NovelToon NovelToon
Istri Muda Sang Miliuner

Istri Muda Sang Miliuner

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Crazy Rich/Konglomerat / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Romansa / Permainan Kematian
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dela Tan

Kematian mendadak Gandawasa Natadharma, miliuner pemilik perusahaan game terbesar asal Indonesia yang bermukim di San Fransisco, Amerika Serikat, menimbulkan kecurigaan bahwa kematiannya tidak wajar.

Istrinya yang berbeda lima belas tahun lebih muda, Lily Kanissa Natadharma, tentu saja menjadi orang pertama yang paling dicurigai. Wanita yang pernah dikenal sebagai “Gadis Teh Botol”, sejak fotonya yang sedang minum teh botol di kelas ketika remaja, pernah viral. Gadis manis bermata indah dengan wajah polos bagai malaikat pada waktu itu, kini telah menjelma menjadi wanita yang luar biasa cantik menawan dan sangat berkelas.

Ketika digiring ke luar mansionnya yang mewah dengan tangan diborgol, para wartawan menghujani Lily dengan pertanyaan. Ia hanya melontarkan satu kata dengan wajah dingin, “Bodoh.” Lalu ia menundukkan kepala dan masuk ke mobil polisi tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Detektif Maxmillian Anderson diuji kemampuannya untuk menguak fakta, mencari bukti-bukti serta menyelidiki motif yang membuat janda miliuner itu melakukan tindakan kriminal. Demi harta? Atau karena orang ketiga?
Benarkah dia pembunuhnya, atau ada orang lain yang melakukannya?

Namun, yang lebih penting adalah, mampukah Max menepis daya tarik Lily, yang dengan keanggunannya yang dingin, justru telah membuat hati Max terbakar sejak matanya singgah di wajah wanita itu, bahkan dari jauh.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dela Tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Pertemuan Pertama

Sepeninggal Max dan Andrea, Lily mendesah. Dadanya terasa sesak. Siapa yang sangat berniat membunuh suaminya? Sampai detik ini, sepertinya belum ada titik terang.

Ia berjalan ke ruang tamu, menatap lama foto pernikahan mereka. Tiba-tiba ia merasa sangat merindukan Gandawasa.

“Siapa yang tega menghilangkan nyawamu Mas?” Ia berbisik lirih.

Lalu, tubuhnya merendah, duduk dengan lunglai di sofa.

Pikirannya melayang pada pertemuan pertama mereka.

Itu adalah sebuah hari bersalju di bulan Januari, hampir tujuh tahun yang lalu di New York City. Natal dan Tahun Baru telah lewat, musim dingin membuat orang-orang sebisa mungkin tidak ke luar rumah.

Namun, masih ada orang yang mencari hiburan, terutama di akhir pekan. Dengan hawa dingin menusuk yang bahkan menembus ketebalan mantel, tentu saja mereka mencari hiburan di dalam gedung. Termasuk Lily.

Salah satu tempat hiburan yang dipadati orang adalah Teater Broadway, dengan pertunjukan-pertunjukan berbeda yang dapat dipilih di empat puluh satu teaternya.

Saat itu, Lily baru selesai melakukan kunjungan ke MIT (Massachusetts Institute of Technology), salah satu universitas paling bergengsi di Amerika Serikat, yang memfokuskan pendidikan di bidang sains, matematika dan teknologi.

Lily telah mendapat dua penawaran beasiswa, satu adalah dari MIT di kota Boston, wilayah pesisir timur. Satu yang lainnya adalah dari Universitas Stanford di kota San Francisco, wilayah pesisir barat. Dua-duanya dalam ilmu sains komputer. Ia belum memutuskan akan menerima yang mana.

Karena telah terbang jauh-jauh dari pesisir barat ke pesisir timur, ditambah ini baru pertama kalinya ia berkunjung ke pesisir timur, Lily memutuskan untuk tinggal beberapa hari dan berkunjung ke beberapa kota di sekitarnya.

Tentu saja New York City tidak bisa dilewatkan. Dari Boston, NYC hanya sekitar tiga jam perjalanan dengan kereta, dan konon musim terindah di sana adalah musim gugur dan musim dingin. Autumn in New York membawa suasana romantis, sementara Winter in Manhattan memberi suasana magis.

Di pesisir barat tidak ada salju, sehingga Lily sangat menikmati jalanan Manhattan yang diselimuti hamparan putih dan kepingan-kepingan serupa kapas yang sesekali melayang ringan menerpa pipinya.

Meskipun harus mengenakan mantel berlapis-lapis, meliliti lehernya dengan syal maha tebal, menurunkan topi wol dalam-dalam, menutupi telinganya dengan earmuffs, dan menjejalkan kakinya ke dalam sepatu bot setinggi lutut.

