NovelToon NovelToon
Kau Rebut Ibuku Ku Rebut Calon Suamimu

Kau Rebut Ibuku Ku Rebut Calon Suamimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Balas Dendam / Obsesi / Cinta pada Pandangan Pertama / Ibu Tiri / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:122.8k
Nilai: 5
Nama Author: Almaira

Dia adalah darah dagingnya. Tapi sejak kecil, kasih ibu tak pernah benar-benar untuknya. Sang ibu lebih memilih memperjuangkan anak tiri—anak dari suami barunya—dan mengorbankan putrinya sendiri.

Tumbuh dengan luka dan kecewa, wanita muda itu membangun dirinya menjadi sosok yang kuat, cantik, dan penuh percaya diri. Namun luka masa lalu tetap membara. Hingga takdir mempertemukannya dengan pria yang hampir saja menjadi bagian dari keluarga tirinya.

Sebuah permainan cinta dan dendam pun dimulai.
Bukan sekadar balas dendam biasa—ini adalah perjuangan mengembalikan harga diri yang direbut sejak lama.

Karena jika ibunya memilih orang lain sebagai anaknya…
…maka dia pun berhak merebut seseorang yang paling berharga bagi mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pernikahan Mengerikan

Di tempat tugasnya yang jauh dari kota, Pradipta duduk di dalam mobil patroli yang berhenti di tepi jalan. Langit sore mulai gelap, hujan gerimis membasahi kaca depan. Tangannya memegang ponsel, menatap layar yang kosong tanpa balasan. Sudah tiga hari ia tidak bisa menghubungi Hana. Tidak ada pesan dibaca. Tidak ada telepon dijawab.

Ia menggigit bibir bawahnya, gusar.

“Kamu izin untuk pulang duluan?” tanya rekannya dari kursi kemudi.

Pradipta hanya mengangguk pelan. “Ada seseorang yang membuatku khawatir karena sudah tiga hari tak bisa dihubungi.”

“Terus apa kata Komandan?” tanya temannya.

“Pak Komandan tidak memberikan izin. Katanya situasi masih belum memungkinkan.”

Pradipta memejamkan mata sejenak. Dalam hati, ia merasa ada yang salah. Sangat salah. Hana bukan tipe yang sembarangan hilang kontak, apalagi setelah mereka bicara soal cinta, pernikahan dan masa depan. Ia tahu benar, Hana sedang mencoba membuka hatinya, pelan tapi pasti. Tapi kini semua seperti berhenti. Mati.

Pradipta bukan belum berusaha. Semenjak hari pertama terputusnya komunikasi dengan Hana, dia sudah meminta ibunya untuk mendatangi rumah Burhan, mencari tahu keadaan Hana. Namun sang ibu hanya membawa satu kabar, jika kata neneknya Malika, Hana pulang kampung dulu sebentar.

Hujan semakin deras. Pradipta mengepalkan tangannya di atas lutut. Ia merasa Hana tak mungkin pulang kampung tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Ia tetap merasa telah terjadi sesuatu. Pradipta bingung seperti ditahan oleh dua tembok besar antara tugas dan kekhawatiran. Ia polisi, terikat sumpah dan tanggung jawab. Tapi ia juga pria yang sedang mencintai dan mencemaskan seseorang yang dicintainya

Dia harus pulang. Apapun caranya.

***

Pagi itu langit tampak mendung, seolah ikut menyimpan beban dari seorang gadis yang perlahan kehilangan seluruh kendali atas hidupnya. Di dalam kamar sempit yang diperuntukkan untuk pembantu, Hana berdiri di depan cermin. Mengenakan kebaya putih sederhana tanpa hiasan, tanpa make up, tanpa senyum. Wajahnya pucat dan datar. Tapi matanya menyala tidak karena bahagia, tapi karena emosi yang di tahan.

Rosma masuk dengan tergesa. “Cepat, Hana. Jangan berlama-lama. Mobil sudah menunggu,” ucapnya ketus.

