NovelToon NovelToon
[DMS#1] AGRA

[DMS#1] AGRA

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:467.2k
Nilai: 4.9
Nama Author: Nurul Zakinah

Kadang kala, yang bersama tidak selamanya bersatu. Tuhan selalu punya rencana untuk setiap manusia. Begitu pun dengan kisah Agra. Aurora mungkin dikirim Tuhan hanya untuk membuat Agra belajar satu hal, bahwa tidak semua yang ia inginkan bisa terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Zakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siapa?

"Nyari siapa?" Tanya orang itu yang membuat Aurora tersentak kaget.

"Astaga Key. Gue kira siapa!" kaget Aurora. Keyra terkekeh melihat wajah kaget Aurora

"Hehe..., maaf. Emang lo kira siapa?" tanya Keyra setelah mendaratkan pantatnya ditempat duduknya.

"Bukan siapa-siapa," jawab Aurora cuek lalu memakan makanannya begitupun Keyra.

Mereka asik bercanda ria sampai suara gebrakan meja yang di akibatkan oleh seseorang pada meja yang mereka gunakan membuat makanan dan minuman mereka tumpah.

BRAK!

Aurora dan Keyra kaget mendengar suara gebrakan seseorang dimejanya. Mereka mendongakkan wajahnya untuk melihat siapa yang menggebrak mejanya. Sontak mata mereka melebar saat melihat sang pelaku yang hanya menampilkan wajah dinginnya.

"Berdiri lo!" serunya dingin, pandangannya hanya tertuju pada Aurora, sementara yang ditatap hanya membalasnya malas, berbeda dengan Keyra yang kini geregetan.

"Eh lo apa-ap–eh..., eh...." ucapan Keyra terpotong karena Alif dan Deon tiba-tiba menyeretnya.

Jadi pasti sudah taukan siapa pelakunya? Yap Agra Fransisco Demiand.

"Lo berdua apa-apaansih?! Lepasin guee?!" berontak Keyra.

"Ck. Key, jangan ikut campur dulu yah, biarkan mereka mengungkapkan isi hatinya masing-masing," ucap Deon sok lembut.

Tak!

"Aww... sialan hobi banget sih jitak gue!" omel Deon pada Alif yang menjitak kepalanya.

"Bahasa lo apaan ungkapin isi hati masing-masing!" balas Alif malas.

"Lah emang iya kan, Agra mau ngeluarin unek-uneknya buat Aurora?" tanya Deon dengan tampang bodohnya.

"Ck, Terserah lo upil anoa!" ketus Alif memutar bola matanya malas.

"Eh tunggu... Maksud lo apaan Agra mau ngeluarin unek-uneknya ke Aurora?" tanya Keyra penasaran

"Mari kita saksikan drama didepan kita antara Agra Fransisco Demiand dan Aurora Mauren," jawab Deon layaknya pembawa acara di sebuah stasiun tv.

Sementara Alif dan Keyra memutar bola matanya malas atas sikap Deon.

Didepan mereka kini Agra dan Aurora saling menatap tajam, sesaat Agra tertegun dengan manik mata coklat gelap milik Aurora, begitupun dengan Aurora yang sempat tertegun dengan manik mata hitam pekat milik Agra. Tetapi mereka cepat menyadari ketertegunannya dan kembali ke masalah.

"Mau apa lo?" tanya Aurora malas

"Mau apa?" beo Agra manggut-manggut.

"Dengan lo udah ngerjain gue tadi lo kira gue bakal bebasin lo gitu aja?" sinis Agra dengan terangkat satu.

"So?" tantang Aurora angkuh.

Agra terdiam sejenak mengedarkan pandangannya, kini mereka tengah menjadi pusat perhatian seluruh penghuni kantin sejak Agra menggebrak mejanya, banyak tatapan berbeda-beda dari orang-orang ada yang menatap penasaran, sinis, dan ada juga yang menatap Aurora kasihan. Aurora benci itu, benci tatapan kasihan.

"Berlutut depan gue dan minta maaf!" perintah Agra dengan suara rendahnya namun terkesan dingin dan masih bisa didengar oleh penghuni kantin termasuk para penjual yang juga ikut menyaksikan.

"Cih... Sampai lo mau bunuh gue pun, gak akan sudi gue berlutut dihadapan lo!" Aurora berdecih sinis dan menatap Agra dengan sorot mata dinginnya.

"Gaiisss...." Agra tiba-tiba berteriak membuat semua orang bingung dan heran.

