NovelToon NovelToon
Cahaya Yang Padam

Cahaya Yang Padam

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Mengubah Takdir
Popularitas:11.8k
Nilai: 5
Nama Author: NurAzizah504

Cahaya dipaksa menikah dengan pria yang menabrak ayahnya hingga meninggal. Namun, siapa sangka jika pria itu memiliki seorang istri yang amat dicintainya yang saat ini sedang terbaring lemah tak berdaya. Sehari setelah pernikahan paksa itu dilakukan, pertemuan tak sengaja antara Cahaya dan istri pertama suaminya terjadi.

Akankah Cahaya diakui statusnya di hadapan keluarga suaminya? Atau malah Cahaya tetap disembunyikan? Dipaksa padam seolah tak pernah ada dalam kehidupan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurAzizah504, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Istriku?

Cahaya berusaha untuk bersikap biasa-biasa saja keesokan harinya. Saat tengah menikmati makan siang pada ruangan khusus karyawan, Zahra tiba-tiba saja mendatanginya.

"Ya, gimana keadaan kamu sekarang? Udah mendingan?"

Cahaya menoleh dan tersenyum singkat. "Udah, Kak. Maaf, ya, udah ngerepotin."

"Santai, Ya. Kayak sama siapa aja kamu," lanjut Zahra tertawa-tawa kecil tak jelas.

"Kak Zahra udah makan siang?" Cahaya bertanya.

"Oh, udah tadi."

"Gak bareng Pak Arif? Biasanya, kan, tiap hari Pak Arif selalu ke sini buat jengukin Kakak."

"Hari ini enggak. Bang Arif lagi sibuk di toko. Terus nanti sore Bang Arif juga mau ke desa buat ngecek kebun dan ternak-ternak dia."

"Kak Zahra gak ikut?"

"Enggak. Aku selalu nyerah kalau diajak ke sana. Paling gak tahan sama becek di kebun dan hewan-hewan di peternakan."

Cahaya hanya mengangguk sekilas lalu kembali melanjutkan makan siangnya yang tertunda.

Kemudian, dari arah depannya Zahra mengulur sebuah benda. Sebuah kalung berbandul bulan hadiah pemberian Arif untuk Cahaya. Namun, karena saat itu Zahra juga menyukainya, maka kalung tersebut akhirnya diberikan untuknya.

"Aku balikin, ya, Ya."

"Lo, kok, dibalikin, Kak? Bukannya Kak Zahra suka? Aku ikhlas, lo, Kak, ngasihnya."

"Iya, tapi Bang Arif yang gak suka. Aku sampai dimarahin dia, lo, karena ketauan minta barang punya orang."

Cahaya tidak lagi berkata. Ia mengambil benda tersebut lalu menyimpannya ke dalam tas.

Jika diperhatikan lebih lekat, Cahaya tahu ada sesuatu yang ingin Zahra tanyakan padanya. Mungkin tentang kehamilannya atau tentang laki-laki yang pernah dekat dengannya. Namun, Cahaya tidak memberikan kesempatan untuk bibirnya menjelaskan. Dia sadar, Zahra tak perlu tahu tentang dirinya.

Akan tetapi, Cahaya salah memprediksi. Dia baru tahu jika Zahra bisa senekat itu. Sambil menggenggam tangannya, Zahra pelan-pelan bertanya, "Kenapa kamu bisa hamil, Ya? Kamu, kan, gadis baik-baik. Kamu dari desa, memiliki mata polos dan teduh. Apa selama di sini, ada seseorang yang mengganggu kamu?"

"Gak ada, Kak. Tapi, aku gak bisa jelasin semuanya ke Kak Zahra. Makasih banyak karena Kak Zahra udah mau khawatir sama aku."

Zahra membuang napas, melepaskan tangannya yang sejak tadi menggenggam tangan Cahaya. Masih dengan raut wajah penasaran, Zahra kembali membuka pertanyaan, "Kalau boleh tau, siapa ayah dari anak itu?"

"Maaf, tapi aku gak bisa kasih tau. Aku permisi dulu, Kak. Masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan."

Akhirnya Cahaya pergi, meninggalkan Zahra yang gagal mendapatkan informasi untuk menuntaskan rasa penasarannya.

...****************...

Nyatanya kehamilan ini membawa berkah yang begitu besar bagi Cahaya. Sejak tahu dia mengandung, Arif jadi makin peduli dan selalu rutin mengunjungi dirinya. Walaupun hanya dengan pertemuan singkat, tetapi Cahaya tetap mensyukurinya. Setidaknya ia tidak ditinggalkan sendirian.

Cahaya juga sudah mengabarkan kabar ini ke Paman Jamal dan Bibi Wati di kampung. Jika Paman Jamal menampakkan gurat bahagianya, Bibi Wati terlihat biasa saja. Dia bahkan tanpa malu menyuruh Cahaya untuk mentransfer sejumlah uang untuk anak-anaknya. Katanya, semenjak di kota, Cahaya jadi melupakan mereka.

Namun, ini semua tidaklah berjalan mulus. Mau ditutup bagaimanapun, tetap saja pada akhirnya kehamilan Cahaya diketahui publik juga. Bahkan di tempatnya bekerja, rekan-rekan tak sungkan lagi untuk bertanya. Bahkan terkadang, mereka menatap Cahaya dengan tatapan merendahkan.

"Cahaya, belum pulang?"

