Serra gadis 24 tahun harus menerima takdirnya menikah dengan seorang pria yang bernama Damar. Tetapi tidak pernah di anggap sebagai istri. Tinggal bersama mertua dan juga adik ipar yang ternyata selama pernikahan Serra hanya dimanfaatkan untuk menjadi pelayan di rumah itu.
Hatinya semakin hancur mengetahui perselingkuhan suaminya dengan sepupu sang suami yang juga tinggal di rumah yang sama dengannya. Segala usaha telah dia lakukan agar keluarga suaminya bisa berpihak kepadanya. Tetapi di saat membongkar hubungan itu dan justru dia yang disalahkan.
Serra merasa sudah cukup dengan semua penderitaan yang dia dapatkan selama pernikahan, Akhirnya memutuskan untuk membalas secara impas semuanya dengan menggunakan Askara paman dari suaminya yang bersedia membantunya memberi pelajaran kepada orang-orang yang hanya memanfaatkannya.
Jangan lupa untuk terus baca dari bab 1 sampai akhir agar mengetahui ceritanya.
follow ainuncefeniss.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28 Jawaban Yang Tepat
Maya benar-benar kaget melihat surat yang diberikan Askara padanya.
"Apa maksudnya ini paman?" tanyanya dengan suara yang bergetar.
"Ini Perusahaan! Kamu harus punya sopan santun memanggil saya apa di Perusahaan ini. Jika di Perusahaan tidak ada hubungan saudara!" tegas Askara yang sangat risih mendengar Maya harus memanggilnya dengan sebutan Paman.
"Maaf Paman. Maksud saya Pak!" Maya yang tidak ingin mendapatkan masalah lagi kembali mengubah panggilannya.
"Tetapi kenapa tiba-tiba saya mendapatkan teguran seperti ini dan apa kesalahan saya?" tanya Maya yang pasti protes.
"Kamu masih bertanya apa kesalahan kamu. Bukannya bekerja tapi kamu malah sibuk pacaran di ruangan Damar dan kamu pikir karyawan di perusahaan ini digaji untuk berpacaran," jawab Askara membuat Maya mengerutkan dahi.
"Kenapa bapak bisa mengatakan seperti itu kepada saya berada di dalam ruangan Damar itu karena saya sebagai sekretarisnya dan pasti ada pekerjaan yang saya kerjakan dan bukan santai-santai," ucap Maya membela diri.
"Kamu jangan memberikan alasan yang tidak masuk akal itu kepada orang yang sangat tahu bagaimana orang-orang di Perusahaan ini bekerja. Alasan kamu sangat tidak masuk akal dan jangan kamu pikir saya tidak tahu apa pekerjaan kamu. Ini teguran pertama untuk kamu yang sebaiknya bekerja pada pekerjaan kamu dan bukan bersantai-santai di ruangan atasan kamu dan jika saya melihat hal itu lagi saya akan mengeluarkan kamu dari perusahaan ini!" tegas Askara yang tidak main-main memberi ancaman.
"Tapi saya adalah Sekretaris damar dan yang bisa memecat Saya dari perusahaan ini hanya Damar," ucap Maya.
"Jangankan Sekretaris siapapun di Perusahaan ini, Damar saja bisa saya tendang dari Perusahaan ini jadi pertimbangkan kembali kata-kata kamu dan ubahlah sifat kamu yang semena-mena di perusahaan ini!" tegas Askara.
Maya yang tidak bisa berkutik, mengepal tangannya dengan raut wajahnya yang banyak sekali ingin dia protes kepada Askara tetapi sepertinya percuma dia melakukan hal itu karena yang ada Askara akan semakin marah padanya.
"Saya sudah cukup memberikan teguran kepada kamu dan keluarlah dari ruangan saya!" sahut Askara yang kembali melanjutkan pekerjaannya.
Maya merapatkan giginya yang menghantarkan kedua kakinya ke lantai yang tidak terima dengan perbuatan Askara dan pergi begitu saja tanpa berpamitan.
***
"Apa kamu bilang? Paman Askara memberikan kamu ancaman dan bahkan surat teguran?" tanya Damar yang pasti Maya langsung melapor kepadanya.
"Kamu bisa baca sendiri!" jawabnya yang sejak tadi sudah meletakkan surat tersebut di atas meja.
"Apa-apaan ini? berani sekali dia mengganggu kamu," sahut Damar yang terdengar kesal.
"Lalu apa yang bisa kamu lakukan dan bahkan dia ingin memecatku. Dia juga mengatakan kepadaku jangankan hanya aku sebagai sekretaris dan kamu juga bisa ditendang dari Perusahaan ini!" tegas Maya yang sejak tadi marah-marah.
"Kurang ajar! Dia pikir siapa dirinya berani memberikan ancaman seperti itu," sahut Damar dengan kesal.
"Aku yakin semua ini pasti karena Serra!" ucap Maya yang tiba-tiba saja menyalahkan Serra.
"Kenapa kamu mengatakan seperti itu?" tanya Askara.