"Kalian mau tau cewek paling gak tau diri itu kayak gimana?" Agra menjeda ucapannya lalu menatap Aurora remeh.

Semua orang menunggu kelanjutan ucapan Agra termasuk Aurora, dan tiga orang yang dari tadi menyaksikannya di sudut kantin, Alif, Deon dan Keyra. Keyra menatap Aurora was-was, berbeda dengan Alif dan Deon yang terkesan biasa saja.

"Cewek paling gak tau diri itu, sama kayak cewek didepan gue ini, dengan seenaknya dia ngerjain gue dan berbahagia diatas penderitaan gue. Ha... Ha... Jadi siswi beasiswa aja songong apalagi kalo misalnya dia sekolah disini dengan uangnya sendiri, hadeehh... Harusnya dia itu berterima kasih karena dengan beasisiwa dari bokap gue, dia  bisa sekolah di sekolah ini dengan gratis, bukan malah ngerjain gue, lo kira lo hebat udah ngerjain gue?!" Hardik Agra panjang lebar.

Kini Aurora bener-bener malu, rasanya ia ingin menangis saat ini juga, namun ia berusaha menahannya agar tidak terlihat lemah, bisa-bisa Agra tambah mempermalukannya.

"Iya gue emang gak tau diri!" sahut Aurora datar.

"Bagus kalo lo sadar. Saran gue, lo banyak-banyak sadar diri, lo itu cuma orang miskin yang kebetulan punya otak pinter terus dapat beasiswa. Cewek misk–" ucapan Agra terpotong karena teriakan Aurora yang terdengar bergetar.

"TERUS KENAPA KALO GUE MISKIN?!" teriak Aurora. Suaranya mulai terdengar bergetar.

Cukup sudah ia sudah tidak tahan dengan ini semua, Agra sudah keterlaluan.

"Kenapa kalo gue miskin, huh?" tanya ulang Aurora dengan nada rendahnya, kini air matanya sudah keluar tanpa diminta.

Agra tertegun melihat airmata itu, sesaat hatinya merasa bersalah tetapi ia cepat mengelaknya.

"Lo kira karna gue miskin lo bisa seenaknya hina gue?" Aurora mengadahkan wajahnya untuk menahan airmatanya yang ingin keluar, berbeda dengan Agra yang kini diam membisu melihat mata itu mengeluarkan isinya.

"Gue emang miskin, tapi orang miskin juga punya harga diri. Orang kaya kayak lo gak pantes ngehina orang miskin. Lo tau gimana perjuangan orang miskin buat hidup? Lo tau gimana kerasnya mereka ngelawan dunia agar mereka tidak dipandang sebelah mata? Lo tau gimana kerasnya mereka banting tulang cuma untuk sesuap nasi? Lo gak taukan? Kenapa? Itu karna lo selalu ada diatas, lo gak pernah ngeliat kebawah buat bersyukur. Karna apa? Karna semua yang lo mau udah ada dihadapan lo, uang, harta, makanan enak, tempat tinggal enak, kasih sayang orang tua, semua lo punya. Tapi ada satu hal yang gak lo punya sebagai orang kaya... Lo gak punya hati sama skali. Sampai dengan seenaknya lo ngerendahin orang miskin!!" kelakar Aurora dengan airmata yang berhasil lolos dari mata indahnya.

Kini ia tak bisa lagi menahan semuanya. Cukup sudah Agra mempermalukannya.

"Saran gue. Lo gak usah bangga dengan apa yang lo punya saat ini. Karna itu cuma milik orang tua lo. Lo bilang tadi gimana orang yang gak tau dirikan? Sekarang gue yang tanya, lo udah pernah liat orang tua lo bangga sama lo? Lo udah pernah liat di bahagia karna kelakuan lo, heh?" Aurora menjeda ucapannya lalu mengalihkan pandangannya dan tersenyum sinis.

"Disini itu lo yang gak tau diri. Dengan seenaknya lo hambur-hamburin duit orang tua lo tanpa lo fikir gimana capeknya orang tua lo nyari duit. Dengan seenaknya lo suka bikin keributan, tanpa lo fikir gimana malunya orang tua lo disaat anak yang dia bangga-banggain malah bikin dia malu. So? Tau kan siapa yang gak tau diri?!" Setelah mengatakan itu Aurora menghapus kasar airmatanya lalu pergi meninggalkan Agra yang diam membeku mendengar penuturan Aurora yang menyinggungnya, dan penghuni kantin yang berbisik-bisik mengenai hal ini.

