NovelToon NovelToon
Berdua : Menjadi Penakluk Bersaudara

Berdua : Menjadi Penakluk Bersaudara

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Cinta Terlarang / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Alif R. F.

Dua bersaudara kakak beradik yang sudah lama memainkan MMORPG menggunakan kapsul DDVR (Deep-Dive Virtual Reality) tiba-tiba berpindah dunia disaat mereka sedang menunggu tutupnya server.

Adik perempuan yang bernama Rena sudah bertahun-tahun menggunakan kapsul DDVR yang sekaligus digunakan sebagai penunjang kehidupan karena dirinya yang mengalami koma akibat kecelakaan di masa lalu, akhirnya bisa mengalami dunia nyata meskipun dengan tubuh yang berbeda dan di dunia yang berbeda pula.

Berbeda dengan kakak laki-lakinya, Reno, yang sudah mempersiapkan pernikahannya sementara semua impiannya hampir sudah tercapai semua kini harus dihadapkan dengan situasi yang berbeda, di dunia dan dengan tubuh yang berbeda, sama sekali tidak memiliki jalan untuk kembali.

Apakah Reno akan mengalah dengan adiknya, Rena, dan hidup di dunia baru sebagai seorang Penakluk? atau dia akan tetap berusaha mencari jalan pulang sementara meninggalkan adiknya di dunia yang asing dan kejam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif R. F., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#9 – Jatuhnya Kota Kelemborr

Setelah tiga hari memacu kuda hampir tanpa henti dan dengan hanya beristirahat panjang sekali setiap harinya, Randall pun sampai di sebuah desa yang berjarak tiga kilometer dari Kelemborr bersama dengan pasukan kesatria berkuda nya.

Di desa itu, Randall melihat kota yang tampak normal seperti tidak adanya penjarahan akibat peperangan. Kini Randall masih menunggangi kuda nya, memperhatikan jalanan kota dengan para warga desa yang terus membungkuk setiap kali melihat dirinya dan rombongan kesatria nya lewat.

“Sepertinya objektif utama mereka hanyalah Kelemborr. Mereka bahkan tidak menyentuh desa terdekat sedikitpun.”

Seorang komandan kesatria kavaleri pun mendekat di sebelahnya sambil memacu kudanya. “Paduka, apakah kita ingin beristirahat disini dan menunggu sampai besok untuk menyerang pasukan pembelot?”

“Hmm, iya, kita akan beristirahat disini dan membangun kemah. Perintahkan semuanya untuk istirahat untuk mempersiapkan penyerangan besok. Lagipula, mereka sudah merebut kota dan masih merapikan dampak peperangan. Kita sudah terlanjur agak telat. Jadi, lebih baik kita simpan stamina kita dulu sekaligus membuat strategi untuk besok.”

“Baik, paduka.”

Para pasukan pun memutuskan untuk beristirahat di sebuah desa penghasil jagung dan kentang tersebut. Di sana, mereka pun membangun kemah mengelilingi desa untuk sekalian menjaga warga desa agar tidak ada yang keluar dan masuk untuk sementara waktu, demi menutup informasi keluar dan masuk.

****.

Keesokan harinya, pasukan kavaleri pun bersiap-siap, begitu juga dengan Randall yang sudah merencanakan dengan semua komandan regu tadi malam tentang strategi apa yang akan mereka lancarkan.

Kini dari atas kudanya, Randall memerintahkan setiap komandan regu untuk menunggu di dalam garis hutan yang terletak sejauh ± 500 meter dari gerbang kota untuk bersembunyi dan menunggu prajurit bayangannya menyabotase gerbang kota untuk membukanya.

Kemudian ia juga memerintahkan komandan regu penyihir untuk ikut dengan prajurit bayangan agar bisa ikut menyabotase senjata sihir di menara pengawas yang ada di dekat gerbang kota.

