Iriana merasakan kekecewaan kepada tunangannya yang ketahuan berselingkuh bersama sahabatnya.
membuat ayahnya jadi khawatir, sehingga membuat ayah nya berpikir untuk ia tinggal di tempat ibunya (nenek Iriana) di Perdesaan.
**
"Apa kau sudah melupakan nya?"
Seseorang yang menunggu nya untuk melupakan kan mantan tunangannya.
Mampukah ia kembali jatuh cinta saat pernah di khianati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sky00libra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab18
Rai, sedang bersiap-siap hari ini ia akan mengantarkan kedua adiknya ke kota. Atau bisa dibilang numpang ke kota karena menggunakan mobil Reyhan. Jika balik lagi ke desa banyak kendaraan yang bisa ia gunakan, di antar sopir, atau taksi bisa juga pergi sendiri menggunakan mobilnya di garasi rumah.
Yang jelas masih banyak ia simpan. Keluar setalah sarapan dan tetek-bengek lain nya, ia melirik rumah samping yang ternyata sudah ada wanita nya menunggu di kursi teras rumahnya.
"Mba! Sini ayo Risa mau balik ke kota nih." Ucap Risa seraya memanggil Iriana agar mendatanginya. Meski tidak sopan karena menyuruh yang lebih tua, Risa tetap lah Risa si manja. Akhirnya Iriana menuju kearah Risa. Sesekali wanita itu menatapnya, ia mengulum senyum merasa gemas.
"Risa pasti kangen Mba dan desa sini deh."
"Mba juga, nanti jika liburan kuliahnya temui Mba sini!"
"Emang Neng Iriana gak mau ke kota apa?" Tanya Bibi Ayu di sebelah Risa.
"Gak tau juga Bi, mungkin akan lama tinggal disini saja." Rai menatapnya dalam, setelah tatapan mereka bertemu.
"Kerasaan bearti sudah nih."
"Iya Bibi."
"Mas berangkat dulu! Nanti Mas kasih kabar." Seraya mengusap pelan kepala Iriana. Dan pipi wanita itu sudah pasti memerah lagi, lihat caranya melihat sekitar seraya menunduk, pasti ia malu.
Bibi dan paman sudah pasti terkekeh, ia gemas pengen sekali menggigit pipi merah itu.
Melihatnya melambai kan tangan, ia dan adiknya sudah di dalam mobil dan perlahan mulai menjalan kan nya.
"Rey! Setir kan Mas duduk belakang saja." Reyhan hanya mengangguk setelah Rai menghentikan mobil nya di dekat gapura Klayangan. Turun dari mobil bergantian dengan Reyhan, Risa ia suruh ke depan menemani Reyhan.
Dek Iriana:
Mas sudah keluar gapura. Nanti kamu mau titip apa sama Mas?
Menunggu balasan dari wanitanya.
Dek Iriana:
Iya Mas! Gak ada titip apa-apa Mas.
Setiap 20 menit sekali ia akan mengirim pesan kepada Iriana.
Perjalanan ke kota hampir memakan waktu tiga jam jika tidak macet. Gerbang rumah mewah itu sudah terlihat, Rai bisa dua bulan sekali jika ingin pulang. Tapi kini ia ke kota sudah ada rencana jauh-jauh hari, lantas setelah Iriana siap menerima dirinya ia dengan cepat berpikir ingin minta restu kedua orang tua Iriana. Kemaren ia kembali ke kebun dan menemui Nenek lestari, ia ingin tau alamat orang tua Iriana. Wanitanya.
Mungkin besok ia akan berkunjung.
Di depan, diteras sana kedua orang tua nya, sudah menyambut ke tiga anaknya bersama suaminya.
"Aaaa senang nya anak mama kumpul semua!" Seru Dinda Ibu Rai kesenangan, bisa melihat ke tiga anak nya bisa pulang barengan. Risa berlari memeluk Dinda ibunya.
"Mama!! Risa kangen ih."
"Sama Papa gak hmm." Seraya merentangkan kedua tangan nya melihat kearah putri bungsu kesayangan. Risa pun memeluk kedua orang tuannya.
"Ma! Apa kabar? Sehat-sehatkan." Rai juga tidak kalah memeluk ibunya Dinda yang matanya berkaca-kaca. "Sehat, Mama sama Papa sehat Mas. Lama kamu gak jenguk Papa, Mama." Ujar Dinda dengan memegang kedua pipi Rai.
"Papa!"
"Jangan lupakan aku!" Sela Reyhan tidak mau kalah.
"sudah ayo masuk dulu ma! kita kangen-kangenan nya nanti lagi. Kalian belum makan kan." ujar Papa Roy seraya mengandeng putrinya.
