NovelToon NovelToon
Danendra Dan Rahim Simpanannnya

Danendra Dan Rahim Simpanannnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Keluarga / Angst / Pihak Ketiga
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: SunflowerDream

Danendra dan Alena sudah hampir lima tahun berumah tangga, akan tetapi sampai detik ini pasangan tersebut belum juga dikaruniai keturunan. Awalnya mereka mengira memang belum diberi kesempatan namun saat memutuskan memeriksa kesuburan masing-masing, hasil test menyatakan bahwa sang istri tidak memiliki rahim, dia mengalami kelainan genetik.

Putus asa, Alena mengambil langkah yang salah, dia menyarankan agar suaminya melakukan program tanam benih (Inseminasi buatan). Siapa sangka inilah awal kehancuran rumah tangga tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunflowerDream, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Awal mula sandiwara

Saat ini grup chat keluarga sedang heboh. Satu pesan dari Danendra membuat grup chat yang tergabung dua keluarga besar menjadi penuh dengan notifikasi.

Mereka semua masih tidak percaya saat Danendra memberikan pengumuman atas kehamilan Alena. Danen menceritakan mereka juga baru tahu akan kehamilan Alena hari ini, karena wanita itu tidak menunjukkan tanda-tanda khusus, Danen dengan istrinya menganggap sepele jika Alena menunjukkan tanda-tanda kehamilan misalnya mual dan lainnya, pasangan suami istri itu tidak menyangka ternyata Alena sudah hamil sepuluh minggu.

Alhasil Danendra mendapat omelan dari ibu kandungnya, sang ibu mengomel mengatakan anak tunggalnya lalai dan tidak perhatian sehingga tidak menyadari bahwa istrinya sedang hamil. Bukan hanya itu semua orang yang tergabung dalam grup itu terus menyalahkan Danendra. Danen menjadi kelelahan harus meladeni anggota keluarganya yang mengomel dan meminta penjelasan lebih lanjut bagaimana bisa mereka tidak menyadari bahwa ada janin yang berkembang dalam rumah tangga itu.

“Gimana sayang?” Tanya Alena ingin mengetahui respon keluarganya, dia tidak berani  membuka grup.

“Udah kamu tenang aja sayang, semua orang sedang mengucapkan selamat.” Jawab Danen santai, tapi tetap sibuk membalas semua pertanyaan mama, papa, papa mertua dan bahkan Bang Aleon.

Dia mengatakan kepada semua orang bahwa  Alena sedang hamil dua bulan dua minggu, dan sedang dalam pemeriksaan lebih lanjut.

Alena masih belum berani menghidupkan selulernya, dia tidak siap harus menghadapi keluarganya, dia belum mampu untuk berbohong sebaiknya dia harus menghindar agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Di malam yang tenang itu Alena tidak bisa tidur, sedangkan suaminya terlihat nyenyak sekali dalam dengkuran khasnya. Bagaimana mungkin Alena bisa tidur sedangkan besok dia harus menghadap papa dan keluarga mertuanya. Dia belum siap jika orang-orang itu bertanya dan menemuinya, walaupun Danen  sudah menyakinkan bahwa besok akan baik-baik saja tapi tetap saja ini tidak mudah.

Makan malam keluarga sepertinya akan menjadi begitu menakutkan. Alena berharap waktu berjalan lambat dia  sangat tidak siap bertemu keluarganya dan harus berpura-pura hamil.

Waktu yang dicemaskan tiba, walaupun dengan berat hati Alena  tetap menurut mengikuti semua apa yang diucapkan suaminya. Saat ini mereka semua sudah berkumpul di rumah orang tua Danen, ada banyak makanan yang tersaji, mama mertuanya berkata ini adalah bentuk syukur setelah sekian lama menunggu akhirnya tiba, jujur berita akan kehadiran seorang cucu  sudah didambakannya dari dulu. Begitu juga dengan Dharma, sosok pria paruh baya itu tidak berhenti tersenyum saat melihat putrinya duduk manis bersama menantunya duduk berdampingan menikmati makanan yang  tersaji.

“Papa senang sekali melihat putri papa begitu bahagia dengan pernikahannya.”  Dharma membuka percakapan setelah mereka semua selesai menyantap menu utama.

“Dan sepertinya kebahagian putri papa semakin lengkap karena sebentar lagi akan menjadi seorang ibu.”

“Iya sayang, mama juga bahagia sekali waktu Danen bilang kamu sedang mengandung, rasanya ini sebuah keajaiban, mama sudah lama menunggu cucu dari kalian.”

“kamu yang sehat ya Alena, jangan terlalu mengkhawatirkan kakak. Kakak jadi merasa bersalah saat tau kamu terlalu mengkhawatirkan kakak sampai tidak menyadari dengan perubahan tubuh kamu sendiri.”

Semua orang di sana selalu mengucapkan kalimat-kalimat manis  dan kalimat penuh syukur, mereka semua terlihat bahagia hanya karena berita kehamilan Alena. Dua keluarga besar itu jarang sekali berkumpul dalam satu meja makan seperti ini, tapi berkat kehamilan Alena mereka semua bersedia meluangkan waktunya, bahkan Dharma yang saat itu berada di Toronto langsung terbang pulang ke negaranya dia tidak ingin ketinggalan momen perayaan akan kehamilan cucu pertama.

Semua orang di sana penuh senyum mereka bahagia, bahkan wajah Danendra juga memancarkan kebahagiaan, tapi tidak dengan Alena dia tidak merasakan kebahagiaan apa pun sebaliknya hati kecil perempuan itu penuh cemas.