Pagi itu, pasukan kavaleri dengan sang Raja pun berangkat menuju lokasi yang sudah diatur untuk melancarkan serangan mereka.

..

.

Satu jam kemudian sejak pasukan dikirim untuk menyabotase gerbang kota yang kini tampak senggang karena penutupan akibat dari pemulihan pasca perang, Randall bersama pasukan Kavaleri nya pun dengan sabar menunggu dan bersembunyi di belakang garis hutan.

Aku tidak paham bagaimana mereka bisa menaklukan kelemborr dalam waktu sebulan, namun tampaknya mereka sudah kelelahan karena pengepungan tersebut. Ini akan menjadi saat yang tepat untuk menyerang mereka.

Randall dari kejauhan pun akhirnya melihat gerbang kota yang besar mulai terbuka, dengan suara lonceng yang juga ikut terdengar.

“Sial, sepertinya mereka ketahuan,” ucap Randall dan mulai mengeluarkan pedangnya dari sarungnya. Kemudian ia pun mulai bersorak, “kavaleri! Siapkan tombak kalian! Kokohkan zirah kalian sekali lagi! Mari semuanya, ikutiku dan serbu!”

Randall pun memacu kudanya dengan cepat dengan diikuti oleh pasukan kavaleri nya yang juga ikut bersorak sorai untuk menyemangati jiwa mereka.

Suara gemuruh lima ribu kavaleri pun memecah kesunyian pagi itu. Barisan kesatria berkuda yang terkenal akan ketangguhannya, terus berpacu menuju gerbang yang sudah terbuka. 

“Untuk sang Raja! Untuk kerajaan! Untuk kehormatan!” Sorak sorai para kesatria kavaleri terus mengisi iringan gemuruh langkah lari kuda.

Dengan laju lari kuda mereka yang cepat, pasukan pembelot yang sibuk melawan 97 penyihir dan 20 prajurit bayangan pun berakhir telat menyadari akan kedatangan lima ribu pasukan kavaleri. Mereka bahkan tidak mendengar suara gemuruh lari kuda karena terlalu sibuk bertarung.

Para pasukan pembelot pada akhirnya pun sadar akan kedatangan lima ribu pasukan kavaleri, namun mereka tetap tidak sempat untuk menanggulangi serangan mendadak itu dan membuat pasukan kavaleri berhasil menerobos pintu gerbang.

Di sisi lain di dalam kota Kelemborr, terdapat ruang luas berupa dataran hijau yang memisahkan pemukiman dan tembok. Ruang ini dipenuhi dengan perkebunan dan padang rumput untuk warga kota menggembala ternak. Dan di dataran ini pula pasukan pembelot membuat kemah mereka.

Di situasi yang awalnya tenang, pasukan pembelot pun harus berusaha melumpuhkan pasukan penyabotase yang mana sudah sangat merepotkan bagi mereka. Apalagi mengingat 40% pasukan pembelot adalah tentara bayaran rendahan yang belum pernah mendapatkan pekerjaan setara pengepungan kota. Kini pasukan kavaleri yang terkenal tangguh dan terlatih, elit dari para elit, kesatrianya para kesatria, berhasil menerobos gerbang kota yang sudah susah payah mereka rebut.

Pasukan Randall pun berhasil menerobos masuk dan langsung menuju ke perkemahan para pembelot, merangsek para prajurit yang bahkan masih ada yang memasang sepatu zirah mereka. 

“Hei cepat minta bantuan ke pasukan utama yang ada di kastil!” Perintah seorang komandan pasukan pembelot. “Pasukan raja–”

Srrrrottt,

Tubuh sang komandan tergeletak sementara kepalanya masih menyangkut di tombak jousting seorang kesatria kavaleri. Lalu di tengah itu semua, banyak prajurit pembelot yang melihat salah satu komandan mereka tewas dengan hina pun langsung berlarian kocar-kacir, meski jumlah mereka lebih banyak dari pasukan kavaleri Randall.

