Pagi yang cerah di suatu pulau bagian utara Jawa, desiran ombak dan suara burung-burung pagi sudah menghiasi dermaga, beberapa nelayan yang baru pulang melaut sedang memilah-milah hasil tangkapan, seorang pemuda yang tegap dan gagah terlihat sibuk dengan perahu cadiknya.
“hoooyyy... Wahai laut, hari ini aku akan mengarungimu, aku akan menjadi penjaga laut Kesultanan, kan ku berantas semua angkara murka yang ingin menjajah tanah Jawa, bersiaplah menerima kekuatan otot dan semangatku, Hahahaha..
”Rangsam berlayar penuh semangat mengarungi lautan, walau hanya berbekal perahu cadik, tidak menurunkan semangatnya menjadi bagian dari pasukan pangeran Unus. Beberapa bulan yang lalu, datang Prajurit Kesultanan ke pulau Bawean, membawa selembar kertas besar yang berisi woro-woro tentang perekrutan pasukan Angkatan laut pangeran Unus Abdurrahman, dalam pesan itu tertulis bahwasanya pangeran akan memberantas kaum kuning yang selama ini sudah meresahkan laut Malaka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dimas riyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MASA LALU ²
Berbulan-bulan dalam perjalanan menuju medan pertempuran, akhirnya pasukan bala bantuan Usmaniyah pun tiba, di sana mayor Musthofa yildirim menyerahkan komando pasukan tambahan kepada komandan perang Ahmed izzet pasha. Pasukan ditempatkan di tenda-tenda darurat, di sana Abdul Karim bertemu dengan abu yadain dari Andalusia, bliau adalah seorang tabib yang mumpuni, sosoknya sangat penting bagi pasukan Usmaniyah, ia dijuluki abu yadain, yang berarti dua tangan, maksudnya adalah, kedua tangannya berfungsi ganda, di satu sisi untuk membunuh lawan-lawannya di medan perang, dan di sisi lain berfungsi untuk mengobati dan menyembuhkan. Abdul Karim sangat kagum kepada abu yadain, hingga berikrar menjadi muridnya. Sambil menyelam minum air, itulah pepatah lama yang dipegang oleh Abdul Karim muda, dalam perjalanannya menjadi murid abu yadain, Abdul Karim mempelajari kitab klasik yang menjadi pegangan abu yadain, yaitu Al-Tasrif li-man ‘Ajizja ‘an al-Ta’lif , salah satu Kitab bedah karangan abu Qosim dari Andalusia. Kemampuan belajar Abdul Karim sangat baik, sehingga sering mendapatkan pujian dari abu yadain.
Tak berbeda di medan peperangan, Abdul Karim sangat cakap memberantas musuh-musuhnya, sudah dua pertempuran ia alami, dan selalu menuai keberhasilan. Beberapa desa berhasil dibebaskan. Abdul Karim dan Bayezir perlahan menjelma menjadi prajurit yang tangguh, dalam dua kali peperangan dan kontak senjata, mereka berhasil mendobrak kantong musuh, semangat dan keberanian mereka mendapatkan banyak pujian. Dua sahabat yang pemberani, pembakar semangat pasukan.
Setelah dua desa berhasil dibebaskan, giliran satu desa lagi di wilayah Tenggara, medannya cukup sulit, karena desa itu berada di dataran tinggi, bukan tidak mungkin pasukan Rusia sudah bersiap menghujani dengan tembakkan dari atas, menurut komando strategi, pasukan diarahkan melalui hutan Oak di barat desa, kemudian menyusuri sungai ke arah utara, sehingga musuh tidak mengira bahwa akan diserang melalui utara. Hari penyerangan pun tiba, sekitar 200 orang dikerahkan sesuai komando, menyusuri sungai ke bagian utara, daun-daun oak yang menguning mulai berguguran, sesampainya di sebuah jurang, pasukan turun, lalu menyusuri sungai berlawanan arus, kewaspadaan mereka tinggi, beberapa orang di depan menjadi pembuka jalan dan penunjuk arah, sedangkan yang di belakang berjaga bilamana terjadi serangan tak terduga. Hampir setengah hari mereka berjalan, Bayezir dan Abdul Karim menjadi tim lapis dua, melindungi pasukan pembuka jalan dengan senapan pemuras. Abdul Karim merasakan asal yang aneh dengan situasi sekarang, seakan-akan tim pembuka jalan sudah hafal betul dengan tempat ini, bahkan saat ditanya medan selanjutnya, mereka menjawab dengan tepat, seperti pohon tumbang dan bekas longsoran.
