NovelToon NovelToon
BOS MAFIA MUDA

BOS MAFIA MUDA

Status: sedang berlangsung
Genre:Roman-Angst Mafia
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Gibela26 Siyoon93

Felisberta Divya Deolinda gadis pemalas dan putri kesayangan keluarganya, Naumi sebagai seorang sahabat selalu membantu dia dalam pelajaran. Sampai suatu hari terjadi kecelakan dan membuat Feli koma, saat terbangun dia terkejut mendapatkan dirinya ada di dalam novel yang selalu dibacanya berjudul ‘Bos Mafia Muda’. Pemeran utama wanita di novel itu bernama Shanaya, dalam cerita Shanaya berakhir menyedihkan. Feli menjadi Shanaya dan menjadi istri dari Bos Mafia Muda itu yang bernama Shankara Pramudya Anggara. Di usia yang masih muda Shankara bisa menaklukkan semua Mafia yang ada di Negaranya, sosok laki-laki itu ditakuti semua orang tidak ada siapa pun yang berani menentang maupun melawannya karena itu Shankara Pramudya Anggara dikenal sebagai Bos dari semua Mafia yang ada di Negaranya atau di sebut Bos Mafia Muda. Alur ceritanya berubah seiring waktu setelah Feli menjalankan kehidupannya bersama Shankara.

@KaryaSB026

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibela26 Siyoon93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 08

“Nona makan siang Anda,” menyodorkan satu piring nasi goreng.

“Terima kasih.”

“Aneh kalau dirumah nasi goreng ini tidak enak.”

“Harus kah aku mengirim beberapa pelayan dari sini ?” Shan datang bersama Feli.

“Shan lama tidak bertemu,” memeluk Shankara.

“Oh maaf adik ipar jangan salah paham aku kakak sepupunya Shan Lisa,” mengajaknya berjabat tangan.

“Shanaya,” menjabat tangannya kembali.

“Aku membawakan hadiah untukmu,” mengambil kotak hitam berpita merah dari dalam tasnya.

“Ambil ini,” tambahnya memberikan pada Feli.

“Untukku ?”

“Iya.”

“Terima kasih.”

“Semoga kamu menyukainya.”

“Jam tangan ini sangat cantik aku menyukainya.”

“Kamu bisa memanggilku Kak Lisa.”

“Baik Kak Lisa.”

“Ayo makan siang bersama.”

“Kami sudah makan.”

“Kalian habis makan diluar bersama yah ?” goda Lisa.

“Makan di luar rumah tapi bukan restoran,” Shankara duduk di meja makan.

“Cofe mana ?”

“Bukan Cafe.”

“Lah terus dimana ?”

“Seseorang memberiku beberapa buah-buahan hutan untuk dimakan, untungnya tidak beracun.”

“Benarkah ? adik ipar seharusnya kamu berikan saja buah yang beracun untuk dia ini.”

“Tadinya sih gituh,” jawab Feli.

“Hahaa kamu serius ?”

“Kenapa tidak kak ?” berbicara ke Lisa tapi matanya ke Shankara.

“Sini aku bantu kamu memakainya ! Cocok sekali dengan tanganmu,” kulit tangan Feli putih langsat cocok dipadukan dengan jam tangan berwarna putih soft.

“Tangan ini pastinya cocok mengenakan apapun,” Nenek memegang tangan Feli.

“Dan tangan ini cocok menampung semua kasih sayang,” ucap Feli tersenyum.

“Tidak ada makanan penutup ?” tanya Lisa.

“Ini Nona.”

“Bubur sumsum ?”

“Nyonya Besar yang membuatnya sendiri.”

“Shanaya belum sepenuhnya pulih memerlukan makanan yang lembek. Coba lah !” menyodorkan satu piring kecil.

“Kalau Nenek yang buat pasti tidak akan pernah gagal.”

“Aku setuju denganmu,” mengacungkan jempol.

“Tuan kopi Anda,” seorang pelayan laki-laki datang menyimpan kopi Shankara.

“Kamu masih minum kopi Shan ?”

“Mana yang lebih baik kopi atau alkohol ?”