Rai pun mengandeng ibunya dan Reyhan tidak mau kalah, mengambil sebelah kiri.
*****
Hari kedua di kota. Rai sudah menuju alamat rumah tempat Ayah Iriana, wanitanya. Ia sudah menghubungkan ayah Iriana, jika ada waktu ia akan bertemu. Pas sekali ayah Iriana sedang tidak mengajar hari ini.
Satu jam perjalanan akhirnya ia melihat gerbang besi hitam, dengan rumah sederhana tapi terkesan mewah. Ayah Iriana sepertinya sedang menunggu kedatangan nya, menyambut nya dengan gerbang yang sudah di bukakan.
"Masuk Nak! Parkir kan mobil nya kesini." Menunjuk pelataran yang terbilang luas.
"Sore om!." tersenyum seraya membawa hampers makanan bersama buah-buahan.
bersalam ayah Iriana, yang menyambut nya dengan ramah.
" Sore nak, Ayo masuk! Kita ngobrol nya di dalam." membawa Rai masuk kedalam ruang tamu.
"Duduk disini dulu Nak, Om ke belakang dulu."
Rai mengangguk seraya melihat ayah Iriana ke belakang. Melihat poto dinding ada Iriana bersama kedua orangtua seperti poto kelulusan. Dan Poto masa kecil Iriana.
Lucu....
"Cantik." Gumamnya seraya tersenyum.
"Maaf yah Om agak lama!" sedikit terkekeh.
"Gapapa Om!" Ia sedikit gugup baru kali ini menghadapi orang tua wanita yang ia cintai.
"Jadi, Rai. Ini kan yang tinggal di rumah Ayu. "
Angguk nya, "Iya, Om. Sudah saya anggap seperti bibi saya sendiri Om." seraya tersenyum.
Dhamaran terkekeh, dia tau sepupu nya Ayu itu tidak ada anaknya. Mungkin dia sudah menganggap, Rai seperti anak nya sendiri.
"Jadi, Rai tadi bilang ada sesuatu yang mau di omongin." ujar Dhamaran kembali setelah menghentikan kekeh-an nya.
"Ibu bawa ke sini minumannya!" Dhamaran setelah melihat istri nya dari belakang, ibu Iriana.
"Ini nak Rai! Silahkan di minum." tanya Embun seraya menaruhkan dua gelas kopi.
"Ekhm, iya tante! Makasih, Emmm ini tante sedikit makanan." gugupnya dengan pelan memberikan hampers ke Embun ibu Iriana.
"Aduh kenapa repot-repot! Makasih loh ini." diam sejenak dengan suasana yang sedikit hening.
"Jadi nak Rai ada apa yah?" pertanyaan serius Dhamaran menyadarkan Rai. Ia sedikit tegang menghembuskan nafas nya pelan.
"Om! Saya menyukai putri om Iriana. Saya kesini ingin minta izin dari Om dan Tante, saya ingin lebih dekat dan mungkin jika om dan Tante merestui hubungan saya dengan putri Om." jeda nya dengan perlahan menarik nafas dan membuangnya pelan.
"Saya ingin menjalin hubungan yang lebih serius lagi. Bersama putri Om." menatap kedua orang tua Iriana yang terlihat diam menatap nya. Mungkin kata-katanya sedikit kurang atau kurang menyakinkan. Ia terlalu gugup sampai apa kata-kata yang sudah ia susun dari rumah tadi, hilang dalam sekejap. Setelah menghadapi orang tua wanita yang ia cintai.
Dhamaran saling menatap dengan istrinya. Seraya tersenyum menghilang kan sedikit ketegangan untuk Rai.
"Nak Rai! Makasih loh Om suka dengan cara kamu ingin mendekati putri Om." Dhamaran menghela nafasnya pelan.
"Sebenar nya, Om kurang kenal sama kamu. Tapi ibu Om di desa sudah memberikan tahukan semua tentang kamu. Hanya satu pinta Om jika kamu benar-benar ingin lebih serius tolong jangan sakiti putri Om. Om dan istri Om, sudah membicarakan ini malam tadi setelah ibu Om memberi tahukan. Kami merestui nya. Tapi ini balik lagi ke putri Om gimana mau nya dia, yang menjalani nya kan dia." melihat Embun, yang dimana mata nya sedikit berkaca-kaca, mungkin dia senang ada yang mencintai putrinya dan menginginkan dengan cara yang baik-baik. Dan juga tidak melupakan kedua orang tuanya.
"Makasih Om, sudah mau memberikan izin saya buat lebih mengenal putri Om dan merestui niat baik saya." menunduk kan sedikit kepala nya. Ia bersyukur sedikit pun tidak ada halangan dari kedua orang tua wanita yang ia ingin kan.