Alif dan Deon datang menghampiri Agra sementara Keyra berlari mengejar Aurora yang pergi meninggalkan kantin.

"Sekarang tau kan apa yang dirasain Aurora waktu lo bilang dia gak tau diri?!" tanya Alif santai namun terkesan sarkas.

"Tujuan gue kayak gitu cuma pengen buat di kesel tapi kenapa jadi kayak gini sih?!" Agra mengacak-acak rambutnya frustasi.

Tujuan awalnya memang hanya ingin membuat Aurora merasa kesal namun dia tidak menyangka respon Aurora diluar ekspektasinya. Deon menepuk bahu Agra.

"Mau gimana pun beraninya dia ngelawan lo, dia tetep cewek man. Dan lo tau kan gimana hati cewek?" tanya Deon sementara Alif mengangguk mengiyakan perkataan Deon.

Kini Agra bertambah merasa bersalah kepada Aurora, ia juga tidak tau mengapa rasa bersalah itu datang begitu saja. Perkataan Aurora yang berhasil menampar hatinya semakin membuatnya terpojokkan.

"Minta maaf!" suruh Alif santai.

Agra menatap Alif tidak suka "Ogah!" balas Agra.

"Ck, Gra ilangin dulu rasa gengsi lo. Mau gimana pun disini lo yang salah," nasihat Deon.

"Bodo! Mending lo aja sana yang minta maaf!" ucap Agra malas lalu pergi meninggalkan kantin, menyisakan Alif dan Deon yang kini mendengus bersamaan.

****

Lain halnya dengan seorang gadis yang kini tengah menangis terisak diatap sekolah. Memikirkan bagaimana kata-kata Agra yang membuatnya merasa tak pantas ada disini ditengah-tengah orang berada. Meratapi nasibnya yang dilahirkan dari orang miskin, dan menjadi perempuan yang lemah.

"Hikss. Hikss. Ini gak adil. Disaat semua orang asik bersenang-senang, gue malah harus banting tulang cuma buat gue hidup. Hikss. Kenapa?!" isak Aurora menelungkupkan wajahnya diantara lipatan tangannya diatas kedua lututnya.

Tak jauh dari sana seorang gadis juga menitikkan airmatanya melihat sahabatnya. Ia pun menghampirinya lalu memeluk gadis itu agar dapat menenangkannya.

"Keyy...." guman Aurora sesekali terisak.

"ssstt... Gue ada disini buat lo," Keyra berusaha menenangkan Aurora yang terus terisak dipelukannya.

"Gue emang gak tau diri yah Key. Harusnya lo gak usah jadi tem–"

"Apaansih, Ra!" potong Keyra kesal.

"Mau gimana pun keadaan lo gue akan slalu jadi sahabat lo. Gak ada yang bisa ngelarang gue buat temenan sama lo, termasuk lo sendiri. Lo gak usah ngedengerin ucapan Agra! Lo tau sendirikan dia gimana? Jadi mending lo berenti nangis, lo tambah jelek kalo nangis," Ucap Keyra diakhiri dengan sedikit candaan agar Aurora bisa lebih tenang.

Setelah memberikan kalimat penenang akhirnya Aurora kini lebih tenang.

"Makasih yah Key udah mau jadi sahabat gue. Gue gak tau gimana hidup gue kalo gak ada lo." Ucap Aurora masih dalam pelukan Keyra.

Ia benar-benar bersyukur karena Tuhan memberikannya sahabat seperti Keyra yang selalu bisa menenangkannya dalam keadaan apapun.

"Justru gue yang harus berterima kasih sama lo. Karena berkat lo gue tau apa artinya berjuang dan juga berkat lo gue slalu belajar buat bersyukur dengan apa yang gue punya saat ini." balas Keyra tulus lalu melepaskan pelukannya dan menatap langit bersama dengan Aurora.

"Kok jadi mellow gini yah?" celutuk Keyra terkekeh.

"Skali-kali mellow dikit Key," balas Aurora terkekeh.

****

Jam menunjukkan pukul 19:00 kini Aurora telah selesai dengan pekerjaannya disebuah restoran. Semua karyawan bersiap-siap untuk pulang begitupun dengan Aurora. Aurora mengambil sling bag nya lalu berpamitan kepada karyawan lain untuk pulang.

"Gais gue duluan yah!" pamit Aurora pada semua teman kerja ya.

"Siaapp!"

"Oke!"

"Tiati Ra!"