“Kopi lebih baik,” Lisa berniat bercanda malah terjebak sendiri.

“Shanaya kamu tau Shankara itu sebenarnya seorang pemabuk berat.”

“Lalu sekarang ?”

“Entahlah Kakak juga tidak tau, coba kamu jawab Shan !”

Bukannya menjawab Shankara malah fokus meminum kopi tanpa melihat kearah siapapun.

“Ah cuaca hari ini begitu cerah bagaimana kalau kita jalan-jalan ?” Lisa bergegas mengalihkan pembicaraan.

“Kamu baru saja datang apa tidak lelah ?” tanya Nenek.

“Tidak karena rasa lelahku sudah diambil semua setelah melihat adik iparku yang cantik ini.”

“Kak Lisa bisa aja,” Feli tersenyum malu.

“Nyonya besar tukang perhiasan sudah datang.”

“Suruh dia tunggu di ruang tamu !”

“Baik Nyonya.”

“Nenek memanggil tukang perhiasan ?”

“Benar, menantu rumah ini belum memiliki satupun perhiasan bagaimana mungkin Nenek membiarkan hal itu terjadi.”

“Ah menantu rumah ini yang dimaksud Nenek aku ?” dalam hatinya bingung.

“Shan kamu setuju bukan ?” Shankara menjawab dengan anggukan.

“Ayo Shanaya,” Nenek membawa Shanaya yang masih bengong diikuti Lisa.

“Keluarkan semua berlian terbaik !”

“Saya memilik tiga berlian terbaik, yang pertama berlian kuning, berlian hijau dan berlian biru.”

“Ketiganya cocok untukmu adik ipar.”

“Ini terlalu berlebihan.”

“Berlian merah tidak ada ?” Shankara datang belakangan.

“Berlian merah sangat sulit di dapatkan Tuan.”

“Carikan berlian merah itu untukku !”

“Baik Tuan saya akan usahakan.”

“Berlian merah terkenal paling langka, sulit sekali untuk mendapatkannya. Selain itu yang memakai berlian merah hampir tidak ada di Negara ini,” ucap Lisa.

“Pak ini berlian jenis apa ?” mengambil berlian berwarna abu kehijauan seperti lumut.

“Itu bukan berlian Nona itu hanya batu biasa, sepertinya tadi saya tidak sengaja membawanya.”

“Bisa saya meminjam kikir itu ?”

“Tentu Nona.”

“Apa yang ingin kamu lakukan adik ipar ?”

“Mengikir batu ini …”

Tiba-tiba ponsel Shankara berdering, dia keluar untuk mengangkat telponnya.

“Berlian hitam ??” tukang perhiasan terkejut batu biasa itu ternyata berlian hitam.

“Ini asli ?”

“Biar saya cek,” mengambil berlian hitam ditangan Feli.

“Nona benar-benar luar biasa saya seorang tukang saja tidak bisa mengenalinya.”

“Berapa harga berlian ini ?”

“Khusus untuk Nona saya akan memberikannya secara gratis.”

“Benarkah ?“ mata Feli berbinar.

“Buset dia serius mau ngasih tuh berlian secara gratis,” Feli sangat-sangat senang karena berlian itu terkenal sangat langka dibandingkan berlian berwarna merah terutama di dunianya.

“Saya malu tidak bisa mengenali berlian hitam ini. Nona bagaimana anda mengetahui batu ini adalah berlian ?”

“Hanya menebak,” tersenyum kecil.

“Tebakan Anda memang luar biasa.

“Nampaknya kebetulan ini menjadi keberuntungan,” senyum puas Feli terlihat begitu jelas.

Ketika Shankara selesai menelpon, Dika dan Raymond datang menghampirinya. Ketiganya terlihat sangat serius, menyambung kejadian diparkiran yang membuat Feli terluka Dika menemukan sesuatu yang mengejutkan. Mereka pindah keruang kerja Shankara untuk membahasnya.

“Siapa pimpinan pulau barak yang baru ?

“Namanya Khara dia seusia dengan Bos.”

“Baru menjabat sudah menguasai perdagangan senjata illegal.”

“Bukan hanya itu Bos, Khara mulai mengambil alih pasar gelap.”