“Bayezir, aku merasa tidak baik, sepertinya ada yang salah”.
“apa maksudmu wahai saudaraku?”.
“kita mundur saja di barisan paling belakang, sepertinya akan terjadi sesuatu”.
“tidak saudaraku, aku tetap pada formasi “.
“ya sudah, aku akan mundur, aku melindungimu dari belakang “.
“cukuplah Allah sebagai pelindung wahai saudaraku “.
“semoga aku dijadikan Allah sebagai sebab Allah melindungimu “.
Abdul Karim perlahan mundur ke belakang, namun segera dipertanyakan oleh sang kapten.
“Hey prajurit, kenapa kau berpindah posisi! “.
“aku ingin buang hajat sekejap kapten”.
“baiklah, segera menyusul, jangan sampai terpisah “.
“siap kapten “.
Memang sebenarnya Abdul Karim ingin buang hajat, namun ia juga merasakan hal yang aneh, ia merasa akan ada sesuatu yang buruk terjadi, apalagi melihat gelagat tim pembuka jalan, rasa curiga semakin menghantui.
Abdul Karim segera mencari tempat yang tersembunyi, jangan sampai ia buang air kecil di bawah pohon yang berbuah, apalagi mengencingi lubang. Setelah tunai, Abdul Karim membersihkannya dengan cara istinja menggunakan daun oak yang kering, baru beberapa langkah ia ingin segera menyusul, Tiba-tiba terdengar suara tembakkan tiga kali, kemudian terdengar rentetan suara tembakkan dari arah yang berbeda, kemungkinan dari atas, Abdul Karim tanpa pikir panjang langsung berlari menaiki lereng sungai, sambil bersembunyi diantara semak-semak, ia memantau sari kejauhan, suara tembakkan masih saling bersahutan, terkadang terdengar suara teriakan. Abdul Karim segera mengisi senapannya, dua pucuk sudah terisi dengan peluru, kemudian ia mengendap-endap, hampir tiga puluh menit baku tembak berlangsung, kemudian senyap, diikuti suara derap langkah ratusan orang. Abdul Karim merasa ini bukan hal baik, seketika ia memanjat pohon yang rimbun, bersembunyi diantara daun-daun sambil mengintip, dan alangkah terkejutnya, se-pasukan Rusia sudah mengerumuni mayat-mayat temannya, dan yang membuat amarahnya mendidih adalah, pasukan yang tadi membuka jalan, sedang tertawa ria bersama prajurit Rusia.
Matanya terus mencari, dimana mayat Bayezir sahabatnya, teropongnya bergerak halus agar tidak menimbulkan suara gesekan aneh, Abdul Karim tidak menemukan Bayezir, ke manakah ia, hatinya bertanya-tanya, apakah pasukan Rusia sudah mengetahui reputasi mereka berdua, sehingga membiarkan Bayezir hidup, dan berencana menyiksanya, Abdul Karim berdo’a agar tidak terjadi hal yang buruk pada Bayezir. Tiba-tiba komandan pasukan Rusia memberikan perintah.
“Masih ada satu orang lagi, segera cari, ia belum jauh dari sini!!!”
“SIAP KOMANDAN!!”