Dia terus memainkan kuku-kukunya demi mengurangi rasa cemas yang menimpanya saat ini. Dia merasa berdosa harus mengaku hamil di depan semua orang dan bahkan harus bercerita bohong akan perkembangan janin di dalam rahimnya.

Wajah perempuan itu tidak berseri bibirnya pucat padahal sudah menggunakan pewarna bibir terbaik. Tanpa dia sadari bulir keringat mulai menghiasi wajah cantiknya, dengan  perlahan Alena meraih pergelangan suaminya, ia genggam tangan itu.

Danen merasakan buku jari istrinya tidak hangat seperti biasa, tangannya dingin dan mengepal kuat saat dia menoleh ke samping dia terkejut melihat wajah Alena sudah bercucuran keringat.

“Sayang kamu oke?” Tanya Danen berbisik.

Alena tidak menjawab dia hanya semakin kuat mengepal tangannya, Alena selalu merasa cemas saat melihat raut senang di wajah papa. Dia telah membohongi papa Alena merasa  berdosa sekali.

“Maaf semuanya sepertinya kami harus pamit pulang lebih awal. Alena butuh istrirahat, dia sudah terlalu lama menghabiskan waktu di luar.” Danen memotong pembicaraan di saat orang tua dengan mertuanya asik bercerita.

Dharma yang awalnya bersemangat menceritakan semua rencana masa depan bersama calon cucunya menjadi terhenti, ia menoleh ke arah putrinya saat Danen mengakatakan akan pamit pulang. Dilihatnya wajah cantik anak bungsunya memang  sedikit pucat dan bola matanya juga meredup, dia kasihan sekali tapi seingatnya dulu mantan istrinya juga pernah seperti ini jika sedang hamil dan kurang istrirahat redupan matanya semirip itu.

“Ya kamu harus pulang cepat Danen, kasihan istrimu dia butuh istrirahat.” Seru Dharma sedikit panik, dia ingat jika seperti ini  anaknya itu bisa jatuh sakit.

“Pulanglah nak, menantu mama harus istrirahat yang cukup. Mama juga nanti akan sering-sering mengunjungi kalian, kasihan jika kamu bekerja siapa yang akan menemani Alena, wanita hamil tidak boleh ditinggal sendiri.”

“Kalian harus terima saran papa, jangan coba-coba mengerjakan pekerjaan rumah lagi sendirian papa akan carikan orang untuk bantu-bantu Alena di rumah ya nak, jangan menolak ini demi kebaikan kamu.”

Alena hanya mengangguk sebisanya, dia tidak menjawab apa pun bibirnya terlalu kelu jika harus mengucapkan kalimat penuh kebohongan lagi, saat ini dia hanya ingin  segera pergi dari perkumpulan keluarga ini, semua orang  membicarakan cucu, sedangkan dia tidak akan melahirkan seorang bayi pun, itu mustahil.

Selama perjalanan pulang Alena hanya terdiam, dia tidak menanggapi suaminya yang sibuk bertanya akan kondisinya saat ini. Tidakkah Danendra mengerti istrinya itu sedang mencoba berdamai dengan takdir. Saat berkumpul dengan keluarganya dia jadi tahu ternyata kehadiran seorang cucu begitu diharapkan. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi orang-orang itu jika dia berkata yang sebenarnya.

Akankah mereka tetap tersenyum seperti itu jika Alena mengatakan dia mandul, maukah mertuanya menerima kekurangan menantunya ini,  bahkan Alena baru melihat sosok papa tersenyum begitu lepas saat membahas calon cucunya. Selama ini semenjak kepergian ibu, Alena tidak pernah lagi melihat ayahnya tersenyum begitu lepas.

Dia terluka, Alena terluka melihat senyuman keluarganya. Rasanya dia jahat sekali mengkhianati senyum papa dan saudara tersayangnya. Jujur ini semua di luar kendalinya, dia tidak  bermaksud membohongi semua orang tapi keadaan memaksa.

“Danen kita harus berjuang yang terbaik untuk calon bayi itu.” Ujar Alena tiba-tiba setelah terdiam begitu lama.

“Semua orang mengharapkan kehadiran bayi, semua orang bahagia dengan kehadiran bayi ini, kita harus mewujudkan itu. Mari lahirkan seorang bayi dan terus menjaga senyuman semua orang, hanya dengan cara itu kita bisa menebus dosa kita.”

Danen yang sibuk menyetir menoleh sekilas, “kamu menyesal?”

“Tidak ada yang perlu disesali, kita sudah memulai semua ini. Seperti katamu semua akan baik-baik saja, aku harap begitu.”

“Iya sayang semua akan baik-baik saja, rumah tangga kita akan semakin bahagia karena akan kelahiran bayi kembar, ini sudah takdir, Tuhan pasti memilih kita menjadi orang tua karena kita mampu. Tugas kita sekarang adalah harus berjuang yang terbaik demi masa depan anak-anak kita ya, jangan ada penyesalan kita hanya berusaha yang terbaik.”

Alena tidak tahu apakah langkah ini benar, berbohong demi sebuah kebahagian, atau harus jujur dengan resiko semua orang terluka.

Rasanya sudah banyak luka yang diterima ayahnya, Alena jadi berpikir setidaknya dia harus memberikan sedikit  kebahagiaan untuk orang tua yang dia miliki saat ini walaupun dengan cara yang  salah.

Bersambung.

1
Rafly Rafly
perempuan bodoh.. udah cacat dalam gampang di kibulin pula..l
Phoenix Ikki
Siapin tisu buat nangis 😭
Oralie
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!