"Hentikan berbuat konyol untuk menarik perhatianku, segera tanda tangani surat cerai?!" kata pria itu sedikit arogan.
Lisa menatap pria itu, dan tidak mengenalinya sama sekali. Kecelakaan yang dialami membuatnya amnesia.
Lisa tak lagi memandang Jonathan penuh cinta, dan bahkan setuju untuk menandatangani surat cerai. Namun, sikap yang acuh malah membuat Jonathan kalang-kabut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon erma _roviko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Lebih cepat lebih baik, keluarga juga sudah setuju dan menerimanya," kata Alex dengan senyum percaya diri yang menusuk hati Lisa.
Tiba-tiba, dunia Lisa seperti runtuh. Kedua tungkai kakinya terasa lemas, seolah tak mampu menopang tubuhnya yang tiba-tiba dipenuhi dengan beban berat keraguan.
"Tapi... kamu belum menanyakan pendapatku," bisikannya, suara yang tercekat dalam kerongkongan, sementara matanya membelalak dengan campuran kekecewaan dan kemarahan.
"Apa yang kamu maksud?" tanya Alex, nada suaranya yang datar membuat Lisa merasa semakin frustasi.
"Aku belum siap untuk ini semua," kata Lisa, suaranya yang lembut tapi penuh dengan ketegasan membuat Alex terkejut.
"Aku butuh waktu untuk memikirkan tentang masa depan kita.”
"Kamu tidak ingin menikah denganku?" tanya Alex, matanya menatap tajam ke dalam jiwa Lisa, mencari jawaban yang sebenarnya.
Lisa menghela nafas, frustasi terlihat jelas di wajahnya. "Sudahlah, kamu tidak akan mengerti," ucapnya dengan kesal, sambil menggelengkan kepala.
Wajah polos Alex yang biasanya membuatnya terkesan lucu, kini membuatnya merasa kesal.
"Aku butuh seseorang yang benar-benar siap untuk hubungan serius, bukan hanya omong kosong," pikir Lisa, sambil mengamati Alex dengan tatapan kritis.
Alex menggenggam kedua tangan Lisa dengan lembut namun tegas, matanya menatap dalam ke arahnya dengan intensitas yang membuat jantung Lisa berdebar.
"Aku tahu kamu masih trauma dengan pernikahan, masih terluka oleh kenangan pahit dengan dia," katanya dengan suara yang penuh keyakinan dan empati. "Tapi aku bukan dia, Lisa. Aku bukan orang yang akan menyakiti atau meninggalkanmu."
Alex menarik napas dalam-dalam, suaranya bergetar dengan emosi yang mendalam.
"Aku mencintaimu dari dulu hingga sekarang, dan aku ingin membuktikan bahwa aku berbeda. Aku ingin menunjukkan bahwa aku bisa menjadi pasangan yang baik untukmu, yang akan selalu mendukung dan melindungimu."
Tangan Lisa terasa hangat dalam genggaman Alex, namun keraguan masih membayang di matanya. Apakah dia bisa mempercayai pria ini? Apakah dia bisa membuka hatinya lagi setelah terluka begitu parah?
Lisa menatap Alex, mencari jawaban di balik mata yang penuh harapan itu. Dan apa yang dia lihat? Cinta yang tulus, kesabaran yang tak terbatas, dan keinginan untuk membuktikan diri yang tidak pernah goyah.
"Berikan aku kesempatan untuk menunjukkan cintaku yang sebenarnya," bisik Alex, suaranya yang lembut namun penuh keyakinan membuat hati Lisa bergetar. Apakah dia bisa memberikan kesempatan kedua untuk cinta?
Akhirnya, hubungan Alex dan Lisa semakin erat dengan pertunangan yang sakral. Kedua keluarga bahagia, tersenyum lebar melihat cinta yang tumbuh di antara mereka.
Di sisi lain, di rumah yang jauh, Jonathan bersimpuh di kaki ibunya, Diana, dengan wajah yang dipenuhi penyesalan dan kesedihan.
"Mama, aku salah... Aku mencintai Lisa, tapi aku tidak pernah menghargainya," kata Jonathan, suaranya tercekat oleh tangisan.
"Kenapa Mama setuju dia bertunangan dengan orang lain?"
Diana menoleh, matanya yang lembut namun tegas memandang putranya.
"Karena kamu telah membuat pilihan sendiri, Jonathan. Kamu tidak pernah benar-benar menghargai Lisa saat dia ada di sisimu. Sekarang, dia telah menemukan cinta sejati dengan orang yang tepat."
Terdiam, Jonathan menyadari bahwa ibunya benar. Dia telah kehilangan kesempatan untuk memiliki Lisa selamanya. Kini, yang bisa dia lakukan hanyalah meratapi kehilangannya.
