Setelah meminum racun dalam adegan syutingnya, Gu Zhi Yi tiba-tiba terlempar ke zaman kuno dan memasuki tubuh Putri Xu yang dipaksa mati demi mengikuti calon suaminya—Pangeran Xu.
Tidak ingin mengalami kematian tragis seperti yang ada di naskah, Zhi Yi pun berusaha keras mengubah nasibnya ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Takut Aku Mati
Begitu mendengar Pangeran Xu ingin melindungi orang yang menyukainya, wajah Zhi Yi menunjukkan ketidaksenangan.
Baru saja bersumpah, sekarang malah sudah memikirkan wanita lain.
Zhi Yi mendengus. "Orang yang menyukaimu? Siapa dia?"
Apakah Liu Sanniang?
Pangeran Xu mengerutkan keningnya saat melihat wajah Zhi Yi cemberut. "Tentu saja, itu kamu."
"Aku?" Zhi Yi membuka matanya lebar-lebar hingga bola matanya hampir menggelinding ke bumi. "Bukan, kapan—" Aku mengatakannya?
Zhi Yi hanya bisa menelan sisa kata-katanya, saat Pangeran Xu menyela dengan cepat seolah-olah takut dirinya menyangkalnya.
"Kamu tidak perlu malu. Aku tahu bagaimana perasaanmu." Senyuman Pangeran Xu semakin mekar.
"Bagaimana perasaanku?" Zhi Yi menggulirkan bola matanya ke kiri dan ke kanan, mencoba mengingat-ingat kembali, apakah dia pernah mengaku tanpa sadar?
Sepertinya tidak ada.
Memang benar, dia baru saja akan menggantungkan hatinya pada Pangeran Xu.
Baru akan!
Namun, bagaimana Pangeran Xu bisa berpikir Zhi Yi menyukainya seakan perasaan itu telah hadir sejak lama?
Pangeran Xu yang tidak tahu isi kepala Zhi Yi, hanya bisa mempertahankan senyuman hangat yang mengalahkan kehangatan matahari pagi. "Perasaanmu padaku sejak kamu sadar, aku tahu."
"Bagaimana?" Zhi Yi hampir menangis, dia tidak tahu apa yang telah dilakukannya hingga Pangeran Xu mengira dia menyukainya.
"Kamu menemaniku ketika aku melakukan hal-hal buruk, kamu juga menghabiskan waktu bersamaku. Kamu bahkan mengumpulkan informasi tentangku, mencoba menyelidiki aku dan sekarang merayakan ulang tahun untukku. Kamu berdebat dengan Nona Liu tentang bagaimana menerapkan obat padaku dan ketika aku diracuni, kamu berusaha melindungiku dari Tabib Li dan Selir Liu."
Ketika Pangeran Xu bicara, Zhi Yi mengingat semua hal yang dia lakukan. Dari pergi ke Rumah Bunga, Rumah Arak dan Rumah Gambling sampai saat dirinya mencegah Tabib Li menerapkan jarum perak pada Pangeran Xu.
Namun, semua itu dia lakukan bukan karena dirinya menyukai sang pangeran.
"Tidak, tidak, bukan seperti itu." Zhi Yi segera melambaikan tangannya, dia tidak ingin disalahpahami.
Lebih tepatnya, dia tidak ingin siapa pun mengira bahwa dirinyalah yang lebih dulu mencintai Pangeran Xu, bukan sebaliknya.
"Aku melakukan itu karena aku takut kamu akan mati," kata Zhi Yi apa adanya.
Dia takut Pangeran Xu mati tentu saja bukan karena perasaannya, tetapi demi melindungi dirinya sendiri agar tidak menyusul pria itu.
Bagaimana niat baiknya bisa disalah artikan?
Huh, salahkan saja hukum meresahkan dari Kerajaan Shanzi!
Atas dasar apa seorang istri harus mengikuti suaminya yang mati?
Bagaimana jika istri yang mati dulu?
Apakah ada hukum yang mewajibkan suami harus mati juga ketika istrinya mati?
Pasti tidak ada dan ini benar-benar tidak adil!
'Dia takut aku mati.' Pangeran Xu tersenyum, dia semakin tersentuh dengan kata-kata Zhi Yi. "Jangan khawatir, aku tidak akan meninggalkanmu."
"Aku ...." Zhi Yi membuka mulutnya, tetapi tidak bisa berkata-kata lagi.
"Syuutttt ... kamu tidak perlu mengatakan apa pun." Pangeran Xu membungkam Zhi Yi. "Aku mengerti. Aku juga menyukaimu."
Zhi Yi tercengang, dia tidak bisa menahan rasa manis di hatinya. Tanpa sadar, dia melepaskan lentera yang dipegang bersama Pangeran Xu.
Saat Pangeran Xu melepaskan pegangannya juga, lentera itu mulai terbang, melintadi dirinya dan Zhi Yi.