Lily sudah melihat beberapa judul pertunjukkan yang sedang berlangsung di Broadway. Dan kebetulan, salah satu cerita yang sangat ingin ia tonton, Phantom of The Opera, sedang tayang di Teater Majestic. Jadilah ia membeli tiket secara daring, dan ke sanalah ia menuju.

Teater berkapasitas sekitar seribu enam ratus tempat duduk itu tidak terlalu penuh. Entah para penonton belum seluruhnya tiba, atau Phantom of The Opera telah kehilangan daya tarik karena telah dipertunjukkan lebih dari tiga belas ribu kali selama sejarah Broadway.

Lily memegang tiket di tangannya, mengedarkan pandang, mencari-cari baris dan nomor tempat duduknya. Ah itu dia, ia menemukannya, dan bergerak menuju ke sana.

Di sebelah kursinya, telah duduk seorang pria yang tampak berusia empat puluhan. Ketika Lily menempati kursinya, mereka saling menganggukkan kepala dan tersenyum.

Sementara pertunjukkan belum dimulai dan lampu belum dimatikan, mungkin untuk mengusir rasa canggung, atau mungkin hanya karena mencoba beramah tamah, pria di sebelahnya menyapa. “Kamu terlihat seperti orang Asia. Dari negara mana?”

Lily menoleh padanya, “Oh? Ya. Saya dari… Indonesia. Bali.” Setelah ragu sejenak, Lily menambahkan kata Bali, sebab banyak orang luar negeri yang tidak tahu Indonesia, dan lebih mengenal Bali.

“Ah… benarkah?” Pria itu terkejut sekaligus senang, langsung berubah menjadi berbicara Bahasa Indonesia. “Sama dong, saya Ganda. Gandawasa Natadharma.”

Ia langsung mengulurkan tangan sambil tersenyum. “Seneng banget bisa ketemu orang dari tanah air.”

“Waduh, dunia betul-betul kecil.” Lily tertawa kecil. “Teman setanah air bisa ketemu di NYC, duduk sebelahan di pertunjukkan Phantom of The Opera, sungguh ajaib.”

“Saya Lily. Lily Kanissa.” Lily menyambut uluran tangan Gandawasa.

“Sedang liburan?” tanya Gandawasa lagi.

“Eh… ya dan bukan. Bagaimana ya… saya baru selesai kunjungan ke MIT, tapi sekarang memang sedang liburan.”

Mendengar jawabannya, Gandawasa tertawa. “Masih kuliah?”

“Ehm… dapat beasiswa S2. Tapi saya belum memutuskan akan menerima atau tidak.”

Entah mengapa Lily langsung bercerita pada orang yang baru saja ia kenal. Mungkin penampilan Gandawasa yang ‘kebapakan’ membuatnya merasa lelaki itu tidak berbahaya. Atau karena lelaki itu sama-sama berasal dari Indonesia, sehingga ia merasa nyaman.

“Dapat beasiswa dari MIT dan belum memutuskan? Kenapa, bukankah itu universitas bergengsi? Tidak banyak yang akan melepaskan kesempatan emas seperti ini.” Ujar Gandawasa.

“Ya… karena saya… mendapat beasiswa dari tempat lain juga.”

“Dari mana, kalau saya boleh tahu? Sebagai orang tua, mungkin saya bisa sumbang saran.” Gandawasa berkata dengan serius.

“Orang tua?” Lily tertawa, “Kamu belum bapak-bapak.”

“Ya… kalau melihat penampilan, sepertinya kamu separuh umurku.” Gandawasa menggaruk dagunya yang tiba -tiba terasa gatal.

“Apakah ini cara licik kamu menanyakan usia seorang wanita?” Lily menatapnya tajam.

“Ah, tidak perlu dijawab kalau keberatan.” Gandawasa salah tingkah.

“Tidak keberatan. Bukan hal memalukan untuk diketahui usianya. Aku dua puluh tiga, memangnya kamu empat puluh enam?”

“Hampir,” Gandawasa terkekeh. “Aku tiga puluh delapan.”

“Beda lima belas tahun… yah satu setengah kali lipat. Jadi aku harus panggil bapak?”

“Panggil nama saja, ala bule. Jangan membuat aku merasa jadi kakek-kakek.”

Tawa mereka berderai.

“Jadi… satu lagi beasiswa dari universitas mana?” Tanya Gandawasa setelah tawa mereka berhenti.

“Stanford.”

Mata Gandawasa membelalak. “Luar biasa. Sepertinya otak kamu encer banget ya? Dapat penawaran beasiswa dari universitas-universitas paling bergengsi. Bidang apa?”

“Sains komputer.”

Gandawasa mengacungkan dua jempol. “Bidang yang menjanjikan.”

