NovelToon NovelToon
Secangkir Macchiato

Secangkir Macchiato

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Kehidupan Tentara / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:15.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aksara_dee

"Bang Akbar, aku hamil!" ucap Dea di sambungan telepon beberapa Minggu lalu.
Setelah hari pengakuan itu, Akbar menghilang bagai di telan bumi. Hingga Dea harus datang ke kesatuan kekasihnya untuk meminta pertanggungjawaban.
Bukannya mendapatkan perlindungan, Dea malah mendapatkan hal yang kurang menyenangkan.
"Kalau memang kamu perempuan baik-baik, sudah pasti tidak akan hamil di luar nikah, mba Dea," ucap Devan dengan nada mengejek.
Devan adalah Komandan Batalion di mana Akbar berdinas.
Semenjak itu, Kata-kata pedas Devan selalu terngiang di telinga Dea dan menjadi tamparan keras baginya. Kini ia percaya bahwa tidak ada cinta yang benar-benar menjadikannya 'rumah', ia hanyalah sebuah 'produk' yang harus diperbaiki.
Siapa sangka, orang yang pernah melontarkan hinaan dengan kata-kata pedas, kini sangat bergantung padanya. Devan terus mengejar cinta Dealova.
Akankah Dealova menerima cinta Devan dan hidup bahagia?
Ikuti perjalanan Cinta Dealova dan Devan hanya di NovelToon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35 : Kebenaran Yang Tersumbat

Kelanjutan Tuntutan

Dua Minggu lalu,

Di sebuah ruang VIP restoran mewah.

"Akbar, apa kamu yakin ingin membantu gadis ini mendapatkan keadilan kasus percobaan perkosaan?" tanya pengacara keluarga Akbar.

"Iya, sangat yakin. Kenapa, apakah sangat kuat lawan kita?" Akbar yang sedang mengirim pesan pada Dea, mengangkat wajah untuk mengalihkan pandangan pada pengacaranya.

"Gadis ini... mengajukan lanjutan gugatan pada kematian ayahnya. Penyelidikan sudah semakin fokus pada sepuluh orang pemburu. Diantaranya... Papamu, kamu dan Zelfi."

Ponsel yang Akbar pegang langsung terhempas dari tangannya. Tangan itu gemetar disertai tubuhnya yang menggigil ketakutan.

"Akbar!!" teriak Delon sang pengacara, saat Akbar terkulai lemah.

Tiga hari Akbar dirawat di rumah sakit karena depresi. Tubuhnya menolak untuk istirahat, ia tidak mau makan, minum dan matanya sulit terpejam. Ia terus membayangkan kebencian Dea padanya jika mengetahui bahwa pelakunya penembakan itu adalah dirinya.

"Selamat pagi letnan, ijin masuk." Deden sudah berdiri di ambang pintu. Akbar hanya mengangguk lesu.

"Apa yang terjadi dengan anda. Semalam letnan Zelfi menelpon mengabari kondisi anda," ucap Deden setelah duduk di samping brankar pasien.

"Mengapa calon istrimu ikut campur mengenai kasus penembakan dua tahun lalu?" tanya Akbar dengan suara lirih. Matanya memejam sebentar, ia merasakan matanya kering dan perih karena tidak bisa tidur.

"Laras, sangat peduli dengan Dea. Ini sebagai bukti bahwa Laras mendukung dan menyayanginya. Ia ingin Dea mendapatkan keadilan. Perlu letnan ketahui, selama dua tahun setelah kematian papanya, semua hak-hak almarhum tidak dapat ia terima bahkan almarhum dituduh sebagai sindikat penyelundupan hewan dilindungi. Ini sangat tidak adil baginya," tutur Deden.

Akbar mendesah kesal. Ia tidak menyangka papanya bertindak sejauh ini. Dituduh sebagai sindikat penyelundup adalah sesuatu yang keterlaluan. Bukannya datang meminta maaf pada korban dan menanggung semua biaya kematiannya. Malah balik mencemarkan nama baik korban.

"Maaf... Apa ini ada kaitannya dengan anda?" tanya Deden hati-hati.

Mata Akbar yang sudah lelah dan menghitam di sekitar kantung matanya, menatap manik mata Deden dengan lekat. Tanpa berkedip sama sekali, Akbar mengungkapkan...

"Aku mulai mencintai gadis itu, tapi bagaimana jika ia tahu bahwa kematian papanya ada kaitannya denganku, apa yang harus aku lakukan, Den?" Akbar terisak, bahunya terguncang. Keberaniannya hancur bersama tangisannya.

"Den, tidak bisakah kamu bujuk Laras untuk menghentikan tuntutannya. Aku mohon... " ucap Akbar dengan wajah memelas.

Deden menegakkan tubuhnya, wajahnya menegang. Ia lalu berdiri perlahan, melangkah mundur hingga suara derit kursi besi terdengar nyaring.

