Ratu Primora Anastasia, harus menghadapi kenyataan, bahwa suaminya membawa selir dari perjalanan perangnya.
Seolah kurang untuk menyakitinya, selirnya juga sedang hamil.
Usia pernikahannya yang memasuki 5 tahun saja tidak membuahkan seorang pewaris.
Kejadian demi kejadian akhirnya membuatnya harus diturunkan tahtanya.
Primora yang memiliki harga diri yang tinggi, tidak akan menerima semua ini dengan sia sia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Peri Bumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Primora yang biasanya terkena tekanan darah rendah, belakangan ini sepertinya berganti terkena tekanan darah tinggi. Pasalnya dia banyak marah-marah. Dia akhirnya banyak melakukan meditasi untuk menenangkan dirinya sendiri. Sebab kadangkala kepalanya berdenyut sakit tak karuan.
Desi yang pengertian membawakannya teh melati yang harum, aroma nya bisa menenangkannya.
Saat ini dia hanya ingin hidup tenang. Tapi ketenangan itu rasanya mustahil, sebab dirinya adalah Medan magnet bagi semua masalah. Dirinya dan masalah, seperti sebuah kutub positif dan kutub negatif, cocok dan tidak terpisahkan.
"Nyonya, hari ini ada pertemuan sosial di kediaman Marquis Titania."
"Hm..." Primora cuma menjawab ala kadarnya.
Dia sebenarnya tidak mau datang, tapi tidak enak dengan Marquis yang memberikan banyak bantuan dikala susah. Dia punya peran penting dalam mobilisasi prajurit. Dia adalah seorang loyalis negara.
Primora berjalan-jalan di taman untuk melihat yang segar. Mendengar kicauan burung dan aneka bunga dan tanaman di taman membuat kepalanya setidaknya lebih segar.
Tapi sepertinya nasib apes selalu menimpanya. Di kejauhan cabai sang raja mendekat ke arahnya.
"Salam Yang Mulia Ratu." Dia memberikan salamnya pada Primora. Primora hanya melihatnya.
"Ratu... Bulan ini usia kehamilan saya memasuki 4 bulan. Pada bulan ini nyawa bayi akan ditiupkan pada janin. Jadi maukah Yang Mulia mengelus perut saya?"
Primora menatap Selir suaminya itu dengan tajam.
Esme tersenyum malu-malu. Kali ini dia sengaja memancingnya. Ratu sudah lama tidak hamil, jadi dengan hal remeh seperti ini, dia pasti akan marah kan. Esme sudah melihat rombongan para pejabat sedang berjalan ke arah taman.
"Kenapa aku harus memegangnya? Itu kan anakmu bukan anakku!"
"Apa?" Esme kaget mendengarnya.
"Tapi kata Yang Mulia Raja, anak ini nanti akan diasuh oleh Ratu untuk meneruskan Tahta." Esme masih tersenyum.
Daru dibelakang Sang selir hanya bisa menunduk, dalam hatinya dia bergumam, dia sengaja memancing kemarahan Ratu rupanya. Dia sangat licik dan berani.
"Oh ya?" Primora masih dalam sikap tenangnya. "Itu kan kata Raja, bukan kataku." Primora kemudian langsung pergi.
"Yang Mulia..." Esme mencoba mengejarnya. "Aaaah... Dia tersandung sendiri dan jatuh."
"Yang Mulia Selir..." Daru segera berlari menolong sang selir.
"Hiks... Hiks... Kenapa Ratu jahat sekali kepadaku."
Para pejabat yang memang akan melewati taman melihat kejadian itu, Selir yang menangis dan terduduk di tanah. Sedangkan Ratu terlihat berdiri dengan angkuhnya.
Mereka melihat itu dengan dipenuhi asumsi.
"Yang Mulia Ratu..." Kata salah seorang diantaranya. Mereka berjumlah 5 orang. Terdiri dari Menteri keuangan, Menteri Politik, Menteri militer dan dua pejabat administrasi biasa.
Primora sudah tahu, mereka akan berpikir negatif kepadanya.
"Pemandangan yang tidak menyenangkan ini tidaklah patut." Kata Menteri keuangan, Count Zabur.
"Saya yakin Yang Mulia Ratu adalah orang yang bijaksana." Berikutnya Menteri militer Marquis Titania, yang siang ini akan dia hadiri pesta nya.
"Bagaimana pun, ketenangan keluarga Kerajaan harus stabil, karena akan mempengaruhi segalanya." Count Gideon, Menteri Politik menambahkan.
Esme tersenyum dengan perasaan kemenangan. Sesuai dengan rencananya. Esme tidak mau mengoreksi kesalahpahaman tersebut.
"Tidakkah kalian semua terlalu berlebihan dalam menasehati ku? Kalian hanya melihat apa yang ingin kalian percayai. Aku bahkan tidak menyentuhnya, apakah itu salahku kalau dia menangis dan terduduk di tanah?"
