Ditipu tidak membuat kadar cintanya berkurang malah semakin bertambah, apalagi setelah tau kejadian yang sebenarnya semakin menggunung rasa cintanya untuk Nathan, satu-satunya lelaki yang pernah memilikinya secara utuh.
Berharap cintanya terbalas? mengangankan saja Joana Sharoon tidak pernah, walaupun telah hadir buah cinta.. yang merupakan kelemahan mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Base Fams, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
◉ 26
Up dua bab genk.. sile tinggalkan jejak n like, terimakasih. ♥♥♥
...****************...
"Dua garis?" Joana mengangguk. "Itu artinya kau sedang mengandung anak-ku." Joana mengangguk lagi. "Oh sayang, ini kabar yang membahagiakan." Nathan memeluk lagi tubuh Joana. "Aku akan segera menjadi seorang Ayah. Ini anugerah. Aku sangat bahagia." Nathan menghadiahi Joana dengan banyak kecupan di seluruh permukaan wajah istrinya itu. "Terimakasih, sayang. Terimakasih atas kebahagiaan yang kau berikan untukku."
Keduanya tersenyum bahagia. Entah siapa yang memulai, kini bibir mereka menyatu satu sama lain. Nathan memperdalam ciumannya, seraya menggerakkan tangannya menyentuh, dan mengusap perut Joana yang masih rata.
Nathan mengangkat Joana ke dalam gendongannya. Sambil berciuman, ia membawa Joana keluar dari toilet lalu menurunkan Joana di atas tempat tidur. "Katakan, apa kau mau makan sesuatu?" Nathan memposisikan dirinya di atas Joana, mengungkung istrinya itu. "Ayam tepung, sandwich, or spaghetti?" Tanya Nathan sangat antusias. Ia berjanji pada dirinya sendiri akan melayani Joana, memenuhi kebutuhan istrinya dan meluangkan banyak waktu untuk berada di sisi istrinya.
Joana mengalungkan tangannya, ia menggelengkan kepala. "Aku tidak mau apapun, Nathan. Kecuali..." Joana mengigit bibir bawahnya namun di mata Nathan, wanitanya itu sedang menggodanya. Memberikan kode.
"Kecuali apa, hmm?" Nathan berpura-pura tidak paham, padahal ia sangat paham.
Joana tidak menjawab. dia ragu-ragu, malu untuk mengatakan langsung.
"Aku akan mencoba bertanya pada buah hati kita." Tubuh Nathan bergerak mundur sampai wajahnya sejajar dengan perut Joana dan membubuhkan kecupan.
"Hai anak Daddy, " bisiknya. "Beritahu pada Daddy, Mommy-mu ingin makan apa?" Nathan menempelkan telinganya diatas perut Joana. "Apa?" Nathan mengerutkan keningnya, "Mommy ingin memakan Daddy?"
"Nathan," Joana tergelak. Pipinya bersemu merah karena faktanya Ia sangat menginginkan suaminya itu. Nathan kembali ke posisi awal setelah ia memberikan kecupan lagi di perut Joana.
Ditatap lagi wajah istrinya itu. "Pipimu merona, sayang."
"Berhentilah menggodaku." Joana menyentuh dada Nathan, memainkan jemarinya disana. Membuat pola berbentuk hati. Uhuk.
"Kau yang menggodaku." Nathan memberikan gigitan di daun telinga Joana. Lalu, bibirnya turun ke leher, meraup aroma feromon Joana sebanyak mungkin.
"Sayang... " Suara Nathan parau, serak-serak basah membuat Joana bertambah gelisah. Nathan mengangkat kepalanya, menatap istri lagi.
"Umm.. "
"Apa tidak menjadi masalah jika kita melakukannya?"
"Entahlah, aku tidak tau Nathan."
Nathan beranjak, pria itu duduk di sisi Joana. Menahan diri sebaik mungkin. "Sebaiknya kita cari tahu lebih dulu. Aku khawatir, jika aku melukainya."
"Ya, yang kau katakan benar."
"Bersiaplah. Aku akan membawamu ke rumah sakit untuk memeriksa kandunganmu."
Keduanya pun bersiap. Setelahnya mereka menuju ke rumah sakit.
.
.
.
"Setelah ini, aku ingin mengabari Mommy. Pasti Mommy sangat senang." Joana mengusap perutnya penuh bangga, disertai senyuman mengembang di wajah cantiknya.
Nathan ikut tersenyum. Pria itu merangkul pundak Joana berjalan menuju unit penthouse-nya dengan satu tangannya lagi menggenggam kantong belanjaan mereka. Ya, setelah dari rumah sakit, mereka singgah ke swalayan membeli susu yang diperuntukkan khusus ibu hamil, membeli buah-buahan yang diinginkan Joana dan juga es krim.
Sesampainya, Joana meletakkan tasnya di meja, menyusul Nathan yang berada di dapur. "Kau tidak mencoba mengabari keluargamu, Nathan?" Tanya Joana dengan hati-hati.
Nathan yang sedang mengeluarkan buah-buahan dari kantong belanjaan, menghentikan aktivitasnya, lalu ia menatap Joana yang berdiri di dekatnya.
