Siapa sangka putri tertua perdana menteri yang sangat disayang dan dimanja oleh perdana menteri malah membuat aib bagi keluarga Bai.
Bai Yu Jie, gadis manja yang dibuang oleh ayah kandungnya sendiri atas perbuatan yang tidak dia lakukan. Dalam keadaan kritis, Yu Jie menyimpan dendam.
"Aku akan membalas semua perbuatan kalian. Sabarlah untuk menunggu pembalasanku, ibu dan adikku tersayang."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9
Yu Jie menatap wajah mereka satu persatu. Tak bisa dipungkiri jejak penasaran tersirat di sana.
"Waktu itu aku masih sangat kecil, belum kenapa tiga tahun, tapi aku memiliki ingatan yang kuat," Yu Jie membuka suara.
Suasana di dalam gubuk tetap hening. Yu Jie kembali melanjutkan ceritanya.
"Ibu memberiku buku ini. Katanya, jika aku besar nanti akan ada waktu di mana aku harus mempelajari seluruh isi buku ini. Aku tidak mengerti maksud ibu, tapi sekarang aku yakin, yang ibu maksud waktu itu adalah saat ini."
Yu Jie diam sejenak mengatur napas.
"Aku juga memiliki kelebihan lain. Seluruh indra ku sangat peka."
Keempat pelayan setia Yu Jie terkejut, termasuk Xing Lian. Wanita paruh baya itu sudah lama mengikuti mendiang ibu nona mudanya, tapi tidak mengetahui kelebihan yang dimiliki putri mendiang nyonya mudanya.
Xing Lian mengetahui tentang buku warisan itu karena nona mudanya waktu itu masih terlalu kecil. Wang Li Wei yang merupakan ibu kandung Yu Jie meminta Xing Lian untuk menyimpannya dan menjaga rahasia.
Wanita paruh baya itu tahu berapa berharganya buku itu karena ada ilmu pengobatan dan berbagai macam ramuan obat langka. Wang Li Wei memiliki kelebihan bisa mengobati.
Hanya karena dia jatuh cinta pada seorang pemuda terpelajar, Bai Hui Fen lalu meninggalkan keahliannya. Mungkin nyonya mudanya itu tahu bahwa putrinya sangat berbakat sehingga menurunkan ilmu pengobatan padanya.
"Bibi Lian tidak tahu jika nona muda memiliki kelebihan itu?" tanya Li Mei.
Xing Lian menggeleng lalu berkata, "Hal itu sangat rahasia. Pasti nyonya muda memiliki alasan untuk menyembunyikan kelebihan nona muda dari siapa pun."
"Jadi, malam disaat nona menyuruh kami diam di dalam hutan berarti ada pembunuh?" tanya Ling Hua.
"Mmm," Yu Jie mengangguk.
"Wah, nona sangat hebat! Nona telah menyelamatkan kami," ucap Nuan.
Andai saja mereka tahu jika waktu itu, Yu Jie sangat ketakutan jika dia pembunuh itu berjalan menuju tempat persembunyian mereka.
"Terus, mengapa nona memberitahu kami rahasia ini?" tanya Li Mei penasaran.
"Sekarang kita akan memulai kehidupan baru. Aku ingin memulainya dengan kejujuran agar kedepannya jalan hidup kita lebih mudah. Lagipula setelah pengorbanan kalian, mana mungkin aku tidak mempercayai kalian," jelas Yu Jie.
"Nona!" seru Nuan.
"Ya."
"Dulu selir Huang pernah beberapa kali menanyaiku tentang sebuah buku. Aku yakin pasti buku ini yang dia maksud. Hanya saja aku bingung, untuk apa dia mencari buku ini?" tanya Nuan.
"Selir Huang sangat terobsesi pada tuan Bai. Tuan sempat tidak peduli padanya. Wanita itu sangat lihai, dia perlahan masuk ke keluarga Bai dengan status sebagai teman dekat nyonya. Tentu saja, wanita itu tahu tentang ilmu pengobatan nyonya serta buku itu," ucap Xing Lian.
Wanita paruh baya itu lalu menghela napas.
"Seharusnya aku lebih siaga. Jika saja aku tahu wanita rubah itu hanya memanfaatkan persahabatannya dengan nyonya demi mendapatkan tempat di hati tuan, aku pasti sudah mengingatkan nyonya untuk menjaga jarak dengannya," timpal Xing Lian.
"Sekarang aku tahu mengapa dia memanjakan anda selama ini. Anda akan terbuai dengan kasih sayang yang dia berikan," ucap Li Mei.
"Aku yakin dia memiliki dua alasan memanjakan anda," timpal Li Mei.
