NovelToon NovelToon
Maaf Yang Terlambat

Maaf Yang Terlambat

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Anak Kembar / Masalah Pertumbuhan / Keluarga / Persahabatan / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Rianti Marena

Konon tak ada ibu yang tega 'membuang' anaknya. Tapi untuk wanita seperti Ida, itu sah-sah saja.
Lalu tidak ada yang salah dengan jadi anak adopsi. Hanya, menjadi salah bagi orang tua angkat ketika menyembunyikan kenyataan itu. Masalah merumit ketika anak yang diadopsi tahu rahasia adopsinya dan sulit memaafkan ibu yang telah membuang dan menolaknya. Ketika maaf adalah sesuatu yang hilang dan terlambat didapatkan, yang tersisa hanyalah penyesalan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rianti Marena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Analisa Dangkal

Gerbang sekolah masih ditutup. Suasana jalanan di sekitarnya masih lengang. Hanya para pedagang jajanan yang sudah berderet di sisi kanan dan kiri, bersiap menjemput rezeki. Tinggal menunggu 1-2 menit lagi hingga bel pulang dibunyikan.

Sekitar seratus meter dari gerbang sekolah, Senja menjadi satu dari sekian banyak penjemput yang menunggu di bawah rindangnya daun-daun flamboyan. Tidak seperti biasanya, siang itu Senja murung. Dia nampak duduk di atas motor kesayangannya sambil melamun. Hatinya tidak tenang. Pikirannya masih belum bisa dialihkan dari foto-foto lama dan sikap orang tuanya yang mendadak berubah.

Waktu berlalu. Para penjemput di kanan kirinya mulai berkurang. Kendati begitu, kini lebih banyak anak-anak berseragam yang memenuhi jalan, entah untuk bergegas pulang, mencari penjemput, berburu jajanan, atau bercanda dengan teman. Senja masih belum menyadari orang yang ditunggunya justru telah menunggu dia.

"Hmm. Nggak masuk akal. Nggak beres ini," kata Senja lirih.

"MAS SENJA!"

"Eh!" Senja yang kaget pun berbalik, mendapati adik bungsunya sudah ada di sampingnya. "Kok kamu...?"

"Udah nongol di sini? Iyalah," sahut adiknya cepat. "Mas ngelamunin apa, sih?"

Senja berkelit. "Aku, ngelamun? Enggak!"

"Nggak salah. Udah, Mas ngaku aja. Orang tadi aku merhatiin Mas Senja ngomong sendiri kayak orang stress. Kenapa melamun?"

Senja menghela napas panjang, frustrasi. Belum sempat dia menjawab, adiknya langsung menebak. "Soal foto yang kemarin, nih, jangan-jangan?"

Senja pura-pura syok. "Ihhh! Ternyata kamu semacam manusia cenayang! Bisa baca pikiran orang? Serem, ihhh!"

"Nggak usah sok lebay kayak Mas Fajar, deh. Nggak cocok Mas Senja begitu. Jadi, beneran ngelamunin foto itu, nih?" Ucapan Rani membuat Senja nyengir kuda. "Sebenarnya itu foto siapa, sih, Mas? Emangnya Ibu punya adik kandung yang udah meninggal dan mukanya mirip sama kenalan Mas Senja?"

Senja berkerut kening. "Bisa nggak nanyainnya satu-satu? Bingung jawabnya."

Adiknya tertawa. Lalu pertanyaan demi pertanyaan bagai air terjun dilontarkan Rani. "Ya udah, soal adiknya Ibu. Aku tuh percaya nggak percaya dengar Budhe Sur bilang begitu kemarin. Aneh aja, selama ini kita nggak pernah tahu soal itu. Emang Ibu beneran punya adik, Mas? Itu maksudnya adik ketemu gede atau adik kandung?"

Jari telunjuk Senja di depan bibir Rani menyudahi pertanyaan adiknya itu. "Soal adik Ibu, jujur aku baru dengar dari Budhe semalam."

Rani memandangi kakaknya tak percaya, "Lah! Mas Senja masak nggak tahu kalau Ibu punya adik? Gimana mungkin?"

"Serius, Dik, baru tahu kemarin. Selama ini Ibu nggak pernah bilang punya adik laki-laki," terang Senja. "Mbak Nuri aja kaget. Fajar juga nggak tahu. Berarti emang kita semua nggak ada yang tahu soal itu, Dik."

Melihat keseriusan di mata Senja, Rani pun percaya. Kakaknya bukan tipe penyembunyi fakta. Apalagi yang ia tahu, selama ini antara dia dengan ketiga kakaknya hampir tidak ada yang namanya rahasia. Mereka saling berusaha untuk terbuka. Ia dan kakak-kakaknya punya pemikiran sama, bersikap jujur dan terbuka jauh lebih bijaksana untuk menghindari aneka luka yang serius. Namun, apa jadinya jika kedua orang tua mereka justru punya pendapat dan pemikiran sebaliknya? Soal adik ibu adalah contohnya.