“Jangan ada biarkan satupun dari mereka lolos!” Sorak Randall, mengangkat pedangnya sambil terus memacu kudanya. 

Para prajurit pemberontak pun kewalahan, begitu juga dengan para tentara bayaran. Mereka benar-benar tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan para kesatria kavaleri Baewulf. Dengan mudah, mereka pun tewas dan terinjak-injak oleh kuda-kuda para kesatria kavaleri, dan membuat sisa-sisa prajurit yang berkemah pun berlarian masuk ke jalan-jalan kota.

Kini hanya dalam waktu empat jam, pasukan kavaleri berhasil mengalahkan dua ribu pasukan pembelot yang berkemah di ruang kota. Sementara tak satupun pasukan kavaleri yang gugur maupun tewas. Semua berjalan dengan lancar.

Randall dan pasukan nya terus menelusuri jalan-jalan kota, membunuhi para desertir pemberontak yang mencoba bersembunyi. Namun di tengah itu semua, Randall merasakan ada yang aneh dari serangan kejutannya itu. Ia merasa bahwa serangannya terlalu lancar dan mudah.

Kita memang masih belum tahu pasti seberapa banyak pasukan pembelot, tapi ini … ini membuatku merasa aneh entah bagaimana.

Kemudian ditengah penelusurannya, Randall dan pasukannya pun terpaksa berhenti di alun-alun kota yang luas karena ribuan pasukan pembelot kini telah nampak dan mencegat jalan mereka untuk menuju kastil. Tak sampai disitu, ribuan pasukan pembelot lainnya pun ikut sudah berbaris di belakang barisannya dan juga sisi kanan dan kirinya. Kini Randall dan pasukan nya telah terkepung.

****.

Di tengah adrenalin yang memuncak yang dirasakan oleh Randall, ia pun melihat di ujung matanya, dari arah samping kiri muncul seorang pria dan dia adalah Baron Cedric dari rumah Waermund.

Sang Baron tua pun berjalan di antara pasukan yang sudah membuat formasi perisai tembok. Ia menyelip di antara prajurit dengan tubuhnya yang kurus, dan berdiri di depan mereka.

“Paduka, tampaknya anda terlihat sehat-sehat saja,” ucap Cedric.

“Baron Cedric … apa yang sudah kau lakukan? Kenapa kau membelot? Apakah ini karena duke Leofric?” Tanya Randall dengan tenangnya.

Cedric tersenyum miring, dan menatap sang Raja yang ia khianati dengan matanya yang melotot. “Haaa??!! Kenapa??!! Tentu saja … untuk menguasai kerajaan ini. Atau setidaknya itulah yang dijanjikan kepada kami, kepada Duke Leofric dan para vassal nya, kekekeke.”

“Siapa yang menjanjikan itu kepada kalian? Kekaisaran suci?” Tanya Randall menduga-duga.

Cedric hanya tersenyum lebar dengan tatapannya yang semakin melotot dan tampak memandang rendah. Lalu seketika, tiba-tiba ia malah meludah ke samping dengan tatapan jengkel.

“Apakah kau pikir kami sehina itu? Dan perlu kau tahu, kekaisaran– ehem, sepertinya aku banyak omong.” Sesaat Cedric menghentikan ucapannya, ia pun mengangkat tangan kanannya seakan memberikan isyarat.

Lalu tiba-tiba datang pasukan kesatria berzirah hitam dari balik kerumunan, dan mulai berjalan masuk dan menyelinap ke barisan terdepan, sementara masing-masing dari mereka menenteng sesuatu di tangan mereka.

Sesampainya di barisan terdepan, masing-masing kesatria berzirah hitam yang tampak misterius itu pun melemparkan tentengan mereka yang merupakan kepala dari masing-masing prajurit penyihir dan juga prajurit bayangan.

