Kasus yang menyeret namanya ini menyebabkan Raga dikeluarkan dari sekolah. Akibat dari itu hidup Raga menjadi tambah berat selain masih dalam tahap penyelidikan polisi, masa depan yang ia tata dengan rapih hancur begitu saja. Sampai dimana Raga menghilang dan tidak pernah ditemukan lagi. Ada yang mengatakan bahwa hilangnya Raga masih bersangkutan dengan kasusnya atau penculikan berencana. Namun ditengah huru hara menghilangnya seseorang Raga munculah orang yang mengakui bahwa ia adalah sahabat Raga. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah mereka percaya Raga menghilang? Dan Apakah dia benar sahabat Raga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moonsky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Duo Bahaduri
"Apa kau yakin ini semua buatan Raga? Aku sendiri tidak begitu yakin." Ungkap Anton setelah melihat dua benda yang dibawa oleh Umbar untuk di analisis dengan tes DNA ataupun sidik jari.
Memang benar pagi ini Umbar membawa dua benda ke kantor yang ia dapatkan malam kemarin dari Amang untuk di analisis lebih lanjut oleh dirinya dan Anton.
"Jika ini memang buatan Raga kita bisa menemukan sidik jari dia di dua benda ini namun jika kita tidak menemukannya, sudah dipastikan semua ini perbuatan Anwar. Meksipun begitu kita bisa interogasi Anwar mengenai hasil ini dan ini bisa menjadi bukti kuat jika dia bukan sahabat Raga." Jelas Umbar
"Tumben kau langsung paham kearah sana." Ledek Anton
Namun Umbar tidak menggubris perkataan Anton dirinya sedang mempersiapkan peralatan untuk melakukan analisis terhadap dua benda ini.
"Dan sekarang bagian jobdesk mu."
"Baiklah kapten Umbar." Guraunya
Lalu Anton memakai sarung tangan khusus yang sering ia gunakan untuk menganalisis benda seperti ini, fungsinya tak lain untuk mempertahankan keaslian sentuhan orang yang pertama kali membuat ataupun memegang benda tersebut. Kemudian ia memasukkan dua benda tersebut secara bersamaan kedalam alat mini yang bentuknya serupa dengan brangkas uang. Tak membutuhkan waktu banyak Anton sudah mendapatkan hasil DNA yang pertama kali mem. Namun ketika disalin dalam bentuk data yang muncul dilayar adalah Anwar Pattimura.
Umbar yang mengetahui hal itu pun sudah tidak heran lagi sesuai dengan prediksi jika Anwar yang mengaku sahabat Raga ini pasti menyembunyikan sesuatu sama hal dengan beberapa siswa yang ia wawancarai kembali.
"Anwar Pattimura? Sudah ku duga." Singgung Anton
Sama seperti Umbar, Anton pun tidak yakin kalau ini adalah perbuatan Raga dan setelah dilakukan analisis seperti ini ketidakyakinan mereka berdua benar.
"Apakah di data sana terdapat alamat rumah Anwar?" Tanya Umbar
"Sayangnya tidak alat ini hanya mampu mengidentifikasi nama saja tidak sampai alamat rumah. Namun jika ingin mengetahui alamat rumah Anwar, kau bisa tanyakan saja pada bagian divisi sipil karena kalau sudah ada nama Anwar disini kemungkinan besar data lengkap Anwar tercantum di sipil."
"Kalau begitu aku akan kesana menanyakan data lengkap Anwar."
"Umbar jangan gegabah seperti itu, apa mereka
tidak akan curiga lagi kepada kita terutama kau? Ingat kah waktu itu kau tergesa gesa seperti ini lalu kita berdua di panggil oleh kapten Hadi?"
Ya Umbar mengingatnya dan kejadian itu tidak akan pernah Umbar lupakan sampai kapanpun.
"Kita pakai cara biasa yaitu dengan membuat blank screen komputer yang ada diruang ini, kau masih ingat kan cara melakukannya? Jika sudah kita langsung ke ruang bagian divisi sipil. kau mengobrol dengan orang disana sementara aku yang akan berupa pura memeriksa perkerjaan lewat email menggunakan komputer mereka sambil menyalin data Anwar. Setuju?"
"Setuju."
"Kalau begitu kau langsung lakukan langkah pertama sebelum dua anggota yang lainnya datang."
***
Sesuai dengan rencana Anton, langkah kedua sekarang Umbar yaitu mengajak bicara beberapa orang bagian divisi sipil sementara Anton sendiri langsung tertuju pada komputer diruang ini. Ya, mereka berdua sudah ada di ruang divisi sipil. Semua komputer yang ada diruang divisi sipil saling terkoneksi satu sama lain serta menyimpan data orang secara lengkap dan akurat.Hanya divisi sipil lah yang menyimpan semua data ini sesuai persis dengan tugasnya.
"Divisimu sepertinya sering sekali mengalami blank screen, apa kalian tidak ingin melaporkan nya lagi pada kapten Hadi?"
"Setahu aku tidak begitu sering terakhir seperti ini tahun lalu." Bantah Umbar
"Oh ya? Aku tidak mengingatnya, maaf jika perkataan ku salah dan jika kalian mengalami seperti ini lagi jangan sungkan untuk datang ke ruangan kami."
Lalu Anton ikut bergabung dalam pembicaraan ini menandakan bahwa apa yang ia lakukan sudah berhasil.
"Justru kami malu sudah beberapa merepotkan divisi kalian dan untuk tawaran tadi kami ucapkan terimakasih banyak."
