NovelToon NovelToon
BAHAGIA?

BAHAGIA?

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Anak Yatim Piatu / Mengubah Takdir
Popularitas:699
Nilai: 5
Nama Author: Nemonia

berfokus pada kisah Satya, seorang anak dari mantan seorang narapidana dari novel berjudul "Dendamnya seorang pewaris" atau bisa di cek di profil saya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nemonia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Yoga mencengkram dadanya yang terasa sesak melihat Satya dan Shintia tertawa bahagia bersama Raska. Sementara dirinya jatuh ke dasar lembah hitam.

"Hah! Hah!" Nafas Yoga terengah, keringat membanjiri wajah dengan degup jantung yang dipompa dengan cepat. Kedua matanya terbuka sempurna terbangun dari alam mimpi yang menyesakkan. Bahkan hanya mimpi tapi dadanya sudah sesesak ini. Bagaimana jika benar-benar terjadi?

"Ga, kau baik-baik saja?" Bams menepuk bahu Yoga.

Yoga hanya mengangguk lemah dan berusaha menetralkan deru nafas serta degup jantungnya.

Bams kembali menepuk ringan bahu Yoga. " Sudahlah, Ga. Jangan terlalu kau pikirkan. Percayalah pada Shintia. Bahkan aku yang bukan siapa-siapa saja lebih percaya Shintia mencintaimu dan menunggumu," tuturnya memberi Yoga wejangan. la seolah tahu apa yang membuat Yoga bermimpi buruk. Kemudian pandangannya mengarah pada Fajri yang masih tidur dan mendengkur. "Tsk, dasar orang itu. Tak bisakah dia membantu Yoga sedikit?" batinnya. Setidaknya Fajri bisa membantunya meyakinkan Yoga.

Yoga tersenyum kecut. Di balik rasa sakit yang ia alami karena mimpi, ia menyadari sesuatu. Sepertinya, mungkin dia telah memiliki perasaan terhadap Shintia. Perasaan yang selama ini tak disadarinya. Tapi, di saat ia menyadari perasaannya, apakah ia harus mengalah? Selama ini ia tak pernah benar-benar merasakan bahagia, bisakah untuk kali ini ia bertahan demi kebahagiaannya?

Keesokan harinya terlihat Satya yang bersiap. la telah rapi dengan setelah kaos dipadukan dengan blazer hitam dan celana jeans warna hitam. Sepatu kets warna hitam putih pun menjadi penyempurna penampilannya. Kuliahnya tinggal sebentar lagi. la terlambat karena sekolahnya sempat terbengkalai saat masih SD. Membuat di usianya yang 24 tahun baru akan lulus.

"Sat, kau sudah mau berangkat? Ayo sarapan dulu."

Satya mengangguk diiringi senyum. Untuk ibunya, Satya tak pernah menyimpan senyuman. Senyumannya seakan hanya diberikannya untuk sang ibu seorang.

Satya menghampiri sang ibu, mengecup pucuk kepalanya dan merangkulnya. Keduanya berjalan bersama menuju ruang makan. "Satya belum mewawancarai ibu mengenai kunjungan ibu kemarin," celetuk Satya tiba-tiba. Saat ibunya pulang, ia keluar rumah. Dan saat ia kembali, ibunya sudah tidur dan ia tak ingin membangunkannya.

"Memangnya kemarin kau dari mana saja?" tanya Shintia seraya menarik kursi dan duduk setelah sampai di ruang makan.

"Ke toko. Juli bilang ada anak yang berniat mencuri sepatu," jawab Satya.

"Apa? Lalu, apa yang terjadi?"

"Anak itu masih kecil. Dia bilang terpaksa mencuri karena adiknya. Adiknya ingin sepatu baru," jelas Satya. Dan pada akhirnya ia pun memberikan sepatu itu untuk anak itu. Melihat bagaimana anak kecil itu nekat mencuri demi adiknya, mengingatkannya akan kisah ayahnya yang diceritakan pada ibunya. Dan ia seolah dapat merasakan bagaimana rasanya. "Rasanya aku ingin punya adik. Apakah aku juga bisa jadi kakak yang baik?"

Semburat kemerahan tampak samar menghiasi wajah Shintia mendengar gumaman Satya. Entah kenapa seseorang yang muncul dalam benak setelah Satya mengatakan keinginannya memiliki adik adalah, Yoga. Padahal sudah sangat jelas meskipun kelak ia dan Yoga bersama, dirinya tak akan bisa memberi adik untuk Satya. Usianya sudah terlalu tua untuk memiliki anak.