Aurora menanggapi dengan menganggukkan kepalanya lalu pergi meninggalkan restoran.

Kini Aurora berdiri di pinggir trotoar menunggu taksi yang akan lewat. Sesekali ia mengecek arlojinya untuk melihat pukul berapa sekarang.

"Ck, lama banget sih!" keluh Aurora.

"Hai manis...." tiba-tiba terdengar suara laki-laki dari samping Aurora, yang membuat Aurora kaget dan ketakutan saat melihat pemilik suara itu.

"Ka–kalian siapa?!" Kini Aurora benar-benar ketakutan apalagi saat melihat para lelaki itu menyeringai.

"Kayaknya bagus juga nih buat jadi mainan kita," sahut salah satu dari mereka dengan seringaiannya.

"Hahaha...." ketiga lelaki itu tertawa saat mendengar ucapan temannya. kini Aurora benar-benar ketakutan rasanya ingin saja ia punya kekuatan menghilang agar bisa pergi dari hadapan para lelaki kurang ajar ini.

"Ka-kalian mau ngapain? Sa-saya gak punya apa-apa. Saya cuma orang miskin!" Gagap Aurora karna ketakutan saat ketiga lelaki itu maju memperdekat jarak dengannya dengan seringaian yang masih tercetak dibibir ketiga lelaki itu

"Haha... Lo bilang gak punya apa-apa?" tanya salah satunya yang tampaknya adalah ketua geng itu.

"Be-benar. Sa-saya gak punya apa-apa. Saya cu-cuma orang miskin. Saya gak pu-punya uang jadi tolong jangan ganggu saya!" pinta Aurora gemetaran karna ketakutannya.

Lelaki yang terlihat seperti ketua dari geng itu memasang senyum miringnya "Bahkan lo punya yang lebih berharga dari sekedar uang!" ucapnya dengan seringai tajamnya.

Aurora kini memeluk dirinya sendiri seraya memundurkan langkahnya saat tiga lelaki didepannya semakin memperdekat jarak dengan dirinya.

Aurora menutup matanya rapat-rapat saat salah satu dari mereka berhasil membelai pipinya. Air matanya kini sudah lolos begitu saja saking ketakutannya.

Tiba-tiba muncul serangan dari belakang Aurora membuat lelaki yang membelai pipi Aurora tersungkur kebelakang. Aurora yang merasakan ada penyerangan membuka matanya lalu menatap orang yang menolongnya. Lelaki dengan mata coklat terang, alis tebal, bibir tipis, dan juga rahang yang tegas serta Penampilan yang acak-acakan menambah kesan badboy-nya namun tetap tampan.

"Lo gak-papa?" tanyanya Lembut pada Aurora. Yang ditanya hanya mengangguk karna untuk saat ini bahkan lidahnya kelu hanya untuk sekedar bicara.

Lelaki yang menolong Aurora itu menarik Aurora untuk bersembunyi dibelakang punggungnya, dan menyerang ketiga lelaki kurang ajar itu.

"Bangun lo sialan!" geramnya pada lelaki yang tadi tersungkur dengan menarik kerah bajunya.

"Gak usah ikut campur lo bocah!" Ejek orang itu lalu menyentakkan tangan pemuda yang menolong Aurora dari kerah bajunya.

"Lo yang bocah! Beraninya sama cewek!" hardik pemuda itu dengan nada santainya namun terkesan sinis.

"Habisin bocah ini!" suruhnya pada kedua anak buahnya.

Pemuda itu kini bertarung dengan tiga preman yang tadi mengganggu Aurora. Sudut bibir kedua dari geng itu kini robek karna bogeman dari pemudah itu, sementara kedua anak buahnya, mengerang kesakitan karna tendangan berkali-kali diperut mereka.

Tak urung pemuda itu juga terkena serangan dari preman itu, terlihat pipinya yang lebam.

Pemuda itu berjalan menghampiri lelaki yang notabenenya adalah ketua dari geng itu. Menarik kerah bajunya sehingga lelaki itu bangkit lalu dengan secepat kilat pemuda itu mengunci pergerakan tangan lelaki itu dengan melintirnya kebelakang dan membisikkan sesuatu yang membuat lelaki itu ketakutan.

"Ini baru pemanasan. Kalo sampai gue ngeliat lo ngeganggu cewek. Entah itu cewek yang baru aja lo ganggu tadi ataupun orang lain. Gue bukan hanya ngerobek mulut lo tapi tangan kotor lo ini bakalan patah ditangan gue. Ngerti lo?!" ancamnya dengan nada dingin.

