NovelToon NovelToon
Cinta Yang Tak Pernah Ia Sangka

Cinta Yang Tak Pernah Ia Sangka

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Cintapertama
Popularitas:703
Nilai: 5
Nama Author: Ayunda nadhifa akmal

Rio seorang master chef yang menyukai seorang wanita penyuka sesama jenis
bagaimana perjuangan Rio akankah berhasil mengejar wanita yang Rio cintai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayunda nadhifa akmal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 8

Pagi itu, aku berjalan dengan langkah cepat menuju apartemen Rio, dada terasa sesak dan pikiran berputar. Hatiku campur aduk. Aku ingin marah, ingin menangis, tapi juga ingin mendengarkan apa yang Rio ingin katakan.

"Rio… ada hubungan apa kamu dan Alana?" ujarku ketus begitu kami bertemu di lorong apartemennya.

"Kita pacaran," jawab Rio datar, matanya menatapku tanpa berkedip.

"Kamu tahu kan Alana pacarku," lanjutku, sedikit gemetar menahan amarah.

"Ya, aku tahu. Aku cuma penasaran… dan aku sadar yang aku suka itu kamu," katanya pelan, tapi matanya tak bisa berbohong.

Aku terkekeh kecil, geli sekaligus terkejut. Mana mungkin seorang pria menyukai aku, pikirku.

"Serius, Rey. Aku suka kamu," ucap Rio, seolah bisa membaca isi batinku.

Aku menatapnya sejenak, kemudian menggeleng. "Sudahlah… aku malas membahasnya," ujarku sambil berlalu.

Langkahku menjauh, tapi tubuhku otomatis berhenti ketika Rio menahan pergelangan tanganku. Bukan paksa, hanya cukup untuk menghentikanku lari dari perasaanku sendiri.

"Rey… dengar aku dulu," suaranya bergetar, terdengar tulus.

Aku mendengus. "Lepasin, aku nggak mau drama."

"Terserah kamu mau bilang apa. Tapi aku mau jujur," lanjut Rio.

Dia menelan ludah. "Aku nggak tahu sejak kapan… tapi aku mulai suka cara kamu marah. Cara kamu berjalan cepat saat kesal. Cara kamu menahan perasaan—padahal semua orang bisa lihat kalau kamu cemburu."

Aku terperanjat. Cemburu? Dia serius?

"Aku nggak cemburu sama kamu!" bantahku keras sambil menarik tangan dengan kasar.

Rio tersenyum miring. "Kalau bukan cemburu… kenapa kamu marah waktu aku bilang pacaran sama Alana?"

Jantungku berdetak kacau. Bangke… dia tepat sasaran.

"Aku marah karena kamu ngerebut pacar aku, Alana, bukan karena aku suka kamu!"

Nada suaranya melembut. "Aku nggak merasa direbut, Rey. Kalau Alana sayang kamu, dia nggak bakal cari aku. Tapi dia nggak pernah suka aku… dia cuma butuh pelarian."

Aku terdiam. Kata-katanya menusuk tepat di tengah dadaku.

"Aku bilang aku suka kamu bukan buat bikin kamu tambah sakit," lanjutnya. "Aku cuma… nggak mau kamu terus nyalahin diri sendiri."

Tanganku mengepal kuat-kuat. Aku ingin marah, pergi, menyangkal… tapi yang paling kacau adalah aku ingin percaya.

"Dan… kalau kamu mau benci aku, benci lah," katanya lirih. "Tapi jangan bohong sama perasaanmu sendiri."

Aku menatapnya—mata berisi badai yang kutahan mati-matian.

"Pergilah, aku ingin sendirian," akhirnya kuucapkan sambil mendorong tubuh Rio keluar dari apartemen.

Entah kenapa air mataku menetes. Dadaku terasa sesak, kenapa dua orang yang aku percaya bisa begitu mengecewakan? Alana yang memanfaatkan, dan Rio yang membuat hatiku sakit saat aku mulai menyukainya.

Aku duduk bersandar di dinding kamar, lutut tertekuk, hoodie-ku basah oleh air mata.

"Apa aku harus berubah cuma buat disukai?" bisikku pelan. Menatap pantulan diri di kaca jendela: rambut pendek acak-acakan, wajah pucat, lingkar mata dari beberapa hari tak tidur.

"Aku bukan Alana," lirihku. "Dan aku nggak mau jadi dia."

Tapi hatiku berteriak ingin dicintai balik.

Tok… tok… tok. Suara ketukan pintu memecah keheningan.

Aku membeku. Tidak siap bertemu siapapun. Terutama dia.

"Rey, ini aku… Rio," suaranya membuat dadaku menciut.

Kenapa harus datang sekarang? Kenapa saat aku paling hancur?