“Mungkin… sepertinya aku akan menerima yang Stanford saja.” Ujar Lily, setengah berpikir. “Bukan karena apa-apa, hanya karena tempat tinggalku di pesisir barat, jadi gak perlu repot pindah.”

“Tempat tinggal kamu di pesisir barat? Negara bagian mana?” Tanya Gandawasa lagi.

“California. San Francisco.”

Kini, mata Gandawasa membulat sempurna, bahkan mulutnya agak setengah membuka. Sejenak kemudian, ia geleng-geleng kepala. “Luar biasa. Beginilah kalau semesta sudah bekerja.”

“Memangnya kenapa?” Lily mengernyit heran.

“Kita sama-sama dari Indonesia, bertemu di Amerika, New York City, di hari ini, jam ini, pertunjukkan ini. Duduk bersebelahan. Dan ternyata, kita sama-sama dari pesisir barat, kota yang sama pula, San Francisco." Gandawasa berkata sambil menghitung dengan jarinya.

"Terlalu banyak kebetulan. Coba, sebagai orang eksakta, hitung secara matematika, berapa angka probabilitasnya? Menurut kamu, apakah ini bukan karena semesta bekerja untuk mempertemukan kita?”

1
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
Semoga Wanjiru Kenneth murni balas dendam yaak bukan kna Asmara.
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
wkwkwkwk ahh modus si Max ituu Ly... padahal aslinya Max pen kmu terkesima liat dia pke seragam. 😂
Dela Tan
Iya diganti NT. Gegara yg sebelumnya mungkin 💋👩‍❤️‍💋‍👨💋
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
hemmm secara tak langsung Max pen pamer yaak...

tapi ini Lily loh Max, ntah bisa tertarik atw tak yaak, Gandawasa orang satu negara sama Lily.

kok Aku curiga Kenneth ada kerjasama sama Lily bwt membunuh Ganda yaak🤔 ntah ada motif apa. mungkin yaak. Kenneth orang Asia kan? sama-sama Asia sama Lily.
Dela Tan: Biarin aja si Max halu 🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
😱😱😱😱🙈 Max Awas masuk anginn😂
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
ehhh ganti cover kahh?

Aku tadi sempet lieur ini karya apa, ehh baca Napen nya ternyata cover Lily Gandawasa gantiii
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
Menarik seolah-olah aku di bawa ke negara luar bersama Andrea.

Ganbatte kak Dela... next yaak
Ahmad Abid
kayak nyimak detective conan ... seruuuu....
lanjut thor...
Glamours Style
update 5 episod tiap hari donk ka...😍
Dela Tan: Waduh 5 episode bisa klenger aku 🤣🤣🤣🤣
Gak sanggup sayang. Aku harus mikirin plot & riset juga biar gak banyak bolong logika, meskipun ini cuma novel.
total 1 replies
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
Maybe Kennet ingin memastikan racun itu tepat sasaran ke Gandawasa.
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
wahh tadi aku mo komentar gini kak

" Wanjiruu orang yang cerdas klo iya dia yang membunuh Gandawasa pantas wae gituu caranya juga unik, alon alon tapi pasti."

tapi ehh di paragraf ini kak Dela udah dibuka😁
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
gaskeun Max selidiki Wanjiruu, tapi tak asap klo tak ada api yaak... masih teka teki ini, bener Wanjiruu pelakunya kna beberapa motif atw ada orang lain.

next kak
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
ganbatte ne Andrea... selidiki semuanya. soalnya aku juga penasaran.

next kak
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
Andrea juga bingung apalagi aku yaa yg msh meraba-raba misteri kematian Gandawasa.. motifnya apa dan siapa pelakunya, satu kah atw komplotan.

lanjutkan kak, semangat.
terimakasih udah update.
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
hemmm smakin rumit nihh
next kak Dela
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
Aku lupa di bab brpa yg Lili ngomong merasa Kesepian itu sblom Ganda tewas... apa kna Lily Kesepian Ganda yg terlalu penting kan pekerjaan Lily sampe tega meracuni Ganda? tak masuk logika sbnrnya. Lily perempuan cerdas.
setelah kmaren ada kecurigaan Ganda tewas kna salah sasaran yg seharusnya bwt calon presiden itu, aku skrng curiga ke mungkin seseorang yg mencintai Lily?
ini racun efeknya perlahan kan yaak?
ahh ntahlah masih blom teraba. bisa jadi juga pelaku nya ada dirumah Ganda itu juga selain Lily.
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
Duhh manis sekali perkenalan mereka, murni tanpa modus....

next kak up lagi yaaak
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
😂 yg main fifty shades bkn tuhh?
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
Wahhh habiss kak....

tak salah nemu bacaan nih, keren juga sama kek Damar dan Qing Qing.

ditunggu next up nya kak Dela
Ganbatte...
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
Bisa jadi iyaa seperti ituu, Ganda korban pembunuhan salah sasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!