Jonathan tidak bisa menerima kenyataan bahwa Lisa akan menjadi milik orang lain. Di dalam hatinya, dia masih merasa memiliki Lisa, dan yakin bahwa wanita itu masih mencintainya.
‘Lisa, kamu hanya milikku!’ ucapnya dalam hati, dengan keyakinan bahwa Lisa tidak akan pernah benar-benar meninggalkannya.
"Akan aku buktikan, Lisa masih mencintaiku!" monolognya dengan rasa percaya diri yang berlebihan.
Dia yakin bahwa Lisa hanya ingin membuatnya sakit hati, tapi sebenarnya wanita itu masih mencintainya dengan sangat dalam.
Jonathan memutuskan untuk melakukan segala cara untuk mendapatkan Lisa kembali, tidak peduli apa yang harus dia lakukan. Dia tidak akan menyerah sampai dia berhasil merebut kembali hati Lisa, dan membuktikan bahwa cintanya tidak akan pernah berubah.
Jonathan mengepalkan tangan saat melihat Alex menggandeng tangan Lisa, rasa iri dan cemburu membakar hatinya. Dia ingin sekali menghajar pria itu, membuatnya tidak bisa mendekati Lisa lagi.
‘Tidak, Lisa mencintaiku, bukan dia!’ serunya dalam hati, seperti ingin menjeritkan kebencian dan kesedihannya.
Jonathan memegangi kedua sisi kepalanya yang terasa sakit, seolah dihantam benda keras dengan sangat kuat.
Rasa sakit itu bukan hanya fisik, tapi juga emosional. Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa Lisa telah berpaling darinya dan memilih orang lain.
Amarah dan kecewa memenuhi dirinya, membuat dia semakin nekad untuk merebut kembali hati Lisa.
Arneta mengintai Lisa dan Alex dari kejauhan, senyum licik terukir di wajahnya yang cantik namun menyimpan niat jahat.
‘Berbahagialah untuk sekarang, Lisa, tapi tidak di lain waktu,’ bisiknya dalam hati, mata yang tajam memancarkan niat yang tidak baik, seolah-olah dia sudah melihat kehancuran yang akan menimpa mereka.
Dengan kesabaran yang luar biasa, Arneta menunggu momen yang tepat untuk menyerang, memanfaatkan setiap kesempatan untuk menghancurkan kebahagiaan Lisa dan Alex. Dia telah merencanakan semuanya dengan sangat matang, dan yakin bahwa rencananya akan berhasil dan mengubah segalanya.
Senyumnya semakin melebar saat dia membayangkan bagaimana Lisa dan Alex akan terjatuh dari puncak kebahagiaan mereka.
"Kamu tidak akan pernah tahu apa yang akan menimpamu," gumam Arneta, dengan rasa puas dan percaya diri yang tak tergoyahkan.
Perlahan Lisa mulai merasa nyaman dengan keberadaan Alex, yang terpenting pria itu memberikan cinta dan perhatian yang selama ini tidak pernah ia dapatkan.
Saat melihat Alex berjongkok membenarkan tali sepatunya, Lisa tidak bisa menahan perasaannya.
'Aku tidak pernah dicintai, beginikah rasanya dicintai oleh orang yang tepat?' batinnya, mata yang berkaca-kaca menatap sosok yang membuatnya merasa berharga.
‘Aku merasa seperti sedang berada di surga. Dihargai, dan di ratukan tanpa mengemis meminta cinta,’ gumam Lisa dalam hati, merasakan kebahagiaan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.
Dengan cepat, dia menyeka air mata yang hampir menetes, berusaha menyembunyikan perasaannya agar tidak ada yang tahu.
"Apa kamu sudah siap untuk pergi?" tanya Alex sambil berdiri dan menatap Lisa dengan senyum hangat.
Lisa mengangguk, mencoba menyembunyikan air mata yang masih membasahi matanya.
"Ya, aku sudah siap," jawabnya dengan suara yang lembut, berusaha menahan perasaan yang meluap-luap di dalam hatinya.
Alex tidak menyadari perubahan pada Lisa, tapi dia bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang berbeda pada wanita itu.
"Apa kamu bahagia?" tanya Alex sambil memegang tangan Lisa, menatapnya dengan mata yang penuh kasih.
Lisa tersenyum, merasa hatinya dipenuhi dengan cinta dan kebahagiaan.
"Ya, aku bahagia," jawabnya dengan suara yang tulus, merasakan cinta yang sebenarnya untuk pertama kalinya dalam hidupnya.
cinta nanti dulu biarakam si Alex membuktikan jangan cuma ngomong doang