“Jika saja Nyonya Bos tidak ada di mobil dia mungkin sudah berhasil memasang penyadap suara didalam mobil.”

“Dia dalang kejadian itu ?”

“Semuanya sudah jelas disini Bos,” memberikan rekaman video.

“Tato di tangannya itu persis sama dengan anggota pulau barak,” tato berbentuk pulau ditengahnya tengkorak.

“Sudah berapa persen kita menguasai pasar gelap ?”

“80 persen Bos.”

“Atur segalanya besok kita pergi ke pulau barak !”

“Besok Bos ?”

“Keberatan ?”

“Ah tidak Bos bukan begitu tapi kita baru saja kesini. Selain itu bagaimana dengan Nyonya Muda Bos?”

“Bagaimana keadaan Nina ?”

“Sudah membaik Bos.”

“Bos tidak menjawab ?”

“Aku dengar di pulau barak ada berlian merah ?”

“Benar Bos disana terkenal akan berlian merahnya tapi untuk mendapatkannya tidak mudah.”

“Dimana tempatnya ??”

“Tidak jauh dari beskem anggota Khara.”

“Tidak sulit, cari jalan menuju kesana !”

“Dika menurut Loe apa Bos serius mau mengambil berlian merah itu ?”

“Menurut loe ?”

“Kayanya serius,” sambil berjalan mengikuti Shankara dari belakang.

“Ray Dika kalian baru datang kesini ?”

“Nona Lisa tampaknya semakin cantik saja.”

“Masih sama pintar memuji kamu Dika.”

“Buat apa pintar memuji tapi sampai sekarang masih jomblo haha …” Raymond langsung menyenggol Dika.

“Sudah selesai ?”

“Umnn…”

“Lihat Shan istrimu mendesain sendiri kalung ini cantik bukan ?”

“Cantik,” melirik Feli.

“Perhiasan ini atau istrimu ?”

“Perhiasannya.”

“Nenek bisa aku memesan satu lagi ?”

“Tentu sayang.”

“Lehermu hanya satu tapi meminta dua ?” celetuk Shankara.

“Satu lagi untuk Nina, Nina memiliki sisi yang tidak bisa dilihat semua orang. Dia itu anggun dan cantik, keahliannya dalam bela diri tidak bisa menutupi hal itu. Seseorang seperti dia cocok mengenakan perhiasan yang sederhana tapi elegan,” melukis satu gelang.

“Ternyata dia pandai menilai orang,” suara hati Shankara.

“Menurutmu seperti apa Shankara ?”

“Dia Kak ?”

“Hemn dia.”

“Tidak tau,” jawab acuh Feli menghancurkan harapan semua orang yang menunggu jawabannya.

“Nina akhirnya kamu datang.”

“Ada apa ?”

“Lihat ini ! bagaimana menurutmu ?”

“Wah gambarnya bagus, siapa yang membuatnya ?”

“Shanaya,” jawab spontan Lisa.

“Annya yang membuatnya ?” Nina hampir tidak percaya seorang gadis yang tidak memiliki pendidikan tinggi bisa membuat gambar sebagus itu.

“Kamu tidak percaya padaku ?”

“Oh bukan begitu maksudku tapi …”

“Tapi memang benar Shanaya yang membuatnya,” dengan percaya diri Lisa mengatakannya.

“Kamu masih belum mengatakan pendapatmu tentang kalung itu,” ucap Feli.

“Desainnya sangat unik.”

“Seperti kamu, apa kamu menyukainya ?”

“Hemn, eh jangan bilang kalau Annya membuat ini untukku ?”

“Tebakanmu benar,” memberikan desain itu ke tukang perhiasan.

“Buatkan satu sesuai desainnya !”

“Baik Nyonya.”

“Nampaknya gadis ini bukan gadis sembarangan dari kemampuan terlihat dia sangat profesional selain itu cara berbicaranya tidak seperti orang dari Negara ini,” gumam tukang perhiasan.

“Lakukan pekerjaanmu dengan baik !”

“Tentu Nyonya Besar saya pasti mengerjakannya dengan sangat hati-hati.”

