Di Talak Setelah Ijab Kabul

Di Talak Setelah Ijab Kabul

Tendangan maut

Pagi-pagi sekali, Dea sudah bangun dan membuat sarapan untuk keluarga nya. Karena membuat sarapan adalah tugas rutinnya semenjak lulus SMA. Sedangkan Ibunya, sibuk memasukkan kue kedalam wadah nampan. Kue ini akan di bawa Dea jualan di sekitar desa mereka.

Kue Ibunya memang sudah terkenal di desa ini. Karena di sini keluarga mereka lah yang berjualan kue. Jadinya tidak ada persaingan. Sedangkan keluarga lain, istri ikut turun ke bukit untuk membantu suami bekerja di kebun teh. Karena mayoritas sini penduduknya bekerja sebagai petani teh dan para wanita memetik nya. Ibu Dea memang tidak di izinkan suaminya bekerja di luar, karena memang begitu dari dulu. Untuk itulah Ibunya Dea begitu patuh pada sang suami.

Setelah sarapan terhidang di tikar dari anyaman pandan, dea memanggil adik dan ayah nya.

Ayah nya ke dapur dan duduk lesehan. Sang istri langsung menaruh nasi dan tahu tempe bacem ke dalam piring Romo, tak lupa gudeg kesukaannya.

Setelah Romo makan, baru lah yang lain memakan makanannya. Kini mereka sedang menyantap sarapan dalam keheningan. Memang aturan di rumah ini jika makan tidak boleh ada yang bersuara. Karena tidak sopan dan melanggar tata krama. Berbeda dengan Dea, Dea yang pintar dan pikiran nya memang maju bukan tidak mengerti tata Krama, hanya saja terkadang sedikit pusing jika harus diam begini. Secara Dia adalah tipe orang yang suka bicara dan humoris.

Setelah sarapan usai, Romo nya langsung beranjak dari duduknya.

“Aku ke kebun dulu. Nanti buatkan makanan yang enak, jangan lupa kue Serabi Notosuman, Pukis Badran dan Bakpia Balong.’’ ujar Romo pada istrinya.

“Baik Romo. Ati-ati nalika nyambut gawe. Iki bekalmu, ojo lali dipangan’’ Balas sang istri sambil memberikan bekal makanan yang di bungkus daun pisang di masuk ke rantang.

“Hem’’

Romo langsung keluar rumah, menuju ke belakang untuk mengambil motor bututnya. Lalu menjalankan motornya berangkat ke kebun.

Dea langsung membereskan bekas sarapan mereka dan membawanya ke belakang rumah untuk di cuci. Siap cuci piring, Dea kembali ke kamar nya untuk berganti pakaian. Lalu memasukkan beberapa uang receh, persiapan nanti jika tidak ada yang recehan untuk kembali para pembeli.

Setelah siap, dirinya langsung keluar kamar, menghampiri Ibunya yang sedang menampikan beras. Meraka jika makan, beras nya tidak perlu beli, karena ada sedikit sawah peninggalan orang tua Ibu Dea atau uti nya.

“Buk, Dea berangkat jualan dulu ya. Ibu jangan kemana-mana. Semua bahan kue sudah lengkap.’’ ujar Dea. Tadi sempat mendengar sang Romo minta di buatkan kue. Tapi Dea tidak tau untuk apa, di kiranya untuk makan sambil ngobrol dan nonton tv nanti malam. Karena memang biasa begitu.

“Iya, kamu hati-hati ya nduk. Jalanan nya juga licin iku habis udan’’ ucap ibunya seraya menyambut uluran salam dari Dea.

Usai pamit, Dea langsung meninggalkan rumah, mulai menjajakan kue nya.

.

🩵🩵🩵🩵

.

.

Kue.. Kue.. Kue..

“kue nya pak lek, Bu lek’’ tawar Dea pada tetangga yang tidak jauh dari rumahnya.

“Boleh lah, 10 ribu tok nduk’’ jawab Bu lek Sukiyem sambil mengulurkan uang 20 ribu.

“Sebentar ya Bu lek’’ Dea memasukkan kue ke dalam plastik.

“Ni Bu lek. Makasih ya bu lek, pak lek.’’ Dea langsung melanjutkan menjajakan jualan nya pada tetangga sekitar.

Di jalan tak sengaja bertemu rival nya. Sebenarnya Dea sangat malas berurusan dengan wanita satu ini. Ada saja ulah nya untuk menjatuhkan nama Dea.

