Setelah membaca tolong tekan LIKE ya.
Ini sequel dari novel My Husband Is Possessive.
Lebih tepatnya ini cerita Wulan dan Kevin.
Penyesalan karena kehilangan perempuan yang di cintai membuat Kevin berubah menjadi pria dingin tak tersentuh. Tiap hari dia habiskan untuk bekerja dan mencari Wulan.
Bagaimana perjuangan Kevin dalam mencari Wulan yang tiba-tiba kabur dalam keadaan hamil.
Kalau ada yang masih binggung alur ceritanya, baca dulu novelku yang judulnya My Husband Is Possessive.
Cerita ini hanya khayalan author kalau ada kesamaan atau salah mohon maaf.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ismiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Ini bos laporan yang anda minta," kata pria di depannya menyerahkan laporan yang Kevin minta.
"Oh ya bos ini surat pengunduran nona Vera," pria itu juga tak lupa menyodorkan amplop berwarna coklat yang di dalamnya berisi surat pengunduran Vera.
"Vera?" Tanya Kevin memastikan telinganya tak salah dengar.
"Iya Bos,"
Brakkkk.....
Pria itu berjingkat kaget.
Kevin dengan marah membanting hasil laporan yang di bawa oleh orang kepercayaannya.
"Apa ada yang salah?" Batin pria itu binggung alasan Kevin membanting laporan yang dia berikan.
"Kamu, bagaimana bisa kamu memberi ijin untuk Vera mengundurkan diri dari perusahaan tanpa seijin ku hah," Kevin menatap pria di depannya dengan marah.
"Maaf bos, saya tidak tahu. Saya hanya memberikan ijin seperti karyawan sebelum-sebelumnya yang ingin keluar dari perusahaan dan alasan yang di berikan nona Vera juga terdengar masuk akal," kata pria itu dengan takut dan binggung karena dia tak tahu alasan Kevin marah padahal Vera hanya karyawan biasa.
"Keluar kamu...." Mendengar ucapan Kevin pria itu langsung bergegas pergi sebelum atasannya itu semakin marah dan memecat dirinya tanpa tahu kesalahannya saat ini. Meskipun binggung tetapi pria itu mengerti dan langsung pergi secepat mungkin.
Ray binggung menatap Kevin.
"Bos kenapa anda bisa semarah ini, apa Vera berbuat kesalahan?" Tanya Ray hati-hati.
"Kamu lupa Vera itu siapa?" Kata Kevin kesal.
"Ya dia hanya karyawan biasa," jelas Ray masih belum ingat siapa Vera.
"Ray...." Kevin mengerang marah memanggil nama Ray penuh penekanan.
"Ya bos sih pakai tanya balik," protes Ray sedikit takut.
"Vera adalah kunci utama keberadaan istri ku," kata Kevin membuat Ray melotot.
"Jadi Vera tahu dimana nyonya Wulan melarikan diri," kata Rey berbinar membuat Kevin melotot tak suka saat bilang kalau Wulan melarikan diri.
"Jadi kamu tahu kan yang harus kamu lakukan," kata Kevin penuh penekanan.
"Tahu bos, mencari Vera," jawab Ray senang.
Ray berfikir lagi menatap bos nya berkali-kali. "Oh ya bos cari dimana? Pasti nona Vera sudah pergi jauh, lagian sudah dari kemarin nona Vera keluar dari perusahaan," kata Ray lesu.
"Nah itu tugas kamu, cari Vera secepatnya," perintah Ray.
"Tetapi bos," kevin tak membiarkan Ray protes.
"Tidak ada bantahan," tekan Kevin membuat Ray pasrah.
"Nasib jadi bawahan. Nurut saja daripada potong gaji," batin Ray pasrah.
"Oh ya apa ada kabar terbaru pencarian istri ku?" Tanya Kevin lagi.
"Anak buah kita cuma mengabarkan kalau ada orang yang sepertinya melihat nyonya Wulan naik kereta," jelas Ray.
"Bagus, tambahkan anak buah kamu untuk mencari istri ku," perintah Kevin.
"Saya permisi bos," Ray langsung keluar dari ruangan Kevin.
Setelah Ray keluar, Kevin menyadarkan tubuhnya di kursi.
"Semoga kamu cepet ketemu sayang," batin Kevin penuh harap agar istrinya cepat ketemu.
.
.
Di tempat lain...
Wulan sedang asyik duduk di teras, namun tiba-tiba ada ibu paru baya yang menghampiri dia.
"Neng Wulan," sapanya ramah.
"Iya Bu ada apa?" Kata Wulan dengan ramah.