Tiba-tiba Shintia menyadari sesuatu. Satya bahkan memiliki keinginan memiliki seorang adik, jadi tak menutup kemungkinan Yoga juga menginginkan anak lagi. Meski Satya ada karena ketidaksengajaan, tapi mungkin dalam hati kecil Yoga menginginkan keturunan lagi. Yoga sangat menyayangi adiknya walau sudah meninggal, mungkinkah Yoga juga menginginkan anak perempuan?

"Bu, ada apa?" tanya Satya melihat raut wajah ibunya tiba-tiba menjadi muram.

"Ah, tidak apa-apa. Sebaiknya cepat habiskan sarapanmu. Nanti kau terlambat," jawab Shintia disertai lengkungan kurva di bibir. la tak ingin Satya tahu apa yang tengah ia pikirkan. Setelahnya keduanya pun menikmati sarapan bersama seperti hari-hari sebelumnya. Sesekali Shintia melirik kursi kosong di sebelahnya berharap kursi itu segera Yoga duduki.

Beberapa saat kemudian Satya telah sampai di kampus. Namun sebelum ke kelas, ia memutuskan ke perpustakaan karena kelas masih dimulai jam lagi.

"Satya!"

Satya menghentikan langkahnya dan berbalik saat mendengar suara seseorang yang sangat ia kenal. Dan benar saja, Faro berlari kecil ke arahnya.

"Mau ke perpus?" tanya Faro. la merupakan teman Satya sejak semester pertama. Meski Satya kerap cuek padanya, namun dirinya tetap mendekati Satya sebagai teman.

"Hm," jawab Satya singkat.

"Liburan kemarin kau ke mana saja?" tanya Faro kembali.

"Hanya di rumah."

"Eh? Begitukah? Tahu begitu aku mengajakmu keluar bersama teman-teman ke pantai kemarin. Aku mencoba menghubungimu dan seperti biasa kau selalu mengabaikanku," cetus Faro.

Satya hanya melirik Faro sekilas. Bukan ia tak mau menerima Faro menjadi teman, tapi Faro memiliki sikap ramah dan supel, pemuda itu kerap mengenalkannya dengan teman-temannya baik laki-laki maupun perempuan dan Satya tidak begitu menyukainya. Jika punya waktu senggang dirinya lebih suka menghabiskannya dengan sang ibu, daripada keluar bersama teman-temannya. la khawatir jika punya banyak teman nanti akan mengurangi waktunya bersama ibunya.

"Satya!" Lagi sebuah suara terdengar membuat Satya dan Faro menghentikan langkah. "Ada perempuan mencarimu, tuh di kelas," ujar pemuda beralis tebal yang saat ini berdiri di hadapan Satya dan Faro.

Alis Satya tampak menyatu begitu juga Faro. " Siapa?" tanya Faro yang penasaran.

Pemuda itu mengedikkan bahu. "Entahlah. Sepertinya bukan dari anak kampus sini. Sebaiknya kau cepat sebelum teman-teman menggaetnya," ucapnya. Setelahnya ia pun melangkah pergi menuju ke kantin.

"Kau punya teman baru, Sat?" tanya Faro penasaran. Tentu saja pasti bukan mahasiswa dari kampusnya, jika benar pasti pemuda yang memberitahu Satya mengenalnya.

Satya hanya mengedikkan bahu dan melajutkan langkahnya menuju perpus.

"Eh? Sat,, kau tidak ingin menemuinya?"

"Tidak. Ada buku yang harus kucari di perpus," jawab Satya tanpa menoleh pada Faro yang menyamakan angka. la tidak peduli siapa yang mencarinya terlebih jika dia adalah wanita.

"Ish, dasar. Kalau begitu aku yang temui, bagaimana?" tanya Faro meminta izin.

Satya menghentikan langkahnya sejenak dan mengangguk sebagai jawaban. Setelahnya ia kembali melanjutkan langkahnya sementara Faro berbalik arah menuju kelas.

Sesampainya di perpustakaan, pandangan Satya mengedar. Dan saat menemukan seseorang yang dicarinya, ia berjalan menghampirinya.

Sementara itu di depan kelas Satya terlihat Alexa yang dikerubungi beberapa orang pria. Mereka penasaran karena baru kali ini melihat Alexa serta baru kali ini ada perempuan dari luar kampus mencari Satya.

"Jadi, kau temannya Satya? Atau pacarnya? Di sini Satya dikenal kaum pelangi, lho."

"Ah, benarkah?" sahut Alexa mendengar kata terakhir yang terucap dari pemudah bermata sipit sebelumnya.

"Tidak tahu juga, sih. Tapi tidak ada yang pernah melihat atau mendengar Satya dekat dengan wanita manapun," sahut pria berambut keriting membenarkan ucapan rekannya

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!