NovelToon NovelToon
Dinikahi Untuk Dibenci

Dinikahi Untuk Dibenci

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Playboy / Konflik etika / Angst / Romansa / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒

“Pastikan kau sembuh. Aku tidak menikahimu untuk jadi patung di rumah ini. Mulailah terapi. Atau…” Edward menunduk, berbisik di telinganya, “...aku pastikan kau tetap di kamar ini. Terikat. Tanpa busana. Menontonku bercinta dengan wanita lain di tempat tidur kita.”

Laras gemetar, tapi matanya tak lagi takut. “Kau memang sejak awal… tak lebih dari monster.”

Edward menyeringai. “Dan kau adalah istri dari monster itu.”

Laras tahu, Edward tidak pernah mencintainya. Tapi ia juga tahu, pria itu menyimpan rahasia yang lebih gelap dari amarahnya. Ia dinikahi bukan untuk dicintai, tapi untuk dihancurkan perlahan.

Dan yang lebih menyakitkan? Cinta sejatinya, Bayu, mungkin adalah korban dari semua ini.

Konflik, luka batin, dan rahasia yang akan terbuka satu per satu.
Siap masuk ke kisah pernikahan penuh luka, cinta, dan akhir yang tak terduga?

Yuk, baca sekarang: "Dinikahi Untuk Dibenci"!
(Happy ending. Dijamin!)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Peduli

PAGI HARI — KAMAR LARAS

Cahaya matahari menyusup dari celah tirai.

Laras membuka mata. Matanya sembab. Tapi kini, tak ada isak. Tak ada air mata yang jatuh.

Ia duduk. Memeluk tubuhnya sebentar, lalu perlahan melepaskannya.

Dada itu masih sakit. Tapi sekarang, ada api yang menyala kecil di dalamnya.

Ia bangkit.

Langkahnya pelan tapi pasti. Ia berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya.

"Aku nggak sempurna." katanya dalam hati.

"Tapi aku juga bukan milik siapa pun. Termasuk Edward."

Tangannya menyisir rambut pelan. Wajahnya tetap pucat, tapi sorot matanya… berbeda.

Lebih tajam.

Lebih tenang.

"Aku tetap akan hidup. Untuk diriku sendiri. Untuk membuktikan… bahwa kamu tidak bisa menaklukkanku."

Ia mengenakan pakaian sederhana namun rapi. Tak banyak make-up. Tapi caranya membawa diri, menunjukkan seorang wanita yang telah memilih untuk bertahan.

RUANG MAKAN — PAGI YANG SAMA

Edward duduk di meja makan. Rambutnya masih acak-acakan, matanya sembab tapi tetap terlihat arogan.

Laras muncul. Langkahnya tenang. Ia duduk seperti biasa, tanpa berkata apa pun.

Edward melirik, ingin mengintimidasi. Tapi Laras… bahkan tak melihatnya. Hanya mengambil segelas air dan roti, lalu perlahan menyuap sarapannya.

Tenang. Dingin. Tegas.

Edward mengernyit.

“Kau pikir sikap acuhmu itu akan membuatku terkesan?” katanya sinis.

Laras menatapnya sebentar. Mata mereka bertemu. Kali ini bukan Laras yang menghindar.

“Aku hanya sedang belajar… tidak peduli pada orang yang tidak layak mendapat kepedulianku.”

Laras berdiri. Meletakkan gelasnya pelan, tak ada emosi. Ia berjalan pergi, meninggalkan Edward yang mendadak tak bisa berkata-kata.

Di balik diamnya, Laras telah mengambil kendali.

Dan Edward bisa merasakannya.

***

RUANG KERJA EDWARD – SIANG HARI

Edward duduk di kursinya, menatap layar laptop… tapi pikirannya jauh dari angka-angka dan laporan di depannya.

Pikirannya terpaku pada sikap Laras pagi tadi.

"Aku hanya sedang belajar… tidak peduli pada orang yang tidak layak mendapat kepedulianku.”

Kalimat itu terngiang lagi dan lagi di kepalanya. Bukan kata-katanya yang menyakitkan. Tapi cara Laras mengatakannya.

Tenang.

Tanpa dendam.

Tanpa ketergantungan.

Seolah Edward bukan siapa-siapa.

Ia menggertakkan rahang. Jari-jarinya mengetuk meja cepat, gelisah.

“Kenapa dia berubah? Kenapa aku merasa dia… menjauh?” gumamnya.

Laras yang dulu selalu terdiam, takut, mudah dipatahkan—sekarang bukan lagi perempuan yang sama.

Dan untuk alasan yang tidak bisa ia pahami… itu mengusiknya.