“Lisa apa kamu juga ingin membuatnya ?”

“Harus,” bukannya Lisa melainkan Feli yang menjawab.

“Kak Lisa juga harus memesannya atau coba ini !” mengambil satu set perhiasan.

“Cantik sekali,” Lisa memakai gelang dan cincin berbentuk bunga.

“Dika …” Shankara memanggil Dika untuk membayar semua perhiasan yang diambil dan di pesan.

“Terima kasih Tuan Nyonya,” tukang perhiasan meninggalkan mansion diantar Nina sampai depan rumah bersama Dika.

“Ada apa ?” tanya Dika yang sedari tadi memperhatikan Nina sedikit melamun.

“Rasanya mustahil jika Annya memiliki kemampuan menggambar seperti tadi jika dia tidak memiliki pendidikan tinggi tapi disisi lain gue berpikir mungkin karena itu keahlian terpendamnya.”

“Baru sadar ?”

“Maksudnya ?”

“Sepertinya Shanaya bukan lah Shanaya.”

“HAH ?”

“Dari semua yang terjadi menunjukan kalau dia bukan Shanaya melainkan orang lain.”

“Kita baru saja mengenalnya tidak bisa berasumsi seperti itu.”

“Informasi yang gue dapatkan jauh berbeda.”

“Apa itu artinya ?”

“Gue dan Bos belum tau pasti, masalah ini harus benar-benar di telusuri.”

“Hemn gue setuju.”

“Apa yang mereka berdua bicarakan serius bener.”

“Annya lihat kearah kita,” memberi kode dan Dika pun langsung paham.

“Oh iya Bos minta loe datang ke ruang kerjanya !”

“Bos ? kenapa dia tiba-tiba panggil gue ?”

“Pergilah !”

“Eh Nina mau kemana ?”

“Bos Shan memanggilnya.”

“Oh …”

“Dimana semua orang ?”

“Nenek mengantar Kak Lisa ke kamarnya dan Raymond dia tadi ada disini ?” celingak-celinguk mencari Raymond.

“Dia suka begitu, menghilang secara tiba-tiba sebentar lagi juga datang.”

“Dika ini memiliki sisi lembut juga yah pantas saja Shanaya yang asli menyukainya,” batin Feli.

“Semoga tidak ada hal buruk sampai Bos manggil,” batin Nina yang hampir tiba di ruang kerja Shankara.

“Permisi Bos,” Nina duduk di kursi depan meja Shankara.

“Sudah berapa lama kamu tidak keluar dari Mansion ?”

“Ah iya oh itu sudah lama sekali Bos,” Nina masih kebingungan dengan pertanyaan Shankara.

“Menyayangkan jika kemampuanmu tidak di pergunakan,” Shankara berdiri.

“Oh Bos sebenarnya ada apa ?”

“Kamu tau tempat apa ini ?” Shankara membuka peta.

“Pulau Barak ?”

“Besok ikutlah denganku ke sana.”

“Ah kesana lalu bagaimana dengan Annya ?”

“Annya ?”

“Oh maksud ku Nyonya Muda Shanaya.”

“Dia ikut bersama kita, tugasmu menjaga dia.”

“Baik Bos.”

“Banyak yang harus dilakukan selain menjaga dia tapi tugas utamamu hanya satu selalu berada disamping Shanaya, tempat itu sangat berbahaya terlebih lagi bagi orang baru meski dia memiliki keahlian bela diri belum tentu disana dia akan aman.”

“Jangan khawatir Bos aku akan menjaga Shanaya.”

“Bagus aku percayakan keamanan dia padamu, sekarang pergilah bersiap !”

“Tunggu !” menghentikan langkah Nina yang hendak pergi.

“Iya Bos ?”

“Beritahu Dika untuk mempersiapkannya !” memberikan catatan.

“Siap Bos,” mengikuti Shankara yang berjalan lebih dulu.

Setibanya di ruang tengah mansion Shankara dan Nina di kejutkan hal yang tidak terduga, Raymond dibuat cemong. Tawa Feli dan Dika begitu menggelegar mengisi mansion, sampai-sampai pelayan di mansion mengintip karena penasaran dengan apa yang terjadi.