Preman itu hanya mengangguk ketakutan karna ancaman dari pemuda itu.

Lelaki itu pun pergi meninggalkan tenpat itu diikuti oleh anak buahnya.

Pemuda itu sedikit menepuk-nepuk pakaiannya lalu menghampiri gadis yang kini duduk ditrotoar dengan memeluk lututnya dan menangis terlihat dari bahunya yang gemetar.

"Hey... Are you oke?" tanya pemuda itu lembut dengan memegang bahu Aurora.

Auora mendongak melihat pemuda itu, sesaat manik mata mereka bertubrukan namun dengan cepat lelaki itu memalingkan wajahnya. Aurora bangkit dari duduknya lalu berdiri menunduk dihadapan pemuda tersebut.

"Makasih," ucap Aurora tulus dengan wajah menunduk

"Lo berterima kasih sama jalanan atau sama gue?" tanya pemuda itu dengan nada bercandanya.

Aurora terkekeh lalu mendongakkan wajahnya menatap lelaki yang kini tersenyum kepadanya.

"Makasih." ulang Aurora disertai senyum tulus yang membuat siapa saja akan tenang melihatnya termasuk pemuda dihadapannya ini.

"Hm," lelaki itu hanya berdehem menanggapi Aurora. "Lain kali jangan pergi sendirian malam-malam kayak gini," tutur pemuda itu

"Maaf," pintah Aurora menunduk.

Ia hanya merasa bersalah karena telah merepotkan pemuda di hadapannya ini.

"Untuk?" tanya pemuda itu bingung terbukti dengan alisnya yang mengernyit.

"Maaf. Karna gue udah buat lo repot dengan bantuin gue." Ucap Aurora menunduk.

Pemuda didepannya tersenyum tipis lalu menggelengkan kepalanya "Hey... Itu udah kewajiban gue sebagai manusia. Bukannya manusia harus saling tolong menolong?" tanya pemuda itu.

Aurora mendongak dan tersenyum manis pada pemuda itu dan membuat pemuda tersebut mengalihkan pandangannya sekilas.

"Oh iya lupa. Nama lo siapa?" tanya pemuda itu setelah berhasil menetralkan kegrogiannya melihat senyum Aurora.

"Gue Aurora Mauren terserah lo mau manggil apa?" jawab Aurora dengan wajah yang sudah tenang.

"Nama lo cantik sama kayak lo," ungkap Pemuda itu tanpa sadar.

"Hah?"

"Eh, maksud gue nama lo bagus. Iya bagus." balas pemuda itu kikuk.

"Oh, haha... Kalo nama lo siapa?"

Pemuda itu mengulurkan tangannya pada Aurora sebagai tanda perkenalan yang disambut baik oleh Aurora.

1
Yani Winanto
ceritanya keren...🥰
Nacita
poor rey...
Nacita
bapa s agra julid bgt sih 😂
Nacita
baru kali ini siswa yg merintah penghuni sekolah termasuk guru2nya 😂😂 s guru gbisa apa2 lagi yaelahhhh 😂😂
Nacita
belom nyadar ada rasa s agranya jd kek gtu jealous ga jelas 😂😂
Nacita
siapeu?
Nacita
dasar holkay, suka2 dia yee 😂
Nacita
ko cuman gue sih yg komen...
Nacita
gue nyari2 s agra ehhh ternyata d sini oyyyy 😂😂
jumilestari
bedaaaaaa dr yg lama cetita nya...jd janggal thooooorrrr
(`⌒´メ) HONEY BEAR ✧ 🦕
Rara keterima beasiswa di luar negeri? Tpi dia bilangnya di UI?
(`⌒´メ) HONEY BEAR ✧ 🦕
Rey kembali tersakiti lagi dan lagi
(`⌒´メ) HONEY BEAR ✧ 🦕
Nyesek hehe
(`⌒´メ) HONEY BEAR ✧ 🦕
Hohoho ketauan 😢
(`⌒´メ) HONEY BEAR ✧ 🦕
Baper:'
Riska Cikok
acieee... ahay deuhh udah mewek gua di part seblm nya eh skrang jdi senyum" sendir 😁😁
Riska Cikok
Abang Rey 😭😭😭 Ama gua aja yah 😊
Riska Cikok
anjiibbb nyesek,dada gua Thor... tisu mana tisu 😭😭
Riska Cikok
😭😭😭😭
Riska Cikok
aahh Abang Rey Ama gua ja yu.. 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!