Ia berdiri tiba-tiba. Mengacak rambutnya sendiri. Lalu melangkah ke jendela. Mengangkat ponsel. Tapi tak tahu siapa yang ingin ia hubungi.

Laras? Untuk apa?

Bayu? Untuk memperingatkan agar tak mendekati istrinya lagi?

Tidak.

Ini bukan soal Bayu.

Ini soal dirinya sendiri yang merasa kehilangan kendali atas Laras.

Dan itu membuatnya…

frustrasi.

Ia kembali ke meja. Meraih gelas kristal di dekat laptop. Mengisinya dengan anggur merah.

Meneguk sekali.

Dua kali.

Tapi itu tak menenangkan.

“Bodoh. Aku nggak peduli padanya,” bisiknya keras.

Ia lempar gelas itu ke dinding.

PRANGG!!

Pecahan kaca melayang ke mana-mana. Cairan anggur menodai dinding putih seperti darah.

Edward mengusap wajahnya kasar. Menjambak rambutnya, menahan napas yang terasa sesak.

“Kenapa aku bisa kayak gini?!”

Ia jatuh terduduk di kursi, menutup wajahnya dengan dua tangan. Frustrasi. Marah. Tapi lebih dari itu—takut kehilangan sesuatu yang tak ia sadari selama ini… mulai ia pedulikan.

Ruangan itu kedap suara. Tapi kekacauan di dalam Edward—tak bisa lagi dia sembunyikan.

RUANG KERJA SHAIlENDRA – MALAM HARI

Langit di luar jendela dipenuhi awan gelap. Hujan mengguyur perlahan, menyamarkan ketegangan yang sedang terjadi di dalam ruangan besar bergaya klasik itu.

Shailendra berdiri di depan jendela kaca besar, mengenakan setelan abu-abu yang rapi. Di balik kerut wajahnya, terlihat keraguan… dan untuk pertama kalinya—penyesalan.

Bayu berdiri di ambang pintu, tubuh tegapnya bersandar santai, tangan di saku celana. Ia tahu dipanggil papanya untuk satu hal: Laras.

“Kau sudah tahu dia istri orang, Bayu,” suara Shailendra terdengar berat, tak langsung menatap anaknya. “Hentikan semua ini… Jangan menjatuhkan harga dirimu demi wanita biasa yang sudah bersuami.”

Bayu tertawa, kecil tapi sinis.

“Biasa?” Ia melangkah mendekat. “Kalau dia wanita biasa, kenapa Papa sampai repot mengingatkanku?”

Shailendra menoleh, menatap Bayu dengan pandangan tak terbaca.

“Karena Papa ingin kau sadar, kau pantas untuk sesuatu yang lebih… bukan perempuan yang bahkan tak bisa kau miliki.”

Bayu menghela napas.

Matanya tajam, tapi nada suaranya tetap tenang.

“Lucu juga, baru sekarang Papa ingin ikut campur hidupku. Selama dua puluh delapan tahun terakhir, Papa bahkan lupa kalau aku ini anak kandung Papa.”

Shailendra terdiam.

“Sejak Mama meninggal…” Bayu menatap ayahnya, rahangnya mengeras menahan amarah yang telah lama tertahan. “Papa selalu melihat aku seperti kutukan hidup. Seolah kematian Mama itu salahku. Seolah aku yang mencuri wanita yang Papa cintai.”

Shailendra hanya diam, tapi Bayu tidak berhenti.

“Dan setelah Papa menikah lagi, aku tetap tidak punya sosok ibu. Jangankan kasih sayang—figur seorang ibu pun tidak pernah aku rasakan dari dia.”

Suara Bayu mulai bergetar. Tatapannya menusuk.

“Yang dia lakukan hanya menjelek-jelekkan aku di depan Papa. Setiap waktu, setiap kesempatan. Sementara anaknya... anak yang Papa kira darah daging sendiri itu—selalu dipuji, selalu dibela.”

Shailendra menelan ludah, ragu membalas.

Bayu mendekat, suaranya semakin rendah tapi tajam.

“Padahal dia bukan anak Papa. Tapi dia dapat segalanya. Perhatian. Kasih sayang. Segala fasilitas dan pelukan yang seharusnya juga bisa kudapatkan.”

Ia menghela napas, kepalanya sedikit menunduk.

“Sementara aku... aku cuma anak kandung yang Papa beri uang bulanan. Hanya itu. Seolah uang bisa menggantikan kasih sayang yang nggak pernah Papa kasih.”

Bayu tersenyum miris, nada suaranya mulai mengeras.

“Papa pikir aku lupa? Uang bulanan dan sekolah mahal bukan kasih sayang, Pa. Itu cuma… kompensasi. Tanggung jawab tanpa hati.”