"Dimana jiwa kesatria anda, hanya karena perasaan cinta yang baru saja tumbuh, anda ingin membungkam kebenaran. Seharusnya... yang harus anda lakukan adalah meminta maaf pada Dea dan menyerahkan diri untuk mempermudah proses peradilan. Maafkan sikap saya yang kurang menghormati anda, permisi." suara Deden bercampur emosi. Ia berbalik setelah memberi hormat pada atasannya lalu melenggang pergi.

Akbar tersenyum kecut lalu menutup matanya, bulir airmata penyesalan menetes lagi seiring rasa sakit yang perlahan merobek jiwanya. Akan tetapi, ucapan Deden bagaikan sesuatu yang menyiram hatinya yang telah lama gersang. Mengapa hal itu tidak pernah ia dengar dari keluarganya.

Membungkam kebenaran.

Ya, sikapnya tidak kesatria. Ia ingin membungkam kebenaran yang justru akan menyakiti Dea lebih dalam lagi.

"Kamu bisa Akbar, kamu harus bisa jujur dan meminta maaf pada Dea," ucapnya lirih pada dirinya sendiri.

...—Flashback Off...

Cinta ini semakin kuat—Akbar

Senja itu, Akbar sampai di apartemen miliknya yang ia pinjamkan pada Dea selama di Jakarta. Tubuhnya yang masih lemah, ia paksakan datang untuk jujur dan meminta maaf pada Dea. Selama satu jam Akbar berdiam diri di depan pintu apartemen. Ia terus menguatkan hatinya untuk berani menghadapi kemarahan dan tatapan kebencian Dea.

Jika kebenaran ia ungkapkan.

Ia menarik napas begitu dalam. Merasakan degup jantungnya yang kian menghentak dinding dadanya. Ia memberanikan memencet bel, meskipun ia bisa saja membuka password yang ada di smart door lock pintu apartemennya, tapi ia menghargai Dea yang menjadi penghuninya sekarang.

Bel sudah ia tekan beberapa kali, namun pintu tidak juga dibukakan oleh Dea. Akbar yang masih belum stabil kejiwaannya, seketika panik. Ia menekan bel berkali-kali dan menekan password pada smart door lock, yang ternyata belum diganti oleh Dea. Perasaannya gelisah, ia mencari Dea di semua sudut apartemen. Ia melihat koper Dea tidak ada.

Akbar histeris.

"De, jangan tinggalin Abang. Beri Abang kesempatan untuk meminta maaf," ucapnya.

Suaranya pecah bersama penyesalan dan rasa bersalah yang terlalu berat ia rasakan. Jiwa Akbar begitu terguncang. Kehilangan Dea dan kesepian kini lebih ia takutkan daripada tuntutan hukuman.

Ia berjalan dengan goyah keluar apartemen untuk mencari Dea. Tubuhnya sedikit limbung hingga ia harus bersandar di dinding, berusaha menetralkan perasaan yang membuat dadanya semakin sesak.

Suara langkah kaki mendekat membuatnya menoleh untuk meminta bantuan. Samar-samar ia bisa memastikan sosok yang semakin dekat adalah Dea.

"Dea, akhirnya ku menemukanmu... "

"Abang!" Dea segera mendekat saat tubuh Akbar mulai terhuyung dan nyaris jatuh. Ia menjadikan bahunya sebagai sandaran kepala Akbar.

"Abang sakit?" tanya Dea khawatir dan membiarkan tubuhnya dijadikan penyangga tubuh Akbar yang tinggi. Pria itu hanya bergumam tidak jelas.

Dea memapah Akbar masuk ke dalam apartemen, lalu membaringkannya di sofa panjang. Suhu tubuh Akbar meningkat, ia mengalami demam tinggi hingga giginya saling gemerutuk karena rasa dingin di sekujur tubuhnya.

"Jangan pergi, De. Jangan pergi... " teriak Akbar gelisah dengan mata terpejam.

Setelah diberi obat pereda demam. Akbar tertidur pulas sambil menggenggam tangan Dea. "Apa yang terjadi denganmu, bang," gumam Dea. Ia menatap wajah Akbar yang memucat dengan kantung mata menghitam.

Menjelang tengah malam, Dea yang ketiduran di sofa terpaksa terbangun. Bunyi dering ponsel Akbar terus menerus berbunyi dan mengguncang keheningan di ruangan tamu. Dea sempat mengintip layar ponsel Akbar yang terus berkedip. Panggilan berkali-kali dari "mama hobi ngomel" dan "Kumis Pak Raden" terabaikan hingga puluhan kali. Dea tersenyum tipis. Kemungkinan Akbar tipe anak yang meresahkan kedua orangtuanya, atau orangtuanya yang terlalu banyak mengatur hidupnya, pikir Dea.

Ia segera bangkit untuk mengecek suhu tubuh Akbar dan memanaskan bubur yang sempat ia buatkan tadi. Ia kembali mendekati Akbar dengan membawa semangkuk bubur hangat.

"Bang, bangun dulu. Abang harus makan," ucap Dea lembut.

Akbar membuka matanya sedikit, samar ia lihat wajah Dea. Seketika Akbar berusaha bangkit, namun tubuhnya kembali limbung dan lemas. Tapi matanya ia paksakan untuk terbuka.