"Oh ya neng dengar-dengar suaminya kerja di luar negeri ya," kata ibu itu.
"Iya Bu,"
"Neng Wulan harus hati-hati, pantau terus suaminya agar tidak selingkuh. Kan banyak yang kerja di luar negeri tak pulang-pulang, eh tahu nya di sana punya istri lagi," kata ibu itu membuat Wulan tersenyum kecut.
"Iya Bu,"
"Oh ya mending neng Wulan pisah saja terus nikah sama anakku yang duda itu, meskipun cuma petani tetapi dia setia kok neng dan ibu juga tak keberatan sama anak dalam kandungan neng Wulan," kata ibu itu dengan senyum lebarnya.
Wulan melotot tak tahu harus menjawab bagaimana.
"Wulan, ayo cepat sarapan," teriak Rita dari dalam rumah.
"Fyuuh untung saja ada Rita," batin Wulan.
"Maaf ya Bu, saya mau permisi kedalam," kata Wulan dengan sopan.
"Iya neng, jangan lupa omongan ibu tadi. Anak ibu cakep kok," kata ibu itu sebelum pergi.
"Pffffttttt ha ha ha ha ha ha ha," Rita tiba-tiba muncul dari balik pintu, dia tak kuasa menahan tawa.
"Kamu ini ngagetin aja," gerutu Wulan.
"Cie yang di lamar ibu-ibu," goda Rita.
"Ck apaan sih," Wulan dengan cemberut masuk kedalam rumah, dia langsung menuju meja makan.
"Kamu tidak mau pertimbangkan tuh saran ibu tadi," Rita masih saja usil menggoda Wulan.
"Ck jangan bahas lagi, ayo kita makan," ajak Wulan.
"Oh ya Lan, ini waktunya kamu periksa kandungan," kata Rita mengingatkan Wulan agar Wulan tak lupa.
"Oh iya, ya, untung saja kamu ingatkan," kata Wulan
"Suruh Kenan kesini saja, aku malas buat kesana," kata Wulan yang saat ini sudah duduk di meja makan sambil memakan krupuk.
"Eh kamu dapat darimana?" Tanya Rita heran melihat temannya itu sedang makan krupuk karena Rita merasa dari kemarin dia tak membeli kerupuk sama sekali.
"Oh ini, di kasih sama mas-mas pemarah itu," kata Wulan.
"Hah mas pemarah, maksudnya siapa?" Tanya Wulan binggung.
"Itu yang hampir nabrak kita kemarin, nah tadi tak sengaja aku ketemu dia terus dia kasih aku ini sebagai permintaan maaf kemarin," jelas Wulan sambil asyik makan.
"Enak...." Tanya Rita.
"Enak, nih coba saja," kata Wulan menyodorkan kerupuk itu ke Rita.
Rita tanpa ragu mengambilnya, lalu memasukkan ke dalam mulutnya. "Emmm.... Iya memang enak," guman Rita.
Tok tok tok tok tok....
"Eh siapa tuh, kamu lihat gih," kata Wulan memerintah Rita.
"Ck kamu saja," Rita saat ini malas bergerak, dia baru saja duduk menikmati rasa krupuk yang enak ini sudah disuruh buka pintu.
"Aku malas berjalan, kamu saja," kata Wulan menolak.
Rita mau tak mau harus berdiri dan berjalan menuju pintu.
Tok tok tok tok tok....
"Sabar woe orangnya baru jalan," kesal Rita karena orang itu sedari tadi mengetuk pintu.
Ceklek.... Pintu terbuka, Rita melotot tak percaya dengan apa yang ada di depannya saat ini.
"Surprise...." Kata wanita cantik di depannya dengan senyuman manis.
"Vera..." Rita menutup mulutnya tak percaya, temannya ah lebih tepatnya sahabatnya tiba-tiba muncul di depan pintu tanpa kasih kabar.
"Ah...." Rita menjerit senang, dia langsung memeluk Vera meluapkan rasa rindu karena dulu Rita dan Vera setiap hari bertemu karena mereka satu tempat pekerjaan.
"Hei kenapa kamu teriak-teriak begitu?" Tanya Wulan yang penasaran jadi dia berjalan menuju ke pintu untuk melihat kenapa Rita sampai berteriak.
Wulan melotot saat melihat Rita memeluk Vera.
"Kejutan," kata Vera dengan tenang.
"Ah Vera aku kangen," Wulan menarik Rita dan bergantian memeluk Vera.
Melihat itu Rita mengerucutkan bibirnya sedangkan Vera tertawa ternyata mereka masih sama seperti dulu tak ada yang berubah walaupun sudah tak bertemu cukup lama.
Bersambung.....