“Jadi bagaimana apa kamu mengaku kalah ?” ekspresi puas Feli

“Aku menyerahhhhhh …”

Beberapa menit yang lalu saat Feli mengobrol dengan Dika tiba-tiba Raymond datang sembari membawa bedak, Feli heran kenapa Raymond membawa bedak tabur itu sehingga dia pun langsung bertanya.

“Apa itu ? seperti bedak tabur ?”

“Benar.”

“Untuk apa kamu membawanya ?”

“Aku melihatnya tergeletak di lantai lalu membawanya kemari sepertinya pelayan lupa menyimpannya kembali,” hendak memberikannya ke salah satu pelayan didekat sana.

“Eh tunggu aku punya ide.”

Feli menyalakan TV “Bagaimana kalau kita taruhan ?”

“Taruhan ?” Dika dan Raymond saling menatap.

“Siapa yang bisa menebak berapa iklan yang ada dia yang menang.”

“Kalau tida ada yang sama bagaimana ?” tanya Dika.

“Jawaban yang mendekati dia menang dan yang kalah di beri hukuman,” mengambil bedak tabur itu.

Dika yang paham langsung setuju dan sudah siap bertaruh “Itu mudah ayo bermain !”

“Baiklah aku tidak akan kalah lihat saja,” Raymond yang begitu percaya diri malah kalah berkali-kali.

“Hahaha …” Feli tertawa sembari mundur dan menabrak Shankara.

Mereka saling memandang “Eh Sorry …” bergegas mundur.

Nina mendekati Dika lalu memberikan catatan dari Shankara, setelah paham Dika pergi bersama Nina lalu menarik Raymond bersama mereka.

“Eh tunggu kalian mau kemana ?” hendak mengejar namun Shankara mengangkat Feli.

“Hey apa yang kamu lakukan ?”

“Percuma meronta juga membuang tenaga saja,” gumam Feli langsung terdiam.

“Kemasi semua pakaianmu !”

“Karena hal sepele tadi dia mengusirku ?” batin Feli shok.

“Besok kita haru pergi ke Pulau Barak !”

“Eh serasa gak asing tempat itu ?” Feli mengingat nama tempat itu di dalam novel.

“Dia selalu cantik saat apapun,” tanpa disadari Shankara mengecup bibir Feli yang masih melamun.

Matanya berkedip berkali-kali karena terkejut akan kejadian yang terjadi seperti kilat itu “Dia baru saja mencium ku ?” matanya membulat kearah Shankara.

“Jika kamu terus seperti itu jangan salahkan aku melakukan lebih,” perkataan Shankara membuat Feli bergegas membereskan pakaiannya ke dalam koper.

Suara ketukan pintu berbarengan dengan Feli yang selesai berkemas “Siapa ?”

“Bos semuanya sudah siap,” ternyata yang mengetuk pintu adalah Raymond.

“Kita pergi malam-malam bukannya kamu bilang besok pagi yah ?”

“Siapa yang bilang kita berangkat sekarang ?”

“Dika baru saja …”

“Dia hanya melapor.”

“Oh ..”

“Mau kemana ?”

“Ganti baju, kenapa ?” Shankara menarik Feli sampai terjatuh di kasur.

“Tidak perlu,” Shankara memeluk erat Feli.

“Hey baju ini kotor,” perkataan Feli di hiraukan.

“Astaga,” walaupun kesal Feli tidak berontak malah memeluk kembali Shankara.

Ke esok paginya Nina bersama Dika dan Raymond sudah berada di depan gerbang terlihat beberapa barang-barang hendak di masukan kedalam mobil termasuk koper milik mereka.

“Mau kemana kalian ?” tanya Nenek menghampiri mereka bertiga.

“Ini masih pagi,” tambah Lisa.

“Kami harus melakukan pekerjaan Nek,” jawab Dika.

“Kalian baru datang sekarang harus pergi lagi ? bagaimana dengan Shanaya ?’

“Aku ikut Nek.”

“Shanaya …”

1
Chimer02609
wokey 👌
Zαskzz D’Claret
mampir juga thor😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!