"Ah jangan berbicara seperti, lagi pula kita pun sama sering merepotkan divisi kalian."
Akhir dari pembicaraan mereka saling memuji satu sama lain, padahal menurut Anton sendiri perkerjaan divisi sipil ini begitu ringan dan impian banyak orang tugasnya hanya duduk lalu menerima laporan dan pemberi laporan. Tapi dihadapan mereka seperti ini Anton sebisa mungkin harus jaga sikap dan bijaksana demi kepentingan mereka berdua dan terkadang seseorang harus bermuka dua seperti ini agar apa yang akan direncanakan bisa berjalan lancar.
Seharusnya seperti itu.
"Yasudah berhubungan aku selesai kami berdua izin pamit dari ruangan kalian yang nyaman ini. Sebenarnya kami berdua ini mengobrol lebih banyak dengan kalian tapi waktu yang menghalangi hal itu."Ungkap Anton yang sekarang langkah menghampiri Umbar yang dari tadi berdiri di depan mulut pintu ruangan ini
"Sudah? Cepat sekali memang divisi reserse kalian ini tidak bisa diragukan lagi. Sekali sentuh langsung selesai."
Anton baik Umbar tersenyum palsu sembari menatap satu sama lain. Padahal jika di hitung oleh menit, mereka berdua sudah menghabiskan waktu tiga puluh menit disini dan bagi reserse waktu tiga puluh menit itu sudah cukup lama.
Dasar,
batin Anton berkata seperti ini.
"Kami berdua izin pamit dari ruang ini. Selamat menjalankan tugas kalian." Ungkap Umbar
"Ya silahkan. Selamat menjalankan tugas kembali untuk kalian."
Sebelum bener bener meninggalkan ruang ini mereka berdua melempar senyum karier kepada orang-orang yang berada di ruang ini, lalu setelahnya pergi.
"Pujian mereka tidak pernah berubah dari dulu."
"Ya mereka memang seperti itu."
Ucap mereka berdua berbisik sambil langkahnya menuju ruangan mereka sendiri.
Lalu
"Kalian berdua." Teriak seseorang dari belakang mereka yang sedang berjalan. Tanpa melihat kebelakang orang nya pun mereka sudah tahu jika itu suara kapten Hadi.
Mampus.
Mau tidak mau mereka berdua membalikkan badannya dan benar saja itu adalah kapten Hadi yang rupanya dari kejauhan tangannya melambai-lambai mengisyaratkan kepada mereka untuk secepat mungkin menghampirinya.
"Kalian berdua ikut keruangan saya ada hal yang ingin di bicarakan terutama pada bagian reserse."
Anton dan Umbar saling bertatap kembali seolah mata mereka sedang berbicara dan menebak nebak apa yang nanti akan dibicarakan kapten Hadi? Apakah blank screen komputer diruang mereka atau hal lain.
Sampai diruang Kapten Hadi, mereka berdua tentunya dipersilahkan duduk. Sementara Kapten Hadi duduk di singgasana ruangannya sendiri. Bagaimana tidak disebut singgasana kalau kursi yang di pakai oleh Kapten Hadi ini mirip kursi kerajaan. Jadi menurut mereka berdua, itu adalah kursi singgasana. Entah lah apa sebutan nya yang jelas bukan hal ini yang ingin mereka sampaikan.
"Saya barusan mendapatkan laporan dari penghuni komplek mawar jika disana telah terjadi kasus pembunuhan berencana terhadap dua keluarga. Bagian lapangan sudah saya kerahkan untuk ke tkp. Tinggal divisi reserse yang harus bergerak hari ini juga. Saya sudah membuat laporan ke bagian office tapi tadi saya lihat kalian baru keluar dari ruang sipil. Apakah kalian sudah tahu kasus hari ini?"
Anton meneguk ludahnya sendiri sebelum menjawab pertanyaan dari kapten Hadi. Sementara Umbar sendiri bergantung banyak pada Anton. Karena jika Umbar yang berbicara bisa bisa kapten Hadi tidak percaya dengan apa yang ia katakan berbeda dengan Anton.
"Mohon izin untuk menjawab Kapten Hadi. soal kami yang baru keluar dari ruangan sipil itu sebenarnya kami ingin mengecek email siapa tahu ada tugas yang belum kami buka. Alasan disana pun karena komputer di ruangan kami blank screen lagi dan soal kasus ini tentunya kami belum tahu."
"Komputer kalian bermasalah lagi? Apakah saya harus mengganti komputer kalian?"
Mereka berdua tersenyum karier.
"Kemungkinan sekarang sudah normal lagi Kapten." Ungkap Umbar berusaha membantu Anton yang sekarang mungkin dirinya sedang mempersiapkan jawaban cemerlang jika sewaktu waktu pertanyaan Kapten Hadi kembali menyudutkan mereka berdua.
"Syukurlah jika sudah normal. Kalau begitu beritahu dua anggota yang lain untuk segera siap siap dan bergegas menuju tkp. Karena saya yakin kalian akan menyukai kasus ini."
"Apa yang menarik dari kasus pembunuhan kali ini Kapten."
"Yang menarik dari kasus pembunuhan kali ini ialah pelakunya pun ikut tewas dan yang mengakhiri nyawa itu ialah dirinya sendiri. Entah apa motifnya namun kalian harus segera penyelidikan kasus pembunuhan ini meksi pelaku nya pun sudah meninggal."