NovelToon NovelToon
Zero Point Survival

Zero Point Survival

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Mengubah Takdir / PUBG / Perperangan / Game
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Yudhi Angga

Rangga, seorang pria biasa yang berjuang dengan kemiskinan dan pekerjaan serabutan, menemukan secercah harapan di dunia virtual Zero Point Survival. Di balik kemampuannya sebagai sniper yang tak terduga, ia bercita-cita meraih hadiah fantastis dari turnamen online, sebuah kesempatan untuk mengubah nasibnya. Namun, yang paling tak terduga adalah kedekatannya dengan Teteh Bandung. Aisha, seorang selebgram dan live streamer cantik dari Bandung, yang perlahan mulai melihat lebih dari sekadar skill bermain game.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhi Angga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33: Arena Para Dewa: Langkah Pertama

Penerbangan ke Seoul, Korea Selatan, terasa sangat panjang bagi Rangga. Ia duduk di samping Aisha, memandang awan dari jendela pesawat. Di tangannya, ia memegang brace pergelangan tangannya, sebuah pengingat konstan akan batasan fisiknya. Namun, kali ini, tidak ada rasa putus asa. Yang ada hanyalah tekad yang membara.

Tim Phantom Strikers — Ren (Rangga), Aisha, Guntur, dan Bara — didampingi oleh Coach Han dan manajer tim, tiba di Bandara Internasional Incheon dengan perasaan campur aduk. Suasana di kota itu sudah terasa berbeda. Spanduk-spanduk besar Zero Point Survival International League terpampang di mana-mana. Wajah-wajah pro player terkenal dari seluruh Asia terpampang di layar-layar raksasa, tatapan mereka penuh kepercayaan diri. Ini adalah liga para dewa.

Mereka menginap di sebuah hotel mewah yang disediakan panitia, khusus untuk para peserta turnamen. Di lobi hotel, Rangga melihat langsung pro player legendaris yang selama ini hanya ia lihat di layar monitor. Ada Raven, assault agresif dari tim Tiongkok Dragon's Fury; Kaito, leader dan strategist jenius dari tim Jepang Ronin Clan; dan tentu saja, anggota tim Crimson Phoenix, juara bertahan dari Korea Selatan, termasuk sniper mereka, Viper, yang terkenal dengan aim super cepatnya. Aura persaingan begitu kental, terasa menusuk kulit.

"Mereka semua... gila," bisik Bara, matanya membelalak melihat pro player di sekitarnya.

"Tenang," kata Aisha, menepuk bahu Bara. "Kita juga gila." Ia tersenyum, mencoba mencairkan suasana.

Coach Han mengumpulkan timnya di kamar hotel untuk briefing terakhir. "Dengar, kawan-kawan. Kalian adalah juara nasional. Kalian pantas berada di sini. Tapi ingat, di sini, setiap tim adalah predator. Kita harus jadi yang paling licik." Ia menatap Rangga. "Terutama kamu, Ren. Jangan lupakan peranmu. Kamu adalah mata dan otak kita."

Format Turnamen ZPS Asia sangat brutal: 25 tim terdaftar, dibagi menjadi beberapa grup. Setiap pertandingan melibatkan 5 tim sekaligus bertarung di satu peta yang luas, dan hanya satu tim yang bisa menjadi pemenang di setiap match. Tim pemenang akan mendapatkan poin dan berhak melaju ke babak berikutnya, sementara tim yang kalah akan mendapatkan poin lebih rendah atau bahkan tereliminasi jika terus kalah. Ini adalah format battle royale yang kejam, menguji tidak hanya skill bertarung, tetapi juga kemampuan bertahan dan adaptasi.

Setelah briefing singkat, mereka menuju arena. Suara gemuruh penonton yang memadati stadion mulai terdengar dari kejauhan, semakin lama semakin memekakkan telinga. Dada Rangga berdebar kencang, namun ini adalah debaran kegembiraan, bukan ketakutan.