"Aku tahu kamu ada di dalam," lanjut Rio. "Dan aku nggak akan maksa kalau kamu nggak mau ketemu. Tapi… biarin aku jelasin."

Aku memejamkan mata. Benci… kecewa… patah. Tapi suaranya selalu punya cara menghancurkan pertahananku.

"Kita cuma salah paham," tambah Rio. "Aku nggak pernah bercumbu sama Alana. Dia yang datang ke apartemenku, bilang mau minta maaf karena nyakitin kamu, terus tiba-tiba—"

Tanganku menggenggam ujung hoodie erat.

"Kalau kamu mau, aku bisa pergi sekarang," ucap Rio.

"Tapi sebelum aku pergi… aku cuma mau bilang satu hal."

Hening sejenak.

"Aku nggak butuh kamu berubah jadi siapapun."

"Aku suka kamu yang sekarang."

"Hoodie kebesaran kamu… cara kamu marah… cara kamu nggak peduli sama penilaian orang. Aku suka semuanya."

Aku membuka mata. Air mata jatuh lagi, meski ingin terlihat kuat.

"Aku cuma mau kamu percaya. Sama aku. Sama dirimu sendiri," pelan, nyaris berbisik.

Aku menunduk. Suara hatiku berperang hebat. Ingin percaya. Sangat ingin. Tapi luka itu belum sembuh.

"Pergi, Rio… aku… aku butuh waktu," akhirnya kuucapkan lemah.

Rio terdiam, menghela napas panjang. "Baik. Aku pergi. Tapi aku di sini, Rey. Setiap kali kamu siap… aku di sini."

Pintu tertutup pelan. Aku menangis lagi. Kali ini bukan karena putus asa, tapi karena ada seseorang yang tetap memilih tinggal, bahkan ketika hatiku berantakan.

Aku menarik selimut, mematikan lampu, dan berbaring. Malam itu aku bermimpi.

Di mimpi itu, aku dan Rio berada di taman penuh bunga. Aku tersenyum manis, rambut sedikit lebih panjang, make-up tipis. Dia membelai rambutku dengan lembut, tangannya tak henti-hentinya menenangkan. Aku merasa… dicintai, diterima, seperti diriku sendiri.

Aku tersenyum dalam tidur, hatiku sedikit ringan. Aku sadar, meski hatiku terluka, ada seseorang yang tetap memilih bertahan. Dan aku… ingin percaya.

Esok pagi, aku akan bangun dengan kekuatan baru. Aku bukan Alana. Aku Rey, cewek tomboy yang keras kepala, tapi juga punya hati yang bisa dicintai.

Aku menarik selimut lebih rapat, menutup mata, dan membiarkan diri terlelap, membayangkan hari esok yang lebih baik bersama Rio—tanpa harus berubah, tanpa harus berpura-pura.

pagi harinya aku terbangun dari tidurku dengan badan yang begitu segar.

Aku merapikan rambut dan mengunakan pakaian yang biasa aku pakai di tempat kerja,saat aku menuruni lift tampak mobil Rio tengah terparkir di depan apartemen.

Rio melambaikan tangannya ke arahku,dan membukakan pintu mobil untukku,aku bergegas memasukinya.

"aku membayangkan bagaimana kita menikah dan resign dari pekerjaan"ujar Rio membuka percakapan.

menikah batinku berkecamuk.

"kita akan membuka kedai, aku yang memasak kamu yang membuat minuman,kita menikah tak perlu mengadakan resepsi cukup kua saja"ujar Rio lagi

"kita siapa"jawab ku ragu

"aku dan kamu, siapa lagi"ujarnya tenang.

Aku tak menjawabnya,aku hanya memandangi Jalan jalan kota yang kami lalui.

"apa kata keluarga mu jika menikahi gadis tomboy seperti aku"ujarku tiba-tiba.

"aku tak perduli apa kata mereka,yang penting aku berbeda jenis denganmu"

aku bergegas keluar dari mobil,dan berlalu begitu saja dari Rio,Rio tampak mengejarku dan menarik tanganku hingga tubuhku jatuh di pelukannya.

Ia mengecup bibirku seketika.

"selamat bekerja sayang"

Aku bergegas melepaskan pelukannya, wajahku begitu memerah saat Rio memanggilku dengan kata sayang.

Aku tersipu malu.

1
Dede Jangkung
mulai jatuh cinta
Blueberry Solenne
wah berarti sudah mapan ni
Dede Jangkung
bagus,semangat
Alna
salam kenal juga🙏
Alna
karena sekarang akhir zaman, jadi kita akan kembali ke zaman jahiliyyah kalo gak salah
Alna
mksud saya banyak temen saya yg buci
Alna
kalo aku biasa aja karena banyak yg jadi buci
Alna
gimana kalo sama adikku😬
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!