Kelima orang itu saling berpandangan satu sama lain.
"Hiks... Tolong kalian semua jangan menyalahkan Yang Mulia Ratu... Ini salahku Hiks..."
Wanita lemah yang menyedihkan sellau berhasil menarik perhatian banyak orang.
"Selir sedang hamil saat ini, jadi tidakkah Yang Mulia Ratu harusnya bersikap lembut." Viscount Riple yang seorang petugas administrasi kemudian menambahkan komentar.
"Lalu perbuatan kasar apa yang kalian maksud itu?"
"Itu..."
"Kalian bahkan tidak bisa menjawabnya."
"Katakan pada mereka, apa yang sudah aku lakukan padamu!" Nada Primora sendiri keras, bahkan Esme dan para petugas kaget ketika mendengarnya. Ratu tidak pernah marah, tapi dia memang orang yang tegas. Berkat kedisiplinan nya, semua urusan negara bisa lancar , bahkan kalau ditinggal raja berperang selama berbulan bulan lebih lamanya.
"Saya minta maaf Yang Mulia Ratu... Hiks... Saya salah, saya menganggu waktu Ratu, saya mencoba mengakrabkan diri. Saya tidak tahu diri... Hiks..."
Desi yang ada dibelakang Primora dibuat geram olehnya. Dia adalah Ratu drama yang sesungguhnya.
"Kamu yakin, Robert tidak memungut mu dari sebuah teater?"
Hiks.. hiks... Disela tangisnya, Esme mendongak.
"Apa maksud Yang Mulia Ratu?"
Esme, dia tidak mencoba meluruskan suasana, tapi malah membumbui semuanya dengan menyiram bensin api pada percikan obrolan tersebut.
Esme kini sudah bangkit dibantu oleh Daru.
"Hebat..."
Primora tidak mau lelah menjelaskan lagi.
"Kalau kamu sudah tahu itu, maka jangan pernah muncul di hadapanku lagi." Katanya dengan nada dingin. Kelima orang yang menyaksikan Ratu yang tampak jelas berbeda itu kaget.
Hiks... Hiks... Esme semakin menangis.
Kelima orang itu menatap Esme dengan prihatin.
"Dan untuk para pejabat negara, apakah kalian punya waktu yang sangat luang sehingga bisa berada disini dalam waktu yang lama? Menonton pertunjukan drama rumah tangga orang memang menyenangkan, tapi berkomentar sepihak itu adalah tindakan kejahatan juga. Kalian bahkan tidak tahu bagaimana kronologi kejadiannya. Tapi sudah berani menyimpulkan. Kalian adalah tokoh penting dimana satu kalimat yang kalian katakan bisa sangat mempengaruhi banyak orang. Tapi berani berkomentar asal-asalan kepadaku?"
Sejujurnya mereka memang tidak tahu bagaimana kejadian ini semua, tapi mereka telah melihat pihak satu nya menangis dan seperti meminta pertolongan dan pihak satunya berdiri dengan tegak. Bukankah itu terlihat seperti sebuah penindasan.
"Aku tidak pernah sekalipun berbuat tidak adil pada semua kebijakan negara. Bahkan tidak menentang pengangkatan selir yang sudah 100 tahun hilang. Tapi disini, kalian mempertanyakan sikap adikku?"
"Maafkan kami Yang Mulia."
Esme seketika berubah kesal. Wanita ini, pintar sekali mengolah kata. Hanya dengan sedikit komentar nya saja, bisa membuat mereka semua berubah pikiran. Memang pengaruhnya tidak main-main. Bukankah pamornya mengalahkan sang Raja? Aha... Ini dia, Esme telah menemukan sesuatu yang baru.
"Maaf sudah ikut campur, kami tadi hanya berniat menengahi saja. Mohon maafkan kami atas kelancangan kami."
Setelah meminta maaf, mereka lalu pamit pergi. Meninggalkan ketegangan yang terjadi. Tapi untuk antisipasi, mereka sudah menyuruh seseorang untuk memanggil Yang Mulia Raja. Bagaimana pun, Selir sedang hamil, jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak-tidak.
Primora lalu tertawa. "Kenapa? Apa kamu berharap mereka akan merundungku? Kasian sekali... Semua nya tidak sesuai dengan kehendak mu kan?"
Esme menghapus air matanya. Mukanya jelas kesal. Daru yang ada dibelakangnya tahu, sehabis ini, dialah yang akan menjadi pelampiasan kemarahan sang Selir.
"Jangan pernah main-main denganku!" Kata Primora lalu meninggalkan Esme dan pelayannya.
Hih... Esme kemudian menghentakkan kakinya ke tanah.
"Dasar wanita sombong!"
Dia masih kesal dengan amarahnya. "Lihat saja nanti!"
Api dendam itu semakin membara.
setuju 👍
semoga ini bs bikin semangat othorr untuk up lg 😍😍😍😍
love se kebon thorr