Mereka melewati lorong-lorong sempit di bawah panggung, mendengar suara MC yang lantang dan musik soundtrack yang menghentak. Aroma metal dan keringat bercampur di udara. Saat pintu terbuka, cahaya lampu sorot yang menyilaukan langsung menyambut, diiringi gelombang sorakan puluhan ribu penonton yang membahana.

Arena utama yang megah terhampar di depan mereka, dengan pencahayaan futuristik yang berkedip-kedip. Di tengah panggung utama, dua puluh lima konsol VR berjejer rapi, masing-masing dengan lambang tim yang menyala terang di depannya. Di atas setiap konsol, jubah VR hitam mengilap tergantung, menunggu untuk dikenakan oleh para pro player.

MC turnamen, seorang pria energik berambut pirang dengan setelan berkilau, memegang mikrofon dengan antusiasme yang menular. "Selamat datang, para survivor, di hari pertama Turnamen ZPS Asia!" teriak MC, suaranya menggema di seluruh arena. "Kita akan saksikan pertarungan epik dari 25 tim terbaik di benua ini! Dan di match pembuka ini, kita punya lima tim tangguh yang siap membuktikan diri!"

Ia mulai memperkenalkan satu per satu tim yang akan bertanding, suaranya meninggi saat menyebut nama-nama besar seperti Crimson Phoenix dan Dragon's Fury. Ketika tiba giliran Phantom Strikers, ada beberapa cemoohan samar dari bagian penonton tertentu, disusul oleh sorakan keras dari sekelompok kecil penggemar Indonesia yang hadir, melambaikan bendera kecil.

"Dan jangan lupakan, dari Indonesia, juara nasional kita, Phantom Strikers!" seru MC, meskipun nadanya sedikit kurang antusias dibandingkan tim lain. "Dipimpin oleh sniper legendaris, Ren, bersama support strategis Aisha, strategist taktis Guntur, dan assault agresif Bara! Bisakah mereka membuat kejutan di panggung Asia?"

Tim Phantom Strikers melangkah ke panggung, mengenakan seragam baru mereka dengan logo burung hantu menyala di dada. Saat mereka berjalan menuju konsol mereka, tatapan tajam dan sinis dari tim lain menghujam. Beberapa pro player lawan terang-terangan menatap mereka dengan meremehkan, seolah mereka hanyalah underdog yang tidak pantas berada di sana.

"Look at them, mate. Just some randoms from Indonesia," celetuk seorang pemain dari tim Australia, suaranya lantang dan terdengar jelas di tengah kerumunan, meskipun menggunakan bahasa Inggris. "They barely made it here."

Rangga merasakan Bara mengepalkan tangan, namun Aisha mengusap punggung Bara dengan menenangkan. Rangga sendiri hanya tersenyum tipis. Ia tahu kata-kata itu. Ia sudah sering mendengarnya. Tapi sekarang, ia tidak akan membiarkan itu memengaruhinya. Ia menatap lurus ke depan, ke arah konsol yang bertuliskan "PHANTOM STRIKERS".

"Siap, Ren?" Aisha berbisik di sampingnya, senyumnya menguatkan.

Rangga mengangguk, menatap mata Aisha. "Siap, Teteh Aisha. Kita buktikan."

Mereka berdiri di depan konsol masing-masing. Dengan gerakan mantap, Rangga meraih jubahnya, memasukkan tubuhnya ke dalamnya, dan merasakan kostum itu mengencang di sekelilingnya. Sensasi VR segera mengambil alih, membenamkannya ke dalam dunia digital Zero Point Survival.

MC mengumumkan hitungan mundur yang menggema di seluruh arena, diiringi teriakan histeris penonton. "5... 4... 3... 2... 1... GAME ON!"

Lampu panggung meredup, dan layar raksasa di belakang panggung kini menampilkan peta permainan yang luas, sebuah kota metropolitan hancur yang siap menjadi medan perang.

1
angin kelana
awalnya blom tau menarik atw enggak lanjut aja cusss
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!