"Apa itu?" sahut Ling Hua.
Suasana di dalam gubuk tampak hangat dengan perbincangan kecil di antara mereka.
"Pertama, dia memanjakan nona agar terlena jadi nona akan lengah dan dengan mudah masuk ke dalam jebakannya."
"Aku sudah duga bahwa kejadian malam itu bukan hal yang sederhana," ujar Ling Hua.
"Dengarkan aku dulu!" timpal Li Mei sambil menarik lengan baju Ling Hua.
Gadis itu sangat bersemangat saat membicarakan sesuatu. Yu Jie tersenyum melihat kehangatan mereka. Tidak ada sedih, marah, atau kecewa saat mereka mulai membicarakan kejadian yang telah lalu.
"Iya kakak," ledek Ling Hua.
"Kedua, dia ingin mengambil buku warisan itu," timpal Li Mei.
"Untuk apa dia menginginkan buku itu?" tanya Nuan.
"Bisa jadi selir Huang memiliki masalah kesehatan yang serius sehingga membutuhkan buku itu," ucap Li Mei sedikit bangga dengan analisanya.
Tanpa Yu Jie sadari, dia tertawa melihat keempat pelayan setianya saling berargumen.
"Kenapa nona tertawa?" tanya Nuan yang pertama kali menyadari suara tawa kecil Yu Jie.
Yu Jie tersenyum lalu berkata, "Aku senang dengan keadaan kita saat ini."
Keempat pelayan setia Yu Jie saling pandang dan tertawa.
"Baiklah, aku akan menjelaskan beberapa hal yang akan kita lakukan ke depannya," ucap Yu Jie.
Susana kembali hening. Kini perhatian mereka terpusat pada Yu Jie.
"Yang lalu biarlah berlalu. Selalu ada pelajaran di setiap kejadian. Gubuk ini belum layak untuk kita jadikan tempat tinggal tetap. Untuk sementara kita akan bekerja sama untuk memperbaiki jendela dan pintu. Setidaknya dua hal itu dulu yang harus kita kerjakan demi keamanan bersama," jelas Yu Jie.
"Aku sudah mempelajari daerah di sekitar sini. Kebetulan di belakang gubuk terdapat lahan yang cukup luas untuk kita tanami buah dan sayur. Tidak jauh dari sana ada aliran sungai. Kita akan membuat aliran sungai agar bisa mengalir ke kebun dan tentunya memudahkan kita untuk menggunakan air bersih."
"Aku rasa dalam waktu tiga hari jika kita bekerjasama semuanya akan selesai tepat waktu. Li Mei!" seru Yu Jie.
"Iya nona."
"Tenagamu lebih kuat dan kau lebih berani di antara yang lain. Aku ingin kau mempelajari ilmu bela diri. Aku akan mencarikan guru bela diri untukmu," perintah Yu Jie.
"Nona, apa aku boleh bertanya?" tanya Ling Hua.
"Ya."
"Untuk apa Li Mei mempelajari ilmu bela diri?"
Yu Jie tersenyum, "Harus ada seseorang di antara kita yang ahli bela diri. Aku tidak ingin kejadian di hutan itu terulang. Kalian tidak tahu betapa takutnya aku saat itu."
"Maaf atas kelancanganku, nona," sesal Ling Hua.
"Tidak apa-apa. Aku tahu kau pasti bingung. Selanjutnya, untuk urusan dapur aku serahkan pada bibi Lian. Nah, untuk urusan perkebunan, aku serahkan pada Nuan dan Ling Hua. Apa ada yang keberatan?" tanya Yu Jie.
"Tidak nona. Menurutku pembagian tugas itu sudah adil," ucap Li Mei.
"Li Mei benar," ucap Xing Lian.
Nuan dan Ling Hua mengangguk tanda setuju.
"Sekarang giliranku. Tugasku adalah aku akan belajar lebih giat tentang ilmu pengobatan dan ramuan-ramuan. Aku yakin dengan kemampuan itu aku bisa menjamin kehidupan kita kedepannya," jelas Yu Jie.
Usai mendapat tugas masing-masing, mereka bersiap untuk tidur. Namun, mereka lakukan secara bergiliran. Mengingat pintu dan jendela gubuk yang rusak, bisa bahaya jika tidak ada yang berjaga.
Suasana tenang dan nyaman mengelilingi gubuk tua itu. Namun, sangat jauh berbeda dengan suasana di kediaman keluarga Bai. Jeritan seorang wanita membuat para pelayan di kediaman Bai bingung dan tak karuan.
lanjut up lagi thor
lanjut up lagi thor