Berawal dari kecemburuannya saat masih SMA, karena pria yang di taksirnya malah menyukai Dea. Dan sekarang pria kaya di desa sini yang mau dekatinya, malah di kabarkan menyimpan perasaan pada Dea juga. Maka semakin emosilah jiwa wanita ini.

“Wah, jebule wong wedok mlarat iki rasane enak tenan. Kepiye sampeyan bisa ngimpi karo anake bos teh!’’ ucap sukartini tersenyum mengejek.

(Wah, ternyata wanita miskin ini seleranya sangat tinggi juga ya. Bisa-bisanya bermimpi bersanding dengan anak juragan teh!)

Dea yang mendengar hinaan dari Sukartini hanya diam saja dan kembali melanjutkan langkahnya untuk kembali berjualan, tapi saat akan melangkah tiba-tiba Sukartini menyenggolnya sehingga nampan yang berisi kue jualannya jatuh ke tanah. Otomatis kue nya ikut berhamburan.

Dea yang awalnya malas menanggapi akhirnya naik darah juga lama-lama menghadapi wanita seperti modelan Sukartini ini. Dea membiarkan saja kue-kue nya berserakan. Dia mendekati Sukartini.

“Aku iki diam wae saat sampeyan ganggu tapi kok Yo tambah parah. Dadi jangan nyalahke aku jika Ndak mau 5 jariku ini membekas di bopeng mu itu.’’ balas Dea mengepalkan tangan nya menahan geram.

“Alah, wong sini juga tau bapak mu itu menjual anaknya pada juragan teh. Memang Ndak tau malu kalian iki’’ ucap sukartini pedas.

“Kowe pikir aku iki tergila-gila sama anak e juragan teh itu? Sorry ye! Kalo situ mau silakan mbok Yo di ambil. Usaha gitu loh, jangan nyalahi orang terus.’’ ujar Dea.

“Mana ada maling mau mengaku. Uwes Yo Dea, kali ini aku tak tinggal diam! Cukup dulu aku membiarkan kau dengan Endra. Sekarang tidak lagi!’’ ucap sukartini berapi-api.

“Endra?’’ Gumam Dea pelan. berusaha mengingat siapa gerangan yang di sebut wanita gil* itu.

“Wes, ambil saja kakang juragan mu itu. Aku sama sekali nggak tertarik. Eh lihat, itu di belakang mu!’’ ucap Dea tiba-tiba terpikir ide.

“Opo? Jangan ngganti pembicaraan.’’ sinis nya. Tapi tak urung berbalik juga melihat siapa yang di maksud Dea.

Dea yang tersenyum smirk tidak melewatkan kesempatan emasnya. Di angkat sedikit rok nya, lalu menendang bokong Sukartini. Hingga gadis itu terjungkang ke depan. Pas pula di depannya ada kubangan. Lengkap sudah penderitaannya.

hahahaha..

“Selamat anda belum beruntung! Oh iya Tini, asal Kowe tau Yo, Aku iki ndak pernah tertarik sama dua pria yang kowe maksud. Kalo Kowe menganggap mereka menyukai ku, ya aku bisa apa? Nama nya juga orang ayu(cantik), biasalah jadi rebutan. Sing penting aku mboten(tidak) pernah menggoda mereka, seperti kowe yang diam-diam menyelusup memasuki rumah Kardi anaknya pak RW. Upss! Sorry, sengaja keceplosan!’’ ujar Dea santai, sambil memainkan ujung kukunya.

Wajah Sukartini langsung pias mendengar ucapan Dea. Tak lagi mampu menghina musuhnya, takut juga apa bila rahasia nya bocor. Yang di pikirkan nya dari mana Dea ini mengetahui Dirinya yang pernah menyusup ke rumah Kardi.

“Apa Dia juga melihat aku sedang enak-enak waktu itu’’. gumam nya sangat pelan.

Setelah mengatakan itu, Dea memutuskan pulang saja karena tidak mungkin juga kembali menjual kue yang sudah kotor.

.

.

“Tunangan? Siapa yang mau?

.

.

Hay jangan lupa like subscribe vote dan komentarnya 🙏🫰🩵

Terpopuler

Comments

Hasrie Bakrie

Hasrie Bakrie

Assalamualaikum mampir yo

2025-06-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!