"Bagaimana semua itu bukan karena Serra. Dia melihatku masuk ruangan kamu dan selang beberapa menit aku sudah dipanggil yang artinya dia mengadukan semua ini kepada Askara. Coba kamu pikirkan bagaimana liciknya wanita itu yang sengaja bekerja di perusahaan ini yang ingin bersaing denganku!" tegas Maya yang menyalahkan Serra.
"Kurang ajar! Wanita ini sudah aku duga tujuannya untuk bekerja kembali ke Perusahaan ini hanya ingin mencari gara-gara dengan kamu," sahut Damar
"Bukankah aku sudah mengatakan kepada kamu untuk tidak mengizinkan dia masuk ke Perusahaan dan lihat seenaknya membuatku sekarang dalam posisi seperti ini," ucap Maya.
"Aku akan mengurus semua ini!" sahut Damar dengan tangan terkepal yang dari aura wajahnya terlihat marah dengan matanya yang menatap begitu tajam.
****
Setelah menyelesaikan pekerjaannya akhirnya Serra kembali pulang ke rumah. Saat masuk ke rumah Serra melihat ke arah dapur yang ternyata ada seseorang di sana wanita yang terlihat membersihkan dapur sekitar berusia 30 tahunan.
Ekspresi wajah Serra bertanya-tanya siapa wanita tersebut yang membuatnya mendekati dapur sehingga langkahnya menyadari wanita tersebut yang membuat wanita berparas manis itu menundukkan kepala.
"Kamu siapa?" tanya Serra.
"Maaf Nona saya Desi, saya asisten rumah tangga di rumah ini," jawabnya.
"Jadi Mama akhirnya memanggil asisten rumah tangga. Baguslah kalau begitu dia menyadari bahwa aku tidak akan pernah lagi melakukan apa yang aku lakukan sebelumnya," batin Serra.
"Apa Nona membutuhkan sesuatu?" tanya wanita itu yang sedikit gugup karena mungkin masih malu-malu yang baru menemui Serra untuk pertama kali.
"Tidak! Saya hanya ingin mengambil air putih saja," jawab Serra.
"Kalau begitu biar saya ambilkan," sahut wanita itu.
"Tidak usah!" Serra yang mencegah dengan cepat.
"Hanya mengambil air putih saya masih bisa melakukannya," ucap Serra yang membuat wanita tersebut menganggukkan kepala.
"Kamu sudah pulang!" baru saja meneguk air putih. Niken yang datang menghampiri dapur. Serra menganggukkan kepala.
"Ini Desi asisten rumah tangga di rumah ini dia yang akan membantu kamu," ucap Niken yang ternyata memanggil asisten rumah tangga bukan untuk mengurus seluruh rumah tetapi membantu Serra.
"Memang Serra butuhkan bantuan apa?" tanyanya.
"Saya tidak bisa melarang kamu bekerja karena bagaimanapun kamu memang harus memenuhi kebutuhan keluarga kamu agar keluarga kamu tidak bergantung pada saya dan keluarga ini. Tapi kamu juga jangan lupa untuk kewajiban kamu sebagai menantu di rumah ini. Jadi karena kamu bekerja yang artinya kamu juga harus bekerja di rumah ini dan berbagi tugas dengan Desi agar pekerjaan kamu ringan dan bisa dikejar," jawab Niken yang ternyata tidak mau rugi dan tetap saja melibatkan Serra.
Mendengar pernyataan itu membuat Serra hanya tersenyum.
"Desi apa kamu digaji bekerja di rumah ini?" tanya Serra yang membuat Desi menganggukkan kepala yang mana mungkin juga dia tidak digaji memang ada orang yang tidak mau kerja digaji.
"Kalau memang Serra juga harus bekerja di rumah ini, maka Mama juga harus membayar Serra," ucap Serra.
"Apa katamu!" pekik Niken.
"Serra sudah bekerja dan Serra tidak memiliki waktu untuk melayani semua orang di rumah ini. Jika sebagai seorang istri, Serra masih bisa melayani suami dan kebutuhannya dan itu juga tidak dia inginkan sama sekali. Jadi Serra tidak bisa melakukan pekerjaan seperti biasa," ucapnya yang berterus terang.
"Apa katamu! Kau lama-lama benar-benar menantu yang tidak tahu diri. Sekarang kau sudah semakin berani dan perhitungan dengan orang-orang yang ada di rumah ini yang kau tidak sadar sendiri bahwa kau juga tidak akan menjadi apa-apa jika bukan karena orang-orang di rumah ini!" tegas Niken.
"Selama ini Serra sudah memberikan banyak waktu untuk keluarga ini dan bahkan memberikan seluruh tenaga Serra tanpa ada bayaran sepeserpun dan Serra rasa ini bukan waktunya lagi untuk mengabdikan diri. Jadi jika Mama membayar orang untuk bekerja di rumah ini dan jika Mama juga ingin Serra melakukan hal itu maka bayarlah maka Serra akan melakukannya," ucapnya dengan sangat santai berbicara kepada Ibu mertuanya itu.
"Serra mau kekamar dulu," ucap Serra yang tersenyum dan kemudian pergi yang pasti membuat Niken semakin kesal.
Bersambung....