Hana tak menjawab. Ia mengambil jilbab putih dari atas meja dan mengenakannya pelan. Sejenak ia menatap dirinya di cermin, lalu membuang napas panjang. Ini bukan hari yang ia impikan, ini adalah neraka yang Burhan janjikan.

Di ruang tamu, Burhan berdiri dengan sabar namun penuh tekanan. Sri di sampingnya menunduk, tampak tidak nyaman, namun tidak cukup kuat untuk mencegah semua ini. Ketika Hana keluar, Burhan langsung memberi aba-aba.

“Naik mobil. Jangan bikin masalah, atau nenekmu akan jadi taruhannya.”

Rosma menoleh cepat ke arah Hana, “Kau dengar kan? Jangan bertingkah dan jangan buat ulah apalagi buat masalah.”

Hana menatap satu per satu wajah mereka. Berjanji dalam hatinya akan membalas mereka dengan lebih berbisa.

Hana berpapasan dengan Malika yang seperti sengaja telah menunggunya. Dengan wajah pucat namun memaksakan senyum dendam penuh kepuasan.

“Selamat, Hana,” gumamnya pelan. “Kau pikir kau menang? Tidak. Kau juga akan hancur. Sama seperti aku.”

“Malah akan lebih hancur dan semakin hancur. Aku pastikan setelah hari ini kamu tak akan pernah merasakan hidup bahagia. Sekali lagi selamat!” Malika tertawa cekikikan.

Hana tak berniat menjawab. Hanya menatap saja dengan tajam. Baginya percuma, hanya menguras energi saja.

Hana duduk di kursi belakang mobil, diapit Rosma dan Sri. Tangannya menggenggam ujung kebayanya erat-erat. Kepalanya tegak tak ingin tunduk. Ia masih memikirkan cara. Segala upaya.

Sementara Burhan duduk di kursi depan terus mengukir senyum penuh kepuasan dan kemenangan. Tak sampai hitungan jam lagi, Hana akan menjadi istri pria tua bangka. Sesaat setelah akad terjadi, ibu mertuanya akan langsung ia lepaskan, dikembalikan pada Hana yang sudah sah menjadi istri Jasman.

Burhan tak khawatir karena Jasman sudah menjaminnya, Hana setelah menjadi istrinya akan Jasman kendalikan, tak akan dibiarkan lapor polisi apalagi mengganggu keluarganya lagi.

Mobil pun melaju. Di jalanan yang sepi, hanya suara mesin dan angin yang terdengar. Tak satu pun dari mereka bicara. Dan bagi Hana, setiap detik terasa seperti mengukir luka baru untuknya.

Sesampainya di Kantor Urusan Agama, suasana terasa panas dan mencekam meski ruangan kecil itu telah dihiasi dengan seadanya. Sebuah meja panjang telah disiapkan dengan berkas-berkas pernikahan, kitab suci, dan segelas air mineral. Jasman, lelaki paruh baya yang menjadi calon suami Hana, duduk dengan wajah puas bersama keluarganya.

Di sisi lain, Hana datang dengan langkah lunglai, diapit oleh Burhan dan Rosma yang seolah bangga telah mengantarkan gadis itu ke “nerakanya”.

Sri duduk di belakang, wajahnya tampak kaku. Hatinya berontak, tapi lidahnya kelu.

Hana, mengenakan kebaya putih yang sederhana tanpa riasan apa pun, berjalan perlahan menuju kursi yang telah disiapkan untuknya di depan penghulu. Dia tak menunduk karena malu, tapi lebih karena beratnya langkah dan sesaknya napas. Ia tahu, ini bukan pernikahan. Ini pemakaman untuknya.

Petugas KUA bersuara pelan namun tegas.

“Kami sudah siapkan wali hakim untuk pernikahan ini, karena calon mempelai perempuan tidak didampingi oleh ayah kandung.”

“Benar,” sahut Burhan cepat.

“Dan siapa ibunya?”

Sri pun dipanggil ke depan untuk memberikan keterangan. Suaranya pelan ketika ia berbicara, seperti seseorang yang hendak mengaku dosa.

“Saya ibunya… ayah kandungnya sudah meninggal. Tidak ada lagi wali yang bisa mewakili.”