Pasukan Rusia segera menyebar, mencari Abdul Karim di segala penjuru, semua semak diperiksa, balik batu dan akar tak luput dari pemeriksaan pasukan Rusia. Abdul Karim masih di atas pohon, bersembunyi dan berusaha mengatur nafas, jangan sampai peluru Rusia bersarang di tubuhnya, bibirnya selalu berzikir, pikirannya tersambung kan kepada sang Pencipta, jika memang hari ini adalah ajalnya, maka ia ikhlas, akhir hayatnya dalam keadaan membela Islam, melayani Amirul mukminin.
“ Tidak ketemu komandan, mungkin saja sudah lari menuju pasukannya. “
“baiklah, pasukan kembali ke markas, lucuti semua senjata mayat-mayat ini, dan biarkan mereka membusuk dimakan hewan buas. “
“SIAP KOMANDAN. “
Hari sudah mulai gelap, Abdul Karim masih siaga sambil memeluk senapan pemurasnya, sesekali ia menyibak daun, memastikan sudah tidak ada lagi musuh di sekitar.
“ Ku rasa sudah aman, sebaiknya aku segera bergegas menuju pasukan, mengabarkan apa yang sebenarnya terjadi. “
Abdul Karim segera turun dari pohon, dan berlari sekencang-kencangnya, berharap ia tidak terlambat melaporkan kejadian, agar terjadi perubahan strategi. Sambil tergopoh-gopoh ia terus berlari, tak peduli kakinya habis dimakan ranting tajam, perasaan kesal bercampur sedih masih ia rasakan, andai saja mereka menyadari apa yang ia sadari, andai saja pengkhianat-pengkhianat itu ketahuan sejak awal, pasti ia tidak akan kehilangan sahabatnya, Bayezir.
Namun seketika ia tersadar dan ber-Istighfar , ia tidak boleh berfikiran seperti itu, ini semua adalah kehendak Allah, kita tidak boleh menyesalkan apa yang telah Allah tetapkan. Tiga jam lamanya Abdul Karim berlari, tanpa henti, sungguh tidak lazim bagi manusia biasa, namun siapa yang dapat melawan kehendak sangat pencipta. Matanya sudah ber-kunang-kunang, kerlipan lampu dari tenda tentara Usmaniyah mulai terlihat, dengan sisa tenaga yang ia miliki, Abdul Karim berteriak memohon bantuan.
“ tolong!!!, tolong aku!!!, toloooong!!!”
Itu kalimat terakhirnya hari itu, seraya ambruk memeluk bumi, terlihat dari sayup pandangannya, beberapa orang tegap datang menghampirinya dengan tandu, Abdul Karim pingsan, sebelum ia melaporkan kejadian.
Pagi hari, Abdul Karim telah siuman, baru membuka mata, yang terlihat adalah sosok Ahmet izzet pasha, komandan perang, jendral agung pasukan Usmani, seorang yang lama mengabdikan diri di kesatuan elit Janisary .
“selamat pagi anakku, bagaimana keadaanmu? “.
“alhamdulillah, Allah masih memberikan kesempatan hamba bertemu dengan anda pagi ini, sungguh karunia yang tiada bandingan. “
“ apa yang sebenarnya terjadi padamu dan saudara-saudaramu? “.
“ Pasukan pembuka jalan berkhianat, mereka bersekutu dengan Rusia. “
“ hmmmm.. Sungguh kejam, menumpahkan darah saudaranya sendiri demi potongan emas, kau tidak usah khawatir, beberapa jam pasukan kalian berangkat, kami berjalan menggempur musuh dari mulut desa, alhamdulillah, Allah memberikan kemenangan, dan sepertinya ini adalah perang yang terakhir, kita akan pulang, namun sebelum pulang, kita bantu warga desa membangun desanya kembali. “
“alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menghancurkan kebatilan melalui tangan-tangan tentara Usmani. “
“ beristirahatlah anakku, besok kita kembali ke desa, persiapkan tenagamu. “