Jadi, dari mana Senja dapat uang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari? Kok Papi tega banget," Radit kecewa. Ia merasa telah salah menilai Senja selama ini.

"Bukan itu saja, Papi kalian juga tidak pernah membayar sekolah Senja! Coba tanyakan apa alasannya. Dan kamu, Sekar, Mommy kecewa denganmu yang selalu mengatakan kalau Senja diperlakukan adil di sini," Helena kecewa. Ia merasa telah dibohongi oleh Sekar.

"Maafin Sekar, Mi. Sekar dibutakan oleh kasih sayang Sekar pada Caca," Sekar menangis menyesal.

"Percuma kalian menyesal sekarang! Cucu saya sudah terluka dengan sikap kalian selama ini. Kalau dari dulu saya tahu ini terjadi, pasti Senja sudah saya bawa ke Paris," Helena pergi, meninggalkan mereka dalam kesunyian.

Ketiga saudara Senja mematung. Mereka telah salah menilai Senja selama ini. Mereka terlalu percaya pada Caca yang selalu mengatakan Senja selalu bikin ulah.

"Pantesan Senja sangat membenci kita, ini semua karena ulah Mami dan Papi. Aku kecewa sama kalian berdua," kata Raka, lalu berangkat ke kantor.

"Kok bisa, ya, Ca, lo ingin memiliki mobil Senja itu? Kita aja yang sebagai kakak kandungnya saja tidak pernah berani mengusik barang pemberian Eyang Mommy," ketus Galih.

"Kami kecewa sama lo, Caca," kata Radit. Si kembar pun pamit berangkat sekolah.

Caca terdiam. Bukan hanya saudara-saudaranya yang meninggalkannya, tapi juga Sekar.

"Kamu nggak usah khawatir, Sayang, Papi akan ada untukmu sampai kapan pun," kata Rudy, sebelum berangkat ke kantor. Kata-kata itu terasa hampa bagi Caca.

"Bukan ini yang gue inginkan. Seharusnya mobil itu jadi milik gue, bukan malah di pojokan begini," batin Caca, dongkol. Ia pergi dari rumah dengan perasaan penuh amarah dan kekecewaan.

*********

Senja dan Bayangan Masa Lalu (Revisi dengan Latar Belakang Caca)

(Lanjutan dari bagian sebelumnya...)

Helena, dari balkon kamar Senja, melihat Caca pergi. Kecurigaan Helena semakin menjadi-jadi. Ini saatnya ia mengungkap siapa Caca sebenarnya. Helena menghubungi seseorang, seorang detektif swasta, untuk membuntuti Caca.

"Hari ini kamu tidak akan lolos, anak pungut. Mulai sekarang, ke mana pun kamu pergi akan saya ketahui," gumam Helena, matanya memancarkan tekad.

Awalnya, Helena hanya berencana tinggal seminggu. Namun, setelah mengetahui ketidakadilan yang dialami Senja, ia memutuskan untuk tinggal lebih lama, hingga berhasil mengungkap kebusukan Caca.

Caca tiba di sebuah kontrakan kecil, kumuh dan jauh dari kesan mewah. Ia masuk ke dalam, menemui seorang wanita tua yang tampak keras dan penuh rahasia.

"Nenek, sampai kapan aku harus bersikap polos di rumah itu? Aku sudah nggak tahan melihat putri mereka semakin bersinar," keluh Caca, suaranya penuh kekesalan.

"Sampai kamu mendapatkan semua harta keluarga Wijaya, baru kamu memperlihatkan sifat aslimu," jawab wanita tua itu, Nunung, nenek Caca. Suaranya dingin dan penuh perhitungan.

"Tapi, Nek... itu tidak mungkin, apalagi sekarang Senja sudah tidak takut dengan ancaman dari Papinya," kata Caca, menceritakan kejadian di rumah.

"Nenek juga ngapain dulu mau dinikahi secara siri sama Kakek Bram? Kan begini jadinya, tidak mendapat apa-apa," omel Caca, suaranya penuh amarah. Ia menyalahkan Nunung atas keadaannya saat ini.

Nunung menghela napas panjang. "Ya, mau gimana lagi? Nenek duluan ketahuan, dan mereka mengusir nenek."

"Ini rencana nenek, kan? Nenek sengaja memasukkan Caca ke dalam keluarga itu untuk mengambil harta Wijaya," kata Caca, suaranya penuh kebencian.

.

1
Rita Rita
Yahoo tuh si Amina. rasain, emang enak. maka nya jangan belagu banget
Eni Luthfia Ardiani
Akhirnya hendra udah ketemu jodoh nya,
kayaknya dikta jga sebentar lgi bakal ketemu sama jodohnya deh tuuuh kiran cewek yg d tolongnya semoga bakaln berjodoh ya thor
Eni Luthfia Ardiani
gaskeun alaska pokok nya harus secepatnya jadian sama senja thor biar tmbh semangat baca nya
Nuraeny
lanjut
Rizky Ivan
,sukurin di usir semua orang makanya jadi orang jangan belagu Aminah
Les Tary
aminah ga sadar sadar juga
Phi Pesek
👍
Les Tary
rasain kelurga Dirga...berharap harta dari keluarga senja akhirnya keblangsat🤭
Osie
yaaacchh kasihan eyang mommy telat bergerak..udahkedualan hendra
Aghitsna Agis
biar dirga nga ganggu lagi kalau udah nikah
Aghitsna Agis
wah kasihan dijta udah keduluan sm hendra tapi nga tahu ya kala.memang jodoh mungkin hendra alan tiba2 membatalkan dan jadinya sm dikta thor niar aman gimana kalau senja ijab atau mikah secara agama aja dulu biar tenang kalau tunangn tkt nya gagal
𝕲𝖔𝖊𝖘 𝕼𝖚𝖒𝖎𝖊𝖟
haaaaah ternyata muncul hamaaaa lagi, semprot dong biar tidak semakin berbahaya
boma
aku kira dikta jodohnya siska,ternyata siska udah ada yg punya
Nuraeny
lanjut
Wega Luna
elo sih nama doang yg bagus kelakuan nya astagfirullah🤭🤣🤣🤣🤣
Umi Maryam
tau ni cerita nya ga jelas ,ganti2 nama yg awal nama nya naomi jadi najwa sekarang ma2 mertua nya ganti jadi inara terus jadi jahat ,yg bener thor typo nya banya terus alur nya juga ngaco ...
Umi Maryam
puastah rasakeun weh janggol si Rudi org tua yg durhaka ga lama kan omongan mu kembali ama dirimu ,kamu bilang anak2 dan isteri mu yg akan menyesal ,sekarang apa kamu ian yg nyesel deh g sengsara , sombong jadi org makan tuh cewe jalang ublag.
Les Tary
sadar diri amina
Rizky Ivan
syukuri makanya tau diri dong jadi orang...
Osie
makanya jgn kebanyakan gaya amina..kena mentalkan ente gitu tau yg sebenarnya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!