Penghulu mengangguk dan mulai mempersiapkan dokumen.

Sementara itu, mata Hana menyapu seluruh ruangan. Ia mencari keajaiban, apa pun. Tapi yang ia temukan hanya wajah-wajah asing dan tawa sopan keluarga Jasman yang menyebalkan. Di luar, langit tampak mendung. Angin menghempas pohon-pohon, seolah ikut menolak pernikahan ini.

“Siap, ya?” kata penghulu pada Jasman yang mengangguk cepat.

Hana masih diam. Pandangannya kosong. Di dalam dirinya, perang sedang terjadi. Sebuah suara menjerit ingin melarikan diri, tapi suara lainnya mengingatkan bahwa nyawa Ningsih ada di ujung pisau ancaman Burhan.

Jasman bersiap berjabat tangan dengan wali hakim....

 

1
Una_awa
lebih baik Pradipta bilang ke Hana tentang ayahnya Hana,dan cari tahu tentang kebenaran kasus pembunuhan yg dituduhkan pada ayahnya Hana,, ya ampun Malika kasihan banget sih kamu,, emang sih Malika ini attitude nya gak baik,tapi liat kondisi Malika sekarang jadi kasihan.
Tuti Tyastuti
lanjut
Anonymous
Hallo kak yg Rania ga diteruin kak
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
Nah betul,mungkin dgn suasana berbeda semuanya akan ketahuan siapa dalang sebenarnya 😏
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
itu ayahmu Hana 🥺
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
datang kesini
Hasanah Purwokerto
Dimasa lalu, pasti ulah burhan nich..
Nah,,sekarang,,sblm hendra ketemu hana & pradipta,,burjan berusaha mencuci otak hendra untuk mbenci Pradipta yg notabene seorang polisi..
Hasutan apalagi yg kau berikan burhan..? nggak kapok" ya...
Sugiharti Rusli
kalo dia mendengar dari perspektif si Burhan mah jadi bias, mana mau si Burhan mengakui keslahannya terhadap Hana selama ini
Sugiharti Rusli
karena Hendra selama ini tidak mengetahui penderitaan Hana selama ini dia tinggalkan yah dan juga Sri sebagai istrinya dulu
Sugiharti Rusli
beruntung Ningsih secara bijak akan mengajak Hendra tuk berbicara di rumah yang sekarang mereka tempati biar Hendra bisa berpikir jernih
Sugiharti Rusli
sudah terpuruk pun tetap saja memeiliki pemikiran jahat yah si Burhan dan Rosma
Sugiharti Rusli
jangan" tadinya si Burhan berniat buruk dengan memfitnah si Pradipta ya, karena dia tahu Hendra punya dendam sendiri terhadap institusi tempatnya bekerja
🌺 Tati 🐙
aku kira si burhan akan sadar...bener2 berhati batu merekatuh,cari gara2 terus
vivinika ivanayanti
Jangan jangan Burhan memang yang selama ini merekayasa kejadian pisahnya Sri, Hendra dan Hana ....
Puji Hastuti
Apalagi ini, burhan oh burhan
Nar Sih
kejutan buat hana dan ibu sri nih ,semoga pk hendra bisa jls kan semua nya biar gk slh paham
Susilawati
lanjut Thor lanjut
Susilawati
kalo feeling ku sih rekayasa polisi seperti yg dikatakan oleh ayahnya Hana adalah ulah dari Burhan krn dia dendam telah menikahi Sri pacar nya.
semoga aja pak Hendra mau mengikuti kata2 nenek Ningsih.
Nur Asiatun: hati hati pak Burhan jangan merasa menang dulu
total 1 replies
Fittar
burhan punya rencana apa lagi ini
Susilawati
mungkin benar apa yg di katakan nenek Ningsih, bahkan Hana pun pernah bilang kalo dulu waktu ibu nya menikah dgn Burhan dia bersedia menerima Malika sebagai saudara dan berbagi kasih sayang ibunya, tapi sayang nya mereka serakah, egois dan jahat sama Hana sehingga menimbulkan rasa sakit hati dan dendam yg mendalam dlm diri Hana.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!