Zhi Yi menatap Pangeran Xu yang terlihat tampan dari hari ke hari, tampak semakin sempurna setiap kali dilihat. Pupil matanya yang gelap, justru memantulkan matahari terbenam di kejauhan.
Pangeran Xu juga tersenyum sembari menatap Zhi Yi, mereka saling menatap dalam diam dan penuh kelembutan.
Setelah beberapa saat, keduanya sama-sama mendongak hanya untuk menatap lentera yang menaiki langit dan terlihat seperti tengah berbaur dengan bintang.
Pangeran Xu mengambil gantungan giok dari pinggangnya, lalu berkata, "Ini adalah Giok Ruyi dari ibuku. Dia berkata, aku bisa memberikannya pada seseorang yang aku cintai."
Zhi Yi tercengang menatap Pangeran Xu, lalu beralih pada liontin giok seputih awan di tangan sang pangeran.
"Sekarang, aku memberikannya padamu." Pangeran Xu menyerahkan liontin gioknya ke arah Zhi Yi yang masih bergeming.
Dia pernah mendengar pepatah lama yang mengatakan bahwa 'Emas memiliki nilai, tetapi giok tak ternilai!'.
Kenapa memberikannya padaku?
...
Zhi Yi duduk di depan cermin perunggu, dia menutup matanya tanpa kata dan hanya mengingat setiap momen yang baru saja dia lalui bersama Pangeran Xu di Halaman Bulan.
Pangeran Xu telah kembali ke Paviliun Xingfu sejak tadi, tetapi kenangan dan aromanya masih melekat pada Zhi Yi.
Setelah beberapa saat, dia membuka mata dengan tiba-tiba dan memasang ekspresi gemas sambil menggerutu. "Dia sangat lucu."
"Cih." Zhi Yi memutar bola matanya. "Dia mengatakan aku menyukainya. Yang benar saja?"
Saat mengatakan itu, ada rona merah yang mencemari wajah putih Zhi Yi. "Dia bahkan memberikan lambang cinta."
Zhi Yi menatap gantungan giok di tangannya. "Dia benar-benar mencintai aku?"
Entah kepada siapa Zhi Yi melayangkan pertanyaan itu, dan hanya hembusan angin malam yang menyapanya tanpa memberikan jawaban.
"Dia berkata, aku bisa memberikannya kepada orang yang aku cintai."
Zhi Yi tersenyum lagi saat mengingat Pangeran Xu mengatakan itu, hatinya sudah seperti taman bunga yang baru memekarkan berbagai jenis bunga.
Indah dan harum.
"Bertaruhlah padaku."
"Yang benar-benar aku pedulikan adalah istriku bisa bersenang-senang."
"Aku akan mengambil hukuman untuk Zhi Yi."
Dalam sekejap, beberapa kenangan yang berkaitan dengan Pangeran Xu mulai bermain di ingatannya seperti komedi putar.
Kata-kata itu memang diucapkan dengan ekspresi dan nada datar sehingga terkesan biasa saja, tetapi entah kenapa justru seperti memiliki magnet yang menarik Zhi Yi untuk terus mengingat dan memikirkannya.
Zhi Yi tersadar, dia menggelengkan kepalanya.
"Zhi Yi, apa kamu tidak tahu apa yang sedang terjadi? Kamu akan kehilangan hidupmu! Apa yang kamu pikirkan?"
Zhi Yi memarahi dirinya yang seperti dimabuk cinta, padahal kehidupannya masih harus ditata sebaik-baiknya.
Hanya saja, kata-kata Pangeran Xu tiba-tiba mengetuk ingatan Zhi Yi.
"Aku tidak ingin bersembunyi lagi, dan menghadapi semua masalah dengan berani. Aku akan melindungi kekasihku, orang yang menyukaiku dengan mengandalkan diriku sendiri."
Zhi Yi menggelengkan kepalanya lagi, lalu kembali memarahi dirinya sendiri. "Aku sudah bilang, jangan memikirkannya. Kenapa kamu masih memikirkannya?!"
Saat ini, Zhi Yi seperti seorang ibu yang memarahi kenakalan anaknya.
"Yang paling penting sekarang adalah, memikirkan bagaimana caranya menjatuhkan Selir Liu!"
Zhi Yi tersenyum yakin. 'Benar, urusan percintaan bisa diurus belakangan.'
Yang paling penting adalah bertahan hidup!
"Itulah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Xu!" Zhi Yi mengangkat tangannya, mencoba menyemangati dirinya sendiri.
Karena hidupnya bergantung pada Pangeran Xu, maka dia harus memastikan sang pangeran selamat!
***
Tolong, aku baper sama Pangeran Xu. Gimana ini, aku membutuhkannya!
semangat up lgi dong 🤣🤣✌️ mawar sakebon lah...