Mila, seorang gadis modern yang cerdas tapi tertutup, meninggal karena kecelakaan mobil. Namun, takdir membawanya ke zaman kuno di sebuah kerajaan bernama Cine. Ia terbangun dalam tubuh Selir Qianru, selir rendah yang tak dianggap di istana dan kerap ditindas Permaisuri serta para selir lain. Meski awalnya bingung dan takut, Mila perlahan berubah—ia memanfaatkan kecerdasannya, ilmu bela diri yang entah dari mana muncul, serta sikap blak-blakan dan unik khas wanita modern untuk mengubah nasibnya. Dari yang tak dianggap, ia menjadi sekutu penting Kaisar dalam membongkar korupsi, penghianatan, dan konspirasi dalam istana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Bayangan dari Utara
Badai yang Tak Terlihat
Tiga hari telah berlalu sejak sidang rahasia yang mengguncang jantung Istana Kerajaan Cine. Permaisuri Li Mei kini ditahan di kediaman khusus untuk penyelidikan, dan kekuasaan keluarga Gu mulai runtuh perlahan. Namun belum sempat istana bernapas lega, utusan dari perbatasan utara tiba dengan kabar buruk.
"Pasukan dari Suku Beihou telah melewati batas penjagaan timur laut. Mereka membawa perlengkapan tempur lengkap. Ini bukan patroli biasa."
Kaisar Liu menatap peta besar yang terbentang di hadapannya. Suku Beihou, bangsa pejuang dari utara yang sejak dulu bermusuhan dengan Kerajaan Cine, memang kerap menguji kekuatan perbatasan. Tapi laporan kali ini... terlalu rapi. Terlalu terstruktur.
"Ini bukan serangan biasa. Ini rencana panjang," gumam Panglima Pasukan Timur.
Sementara itu, di Istana Giok Putih, Qianru menerima salinan surat intelijen yang ditulis tangan oleh mata-mata rahasia istana. Salah satu nama dalam laporan itu membuat darahnya membeku: Gu Yong’an—adik dari Jenderal Gu, kini memimpin sebuah kelompok dagang besar yang aktif di wilayah utara.
“Ling Yue, kau lihat ini?” tanya Qianru sambil menunjuk bagian bawah laporan. “Gu Yong’an menyuplai logistik ke perbatasan Beihou... bahkan sebelum pasukan mereka bergerak.”
Ling Yue mengangguk pelan. “Mereka menjual senjata, mungkin juga memberi peta rahasia.”
“Ini bukan hanya pengkhianatan. Ini... perang yang dirancang dari dalam.”
Malam itu, Qianru meminta pertemuan tertutup dengan Kaisar. Di ruang perpustakaan istana, hanya diterangi cahaya lentera, mereka berbicara pelan namun penuh ketegangan.
“Kita sedang diserang, dari dua sisi,” kata Qianru. “Musuh luar dan pengkhianat dalam.”
Kaisar menatap tajam. “Gu Yong’an... sudah lama dia jadi duri. Tapi tak pernah ada bukti.”
Qianru menggeleng. “Kita tidak butuh bukti di atas kertas. Kita butuh satu orang yang bisa menyusup ke tengah rencana mereka dan menghancurkan dari dalam.”
Kaisar terdiam, lalu menatap Qianru lekat-lekat. “Apa maksudmu… dirimu sendiri?”
Qianru mengangguk perlahan. “Kirim aku ke utara, menyamar sebagai pedagang atau selir yang dibuang. Aku bisa masuk jaringan mereka, dan membawa bukti langsung ke tangan Kaisar.”
Keesokan harinya, istana dibuat heboh oleh pengumuman bahwa Qianru akan meninggalkan istana untuk sementara waktu. Alasan resminya, menjalani penyembuhan di Biara Wuji.
Namun yang tahu kebenarannya hanya segelintir, Qianru akan menyusup ke utara, menyamar sebagai pedagang wanita, demi membongkar jaringan pengkhianatan Gu Yong’an dan keterlibatan Suku Beihou.
Sebelum berangkat, Qianru menyampaikan salam perpisahan pada Selir Lianhua dan Ling Yue.
“Aku tak tahu akan kembali dalam keadaan seperti apa. Tapi aku janji—aku tidak akan mati sia-sia.”
Ling Yue memeluknya erat, matanya berkaca-kaca. “Kau bukan hanya pelindung istana, Qianru. Kau adalah cahaya bagi semua wanita yang pernah dibungkam.”
Qianru meninggalkan istana dalam kereta sederhana tanpa lambang kerajaan. Ia mengenakan jubah abu-abu dan membawa identitas palsu sebagai pedagang jamu dari selatan. Bersamanya, dua pengawal bayangan yang setia diam dalam pelindungannya.
Perjalanan ke utara memakan waktu hampir seminggu. Mereka melewati desa-desa tandus, daerah perdagangan yang penuh mata-mata, dan jalan rahasia yang hanya diketahui prajurit lama.
Setiap malam, Qianru duduk merenung di bawah bintang-bintang. Ia tahu, misi ini bisa berarti hidup atau mati. Tapi dia juga tahu... jika ia berhasil, maka kedamaian Kerajaan Cine akan bertaha
Akhirnya, Qianru dan rombongannya tiba di kota perbatasan Linzhou, pusat perniagaan antara Kerajaan Cine dan Suku Beihou. Di sana, ia menyewa rumah kecil dan mulai menyamar sebagai wanita pengusaha herbal yang mencari jaringan baru.
Beberapa hari kemudian, ia diundang ke jamuan makan oleh seorang pedagang besar yang ternyata merupakan kaki tangan Gu Yong’an.
“Nama Anda... Yu Lin, bukan?” tanya si pedagang sambil mengamati Qianru.
“Benar. Aku mencari mitra dagang yang bisa membantu masuk ke pasar Beihou.”
Pria itu tersenyum licik. “Kalau begitu, Anda datang ke tempat yang tepat. Tapi dunia perdagangan... bukan tempat bagi yang lemah.”
Qianru tersenyum tipis. “Lemah? Sayang, saya lebih tajam dari belati sutra.”
Qianru telah melangkah masuk ke sarang musuh. Di perbatasan ini, satu langkah salah berarti akhir. Tapi dia bukan Qianru yang dulu. Kini dia adalah mata dan telinga kerajaan… dan jika perlu, tangan yang mencabut akar pengkhianatan.
Akankah dia berhasil menembus benteng musuh dan membawa bukti yang dibutuhkan Kaisar?
Bersambung