Melihat ekspresi yang ditunjukkan Nathan, membuat Joana menjadi serba salah.
"Tidak Joana. Aku rasa itu tidak perlu. Kabar bahagia ini cukup kita dan keluargamu saja yang merasakan." Nathan melanjutkan aktivitasnya, mengeluarkan buah-buahan lalu mencucinya sebelum dimasukkan ke dalam kulkas.
Joana memeluk suaminya dari belakang. Menempelkan tubuhnya di punggung suaminya. "Apa pertanyaanku, menyinggung perasaanmu?" Joana mencium punggung lebar suaminya. Ia merasa bersalah.
Nathan mematikan air keran. Ia melepaskan tangan Joana di pinggangnya. Ia pun berbalik, merangkup wajah istrinya. "Tidak sayang, " Nathan menyunggingkan senyuman. "Tidak sama sekali. Tolong jangan di pikirkan jawabanku. Maafkan aku."
"Kenapa kau harus meminta maaf? kau tidak bersalah, Nathan. Seharusnya, aku tidak bertanya seperti tadi. Pasti kau sangat sedih."
"Stt, " Nathan menempelkan telunjuknya di atas bibir Joana. "Lupakan. Sebaiknya kita tidak membahasnya lagi. Apa kau masih mengingat pesan dokter tadi, hmm?"
"Ya, dokter mengatakan jika aku tidak boleh banyak pikiran. Hal itu bisa berpengaruh pada kesehatan Ibu dan juga janin. "
"Istriku yang pintar." Nathan mencubit pipi Joana, dengan gemas. "Kau tidak jadi menghubungi Mommy?" Keduanya saling menggenggam satu sama lain.
"Ah ya, hampir saja aku lupa. Untung kau mengingatkan-ku, Nathan. Aku tidak sabar ingin memberitahu kepada Mommy. Aku akan menghubunginya, sekarang."
Nathan tertawa, "tunggu dulu," ia mencekal tangan Joana ketika istrinya hendak melangkah, "Kau ingin buah?"
"Ya Nathan. Aku mau buah dan juga susu."
"Baiklah, aku akan menyiapkan semua. Berikan bonusku dulu." Joana tersenyum lebar. Ia meraih tengkuk leher suaminya, memberi ciuman yang langsung dibalas suaminya. Durasinya cukup lama, sampai keduanya nyaris kehilangan napas barulah mereka menyudahinya.
"Terimakasih bonusnya, sayang. Ciuman yang sangat manis." Nathan mengusap bibir Joana yang sedikit basah dengan kedua ibu jarinya. "Oh ya, kau ingin buah apa? Apel or pear?"
"Pear. Tolong berikan sedikit garam dan bubuk cabai."
"Baiklah Nyonya Klemens silahkan anda duduk dulu." Nathan mendudukkan Joana di sofa, " aku akan menyiapkan pear, dan juga membuatkan susu."
"Terimakasih kesayanganku. Aku mencintaimu." Joana melayangkan kecupan ke udara. Nathan menggerakkan tangannya seolah menangkap kecupan itu lalu ia menempelkan tangannya ke depan dada.
Melihat tingkah suaminya, Joana tertawa lepas. Sejurus kemudian ia segera mengeluarkan ponsel dari tas, dan menghubungi Ibunya. "Kenapa tidak diangkat?" Keluhannya di dengar Nathan.
"Mungkin, Mommy sedang sibuk."
Joana mencoba menelpon Ibunya lagi. Panggilan video, akhirnya panggilan pun terhubung. "Halo Mom!! " seru Joana dengan riang. Meskipun statusnya sudah menjadi seorang istri dan calon Ibu, tapi sikapnya tidak berubah sama sekali. Fleksibel. Sikapnya mudah sekali berubah menyesuaikan keadaan.
"Halo juga sayang."
"Apa Mommy sedang sibuk?" Joana menekukkan satu kakinya diatas sofa, lalu menyandarkan punggungnya di sandaran sofa.
"Tidak, sayang. Mommy baru saja sampai. Ada apa Nak? kau terlihat pucat. Apa kau sakit?" Rentetan pertanyaan di lontarkan Isabella mengkhawatirkan putrinya.
"Aku baik-baik saja, Mom. Mommy jangan khawatir." Jawab Joana dengan ceria. Terlihat sekali ia sedang bahagia. "Aku mempunyai kabar baik yang akan membuatmu terkejut dan juga bahagia, Mom." Jawab Joana dengan antusias, dan tidak bisa menyembunyikan rona bahagia di wajahnya.
"Kabar baik apa, sayang? cepat katakan, Mommy ingin mendengarnya."
"Kau akan menjadi seorang Nenek, Mom. Ya, aku hamil"
mungkin ya masih ada setetes cinta untuk Nathan makanya Joana g bs dendam ataupun benci spenuhnya sm Nathan😏😏
tertohok kn hatimu Nat, ayo jawab ..
cowok sebrengsek Marco aja tau menghargai wanita
Mungkin sekarang bukan cinta ,tapi perasaan Marvel yang utama