"De... " panggilnya lemah. Dea meletakkan mangkuk bubur di atas meja. Lalu mendekat, duduk di samping Akbar.

"Abang sakit apa sebenarnya, apa yang Abang rasakan?" tanya Dea lembut.

Akbar membuang pandangannya ke arah langit-langit ruangan. Keberaniannya hilang entah kemana saat melihat wajah Dea yang lembut.

"Bang... Kita ke rumah sakit ya?" pinta Dea

Akbar menggeleng lemah, lalu memberanikan diri menatap ke arah Dea. "M... Maaf... " tenggorokannya seakan menyumbat kebenaran yang berusaha berteriak.

"Maafkan aku Dea, tidak sanggup untuk jujur saat ini. Aku semakin menyayangi dan mencintaimu."

Di rumah Akbar.

"Aku tidak tahu bagaimana caranya, kasih ia uang tutup mulut atau teror ia jangan sampai kasus ini dinaikkan lagi!" perintah Jauhar di sambungan teleponnya pada seseorang.

"Perempuan yang bernama Laras, beri ia pelajaran!"

1
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
lihat dulu tamunya, akbar.
Aksara_Dee: Mr. Amnesia memang sok cool
total 1 replies
Mom Young
kataka katanya mendayu kak bikin mewek😓
Aksara_Dee: memang kisah sedih ini ka, single mom
total 1 replies
Aksara_Dee
di episode 61 ada part ttg adila
Aksara_Dee: tetap di akui anak Akbar, keluarga Akbar sangat terbuka dan legowo menerima penderitaan anaknya
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ: oke, kasihan anak itu, sist. terjebak dalam kemelut keluarga.
total 2 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
btw, apa kabar putri donna?
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
semoga kebohongan inI segera terbongkar. thoriq sekeluarga akan benar-benar terbongkar segala kebusukannya, hingga menyadarkan akbar, dia mencintai wanita dari keluarga 🐍, tapi bukan anaknya Nyimas ibunya nilam.. 🤭
Aksara_Dee: dua-duanya sudah aku buat draft sampai ending ka. tapi pas baca ulang, aku nggak sreg buat di update. mau ngeditnya tuh berat banget, blm ada feelnya
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ: mungkin karena ada buat novel ini, jadi fokusnya terbagi. mending satu2, supaya tidak mangkrak kedua karyanya. 😊
total 3 replies
Dee
Kamu tuh nyadarnya telat Akbar🥲
Aksara_Dee: Akbar masih berjuang dgn ingatannya
total 1 replies
Dee
Hadeh Dona.. makin bikin emosi aja tiap baca part tentang dia 😤
Aksara_Dee: Obsesinya mencelakakan nasib orang lain
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kebahagiaan perlahan menggenapi perjuangan dea & bara. semangat terus yaa..
sementara akbar masih tersandera dengan wanita psiko.
kasihan
Aksara_Dee: Akbar juga masih denial dengan pernikahannya dgn Dea.
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ: ah, hanya taktik. syukurlah... akbar yang paling berhak mengetahui semua kebenarannya. tentang bara terutama
total 5 replies
Dinar Almeera
Aku kirim mawar tanpa pot hihihi
Aksara_Dee: wow terima kasih kaa🥰🙏
total 1 replies
Dinar Almeera
Kaaaa akhirnya aku duluan lagiii
Aksara_Dee: juara kaka ❤️🌹
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
apa kabar akbar?
Aksara_Dee: episode selanjutnya
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
pergi untuk kembali ya, devan. semoga tak ada lagi halangan & duka ya.
Aksara_Dee: semoga happy ending
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan 👍
Aksara_Dee: terima kasih ka
total 1 replies
Dee
Selalu aja nyusahin😏
Aksara_Dee: nggak insyaf²
total 1 replies
Dee
Kasian Akbar, Dea... dia itu kejedot jd aja memorinya langsung ke-reset ke karakter antagonis 🥲
Aksara_Dee: kembali ke stelan pabrik ya ka 😅
total 1 replies
Hazelnutlatteice🪷
Sehat selalu buat kak Dee and para raiders
Murah rezekinya biar bisa berbagi gift
Aksara_Dee: Aamiiin... terima kasih kaka ❤️🌹
total 1 replies
Hazelnutlatteice🪷
Selalu ngak sabar nunggu datangnya bab” lanjutnya🥰
Aksara_Dee: siap kaa
total 1 replies
Hazelnutlatteice🪷
Next bab kak Dee fighting 🫰🏻
Aksara_Dee: semangaat kaka ❤️
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
selalu ada pengganggu untuk lelaki2 yang tak bisa tegas dengan prinsipnya.
aca masih punya muka untuk bertemu devan? wih paraaah.
Aksara_Dee: kisah cinta Dimas dan Aca aku taruh di akhir ya ka
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ: berarti memang tak ada cinta di hati aca
total 5 replies
Elisabeth Ratna Susanti
amin amin amin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!