Ia menatap mata ayahnya yang mulai menghindar.

“Aku tumbuh dengan luka, Pa. Luka yang nggak kelihatan, tapi ada di sini...” Bayu menunjuk dadanya. “Setiap kali Papa lebih memihak dia. Setiap kali Papa diam saja waktu aku dipermalukan di depan keluarga. Setiap kali Papa menganggap aku cuma beban dari masa lalu yang nggak Papa inginkan.”

Ia menahan napas sejenak, menenangkan gejolak yang hampir meledak.

“Padahal aku cuma mau didengar. Dianggap. Dilihat sebagai anak sendiri... bukan bayangan dari Mama, bukan pengingat masa lalu yang Papa sesali.”

Bayu menggeleng pelan, tawanya hambar.

“Dan sekarang, saat Papa tahu telah dikhianati wanita itu, Papa baru peduli padaku?”

Shailendra masih terdiam. Sorot matanya meredup. Hatinya mengeras, tapi bukan karena marah—melainkan karena rasa bersalah yang selama ini ia abaikan.

Bayu menatap tajam, seolah menantang kejujuran dari lelaki yang seharusnya menjadi pelindung pertamanya.

“Setelah Papa tahu istri Papa yang sekarang bukan seperti yang Papa kira… Setelah Papa tahu anak yang Papa banggakan, memanjakan, yang Papa bela mati-matian itu bahkan bukan darah Papa…” Bayu tertawa getir, nyaris mencibir, “Baru Papa sadar aku ini anak Papa juga?”

...🍁💦🍁...

.

To be continued

1
Juvie Ja
jgn2 Edward punya penyakit jiwa..sakit mental😏
abimasta
sabar dan kuatkan hati mu laras,biarkan edward dan sherin hancur
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
kuatlah laras. kelicikan mereka masih panjang, semoga diakhir laraslah yg tersenyum bahagia. 😔
Siti Jumiati
Dendam tidak akan membuat hidupmu tenang Edward, berdamai itu indah klau kamu sudah menyadari itu semua,sekarang semua menjadi lebih rumit karena ulahmu sendiri.
merry
sherinn jhtt bgtt y bgtuu jgg dgn Edward moga klian dpt batu y
merry
lbh bgs meinctai dr jauh bayu
merry
bnr kt ppmu bayuu laras istr org lbh baik kmu jg dr jauh dgn kekuasaan mu,, klo laras bhgia y kmu lpsin cintamu ,, dr pd ngejar laras yg ada kmu mati gmn lbh baik nkmatin hdpmu klo bs bls perbuatan bpkmu,, ank kandung ank dr wanita yg dia cintai tp dsktin,, lbh percya org luar yg br msk dlm khdpny,, skrg ternyt bini PP mu selingkuh bhkn ank yg ppmu kira ank y ternyta bukn ank kandung ppmu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
laras. ketulusan yang hadir di tengah gelapnya keserakahan & kekejian manusia. 😢
Juvie Ja
Edward terlalu pendendam
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Anto D Cotto
menarik
𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
syisya
rasa iri dengkimu itu yg akan menghancurkan kehidupanmu sherin.
aku berharap petugas RS yg diancam sherin akan menolong laras secara diam" memberikan hasil tes kesehatan yg asli karena gak tahan melihat kegaduhan yg terjadi tidak ada habisnya terutama kasihan pada laras ternyata sherin gunakan hasil tes palsu itu untuk berbuat jahat lebih jauh ..semoga penyamaran edward juga terungkap bukankah dia adalah edwin yg OP kabur dari tanggung jawab bayu & mengincar laras dia pikir bakal menang tp dia salah
abimasta
semoga laras tetap kuat,dan edward benar2 hancur
Siti Jumiati
Sherin didukung kedua orang tuanya untuk menghancurkan Laras tp tidak semudah itu...
Laras orang baik pasti akan ada orang yang menolongnya tanpa ia minta.
semangat lanjut kak sehat selalu 🤲
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
sepertinya laras bukan anak kandung ya?
bagaimana bisa orang tuanya malah mendukung Sherin menjatuhkannya?
syisya
rintangan yg sangat berat semoga, semoga edward & sherin mendapatkan balasannya mereka hancur bersama"
sherin kira akan hidup tenang kalau semua hasil dari merebut & memaksa, salah kamu sherin kamu akan hidup tersiksa seperti di neraka
Juvie Ja
smga author sdh memilih bayu sbgai jodoh kebhgiaan Laras dri awal bukan Edward
abimasta
laras pasti kuat,
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
Terima kasih bayu. 😭😭😭😭😭😭😭😭😭
Herman Lim
Laras kamu pasti bisa lwet semua ini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!