"Apa mungkin karena udah meninggal lama, seperti yang dibilang Budhe, maka Ibu dan Bapak nggak pernah cerita," Senja melontarkan dugaannya. "Tapi, tetap ganjil, Dik."

Rani mengangguk, sejalan sepikir. "Iya, sih, Mas. Kalau emang adik Ibu udah meninggal, mestinya ada kuburannya, dong. Kalaupun dikremasi, ada tempat nyimpen abunya. Tapi kita nggak pernah sekalipun diajakin nyekar ke kuburan Om. Padahal setiap tahun kita nyekar ke makam keluarga Bapak maupun Ibu."

Rani memandang kakaknya. Senja masih terlihat bingung dengan aneka pertanyaan dan dugaan dalam kepala. Ibarat ada banyak folder berisi fail-fail tak beraturan yang kasat mata, jari-jari Senja memilah udara di depan wajahnya. Rani pun memilih duduk di pinggiran taman. Diletakkannya tas sekolah yang mulai terasa berat di samping ia duduk.

Sambung Rani, "Jadi, kesimpulannya Ibu punya adik apa enggak? Kalau punya, beneran, udah meninggal? Kalau udah, kapan meninggalnya? Kenapa kita sekeluarga nggak pernah diajak mendoakan arwahnya atau minimal sekali aja nyekar ke makamnya?"

Senja bersedekap. "Aku sih yakin Ibu dan Bapak punya pertimbangan sendiri, mengapa soal adik Ibu ini tidak pernah sekalipun diceritakan pada kita."

Rani membatin, 'Umm, nggak menjawab pertanyaan, sih. Tapi...'.

"Ya, okelah. Terus masalah spesifik yang bikin Mas Senja ngelamun tadi apa?"

Perlahan Senja bangkit dari duduknya di sisi motor, berpindah duduk di sisi Rani. Jawab Senja serius, "Orang yang difoto dan dibilang Budhe sebagai adik kandung Ibu itu mirip banget sama Bapak dari cowok yang mau dicomblangin Fajar sama Mbak Nuri. Kalau adik Ibu, kata Budhe udah meninggal lama. Nah, orang yang aku bicarakan itu masih hidup dan baik-baik aja."

"Kebetulan mirip aja kali, Mas?"

Terang saja, Rani skeptis. Bukankah konon setiap manusia diciptakan sebagai mahluk dengan tujuh atau sembilan kembaran di dunia? Barangkali orang yang dimaksud kakaknya adalah satu dari sekian banyak kembaran itu. Namun opininya langsung ditepis gelengan oleh Senja.

"Terlalu susah diterima sebagai kebetulan, Dik. Aku dan Fajar lihat sendiri orangnya. Bahkan sempat saling menyapa, walau sekilas. Hanya mirip atau jangan-jangan itu memang adik Ibu?"

"Atau Ibu punya adik kembar. Di keluarga kita 'kan ada gen kembar?" Rani masih membela pemikirannya. Fakta bahwa dia memiliki kakak kembar meski bukan kembar identik tetap saja membuat peluang pemikirannya punya dasar logika yang jelas. Setidaknya dari sudut genetika.

Senja melirik adik bungsunya. Separuh dirinya membenarkan opini Rani. Separuhnya lagi masih berkutat mencari alasan lain yang lebih logis. "Hmm. Makin penasaran. Ah, udahlah, ayo, pulang! Udah mendung, tuh!"

Awan yang berarak di langit mengubah suasana menjadi sendu dan kelabu. Padahal sebelum itu cuaca cerah dan langit pun bersih. Apakah perubahan suasana itu akan terbawa ke rumah hanya karena sebuah informasi dari foto lama?

Meski air muka mereka tak lagi seserius saat mengobrol tadi, Senja dan Rani masih menyimpan banyak pertanyaan. Sepanjang perjalanan kembali ke rumah, muncul bibit-bibit keraguan dalam benak keduanya. Selain adik ibu yang kata Budhe sudah meninggal, adakah kisah lain yang tersimpan dalam sekian banyak foto-foto lama dari gudang belakang? Kira-kira masih ada rahasia apa lagi yang jadi kejutan? Angin yang berhembus di jalanan kota meniupkan bisik-bisik tanpa kata dua remaja yang beranjak dewasa, terus ke langit menembus awan yang sebentar lagi menurunkan hujan.

Seuntai doa tak terucap melambung dari lubuk hati dua anak manusia yang bergumul dalam tanya tentang banyak rahasia di tengah jalanan kota Yogyakarta. Seandainya mendung ini mampu membawa harapan, biarlah hujan yang turun menyelipkan jawaban.

...*...

1
Sabina Pristisari
yang bikin penasaran datang juga....
Rianti Marena: ya ampun.. makasih lo, udah ngikutin..
total 1 replies
Sabina Pristisari
Bagus... dibalik dinamika cerita yang alurnya maju mundur, kita juga bisa belajar nilai moral dari cerita nya.
Sabina Pristisari: sama-sama... terus menulis cerita yang dapat menjadi tuntunan tidak hanya hiburan ya kak...
Rianti Marena: makasih yaa..
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!