Cedric pun tersenyum lebar. “Lihatlah! ordo yang selama ini kau banggakan, ordo yang selama ini kau pikir adalah pasukan elit terkuat di kerajaan, bagi mereka bukanlah apa-apa. Di saat kau dan pasukan tersayang mu sibuk mengejar para kroco, mereka justru memburu pasukan elit mu.”

Ekspresi Randall tetap terjaga dan tenang, meski tangannya menggenggam erat pedangnya. “Siapa mereka? Apa yang sudah kau bawa masuk ke dalam kerajaan kita, baron? Ini benar-benar sebuah penghinaan.”

“Haaa, kau terlalu banyak bertanya, sumpah. Kalau begini caranya, aku tidak punya banyak pilihan lain,” ucap Cedric menggelengkan kepalanya seakan kecewa. “Hei, cepat habisi sang Raja dan pasukan tersayangnya. Aku masih banyak urusan.”

Dengan begitu, Cedric pun mulai membalik badannya dan hendak berjalan. Namun, lembing tiba-tiba melayang ke arahnya yang mana secara cepat sang kesatria berzirah hitam yang berdiri di sebelahnya berhasil menangkap lembing tersebut.

Cedric terhenti dan menoleh. “Heh, sepertinya waktumu di dunia ini sudah habis … paduka,” ucapnya dan lanjut berjalan.

“Sialan kau cedric! Kesatria! Angkat pedang kalian dan—”

Srruuuttt,

Tiba-tiba salah satu kesatria kavaleri yang berada di belakang Randall terjatuh dari kudanya dengan lembing yang sama menembus helm bajanya.

“Kau … bagaimana bisa—”

“Aku hanya mengembalikan apa yang sudah kau pinjamkan,” balas ksatria berzirah hitam kepada Randall.

“Kesatria! Serang mereka! Seraaaang!” Dengan putus asa, Randall pun memerintah pasukannya untuk menyerah pasukan pemberontak yang kini telah mengelilinginya.

Dalam pertarungan itu, para kesatria kavaleri berhasil membunuh beberapa pasukan infanteri pembelot, namun ketika mereka hendak menerjang para kesatria berzirah hitam, mereka benar-benar tidak bisa melawan balik karena kekuatan para kesatria berzirah hitam yang berada di luar nalar manusia. Pedang mereka dengan mudah memotong dan menembus zirah para kesatria kavaleri dan menjatuhkan mereka dari kuda.

Satu persatu, kesatria kavaleri kebanggan Randall pun jatuh di tangan para kesatria berzirah hitam. Setiap kali pasukannya mengalahkan prajurit pembelot, kesatria berzirah hitam datang untuk membalas dan langsung membunuh seakan para kesatria berzirah hitam sedang bermain-main dengan pasukannya.

Dua jam kemudian …,

“Tahan!” Teriak Randall yang kini berdiri di tumpukan mayat menggunung yang bercampur kuda, pasukannya dan prajurit pemberontak.

Kini Randall dengan belasan kesatria tanpa kuda yang tersisa pun berada di posisi terdesak dan di ujung tanduk.

Dengan Randall yang sudah kehilangan kudanya, dan juga dengan sisa kesatrianya, ia pun sekali lagi meneriakkan seruan perang. “Jangan menyerah! Angkat senjata kalian—”

Bleugh,

Dada Randall tertembus pedang yang dilempar. Begitu juga dengan sisa kesatria yang ikut berjatuhan dengan cara yang sama.

Randall pun jatuh berlutut di atas tumpukan mayat yang menggunung. Dari posisi yang tinggi, ia dapat melihat duke Edward berdiri di barisan terbelakang bersama dengan lima vassal-nya. Ia tampak hanya memantau dari kejauhan dengan tangan terlipat.

Lalu di pandangannya yang semakin gelap, sang kesatria berzirah hitam pun menghampirinya dan langsung menebas kepalanya.

****.

Bersambung ….

****.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!