Cahaya tersenyum dan menggeleng pelan. "Lagi nunggu jemputan, Bang. Bang Fahri mau pulang?" tanya Cahaya kepada Fahri yang seperti biasa selalu menyempatkan diri untuk menjenguk Zahra di toko.

"Iya," jawab Fahri singkat. Ekor matanya diam-diam melirik ke arah perut Cahaya. Hatinya kecewa. Padahal baru saja ia berpikir bahwa Cahaya adalah gadis yang tepat untuknya. Akan tetapi, takdir berkata lain. Fahri terpaksa mengurungkan niatnya untuk melamar Cahaya. Setidaknya sampai ia tahu, siapa ayah dari anak itu.

"Saya duluan, ya, kalau gitu," ucap laki-laki itu lagi yang dibalas Cahaya dengan anggukan saja.

Tak lama berselang, supir Cahaya akhirnya datang. Cahaya langsung masuk ke dalam mobil. Tidak mampir di manapun, ia langsung meminta supir untuk membawanya ke rumah saja.

Usia kandungan Cahaya sudah mencapai tujuh bulan. Dengan perut sebuncit itu dan langkah kaki yang dibantu kruk siku, Cahaya jadi mudah lelah dan kepayahan. Zahra sendiri sudah meminta Cahaya untuk cuti saja. Namun, Cahaya menolaknya dengan alasan bosan jika tidak ada pekerjaan.

Sementara itu, setiap malam selesai menutup toko, Arif selalu menyempatkan diri untuk mendatangi Cahaya. Tak lupa, ia selalu membawa banyak makanan agar Cahaya dan anaknya tidak merasa kelaparan.

"Udah cukup, Pak. Udah gak sakit lagi kakinya," ucap Cahaya kepada Arif yang memijit kakinya saat ia mengeluh keram beberapa menit tadi.

"Ya, sudah. Nanti kalau keram lagi, bilang, ya."

Cahaya tersenyum lalu cepat-cepat menganggukkan kepalanya.

"Bapak tiap malam ke sini, Kak Zahra gak curiga?"

"Enggak. Soalnya yang dia tau, saya pulang kerja. Kamu jangan kepikiran sama sesuatu yang gak penting. Soal Zahra, biar itu jadi urusan saya. Saya gak mau bayi saya kenapa-kenapa karena kamu kepikiran. Kamu harus tau, saya gak mau lagi kehilangan anak saya untuk kedua kali."

"Iya, Pak. Saya minta maaf."

"Sudahlah. Jangan dipikirkan. Lebih baik kamu tidur sekarang."

"Saya akan tidur, tapi Bapak harus jawab pertanyaan saya dulu."

"Apa?" tanya Arif penasaran. Pasalnya, Cahaya tidak pernah menatapnya dengan sorot mata seperti ini.

"Apa Bapak mencintai saya?"

Beberapa detik kemudian, Arif dibuat bungkam. Namun, otaknya berpikir cepat. Secepat mulutnya yang berkata, "Kenapa harus ditanyakan? Sudah tentu jawabannya tidak. Di hati saya, hanya ada Zahra. Sementara kamu, hanya sebatas pertanggungjawaban di depan Tuhan."

Cahaya menunduk. Hatinya terasa hancur berhamburan. Nyatanya, Cahaya sudah mulai mencintai Arif. Kebaikan dan perhatian Arif semenjak ia hamil, membuat Cahaya tersentuh dan bahagia. Cahaya pikir, itu semua karena Arif memang mencintainya. Rupanya, dugaan Cahaya salah besar.

"Tidurlah, Cahaya. Gak baik wanita hamil bergadang. Setalah ini, saya juga harus langsung pulang. Zahra gak bisa kalau terlalu lama saya tinggalkan sendirian."

Cahaya mengangguk lalu pelan-pelan merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Seperti biasa, Arif selalu mengusap-usap kepala Cahaya. Dan, saat Cahaya benar-benar memejamkan mata, barulah ia pergi dari sana.

Waktu terus berjalan. Usai kehamilan Cahaya pun makin bertambah. Menjelang HPL, Arif makin rutin menemani Cahaya. Tentu saja, semua itu dilakukan diam-diam tanpa sepengetahuan Zahra.

Hingga suatu hari, Cahaya mendadak memberikan permintaan kepada Arif. Dia ingin hari ulang tahunnya dirayakan oleh Arif. Kebetulan, hari tersebut jatuh akhir pekan ini.

Arif menuruti permintaan tersebut. Toh, hanya merayakan ulang tahunnya saja. Dia hanya perlu meminta Mbok Tun menyiapkan kue dan makanan-makanan lainnya. Dan, untuk hadiahnya, Arif sudah berpikir untuk menyiapkan satu setelan pakaian lengkap dengan perhiasan.

Hari tersebut pun akhirnya tiba. Sebelum menikmati makan malam berdua, Arif mengambil kue ulang tahun dan membawakan ke arah Cahaya.

Walaupun sudah bukan kejutan lagi, Cahaya tetap saja merasa bahagia. Dia tertawa-tawa saat Arif terlihat kepayahan menyalakan lilin.

"Selamat ulang tahun, Cahaya. Selamat ulang tahun istriku dan selamat ulang tahun untuk ibu dari anakku."

"Makasih banyak, Pak," balas Cahaya tersenyum bahagia. Dia lalu meniup cahaya lilin hingga padam. Saat kembali membuka mata, dirinya malah mendapatkan sebuah kecupan singkat di dahinya.

"Sehat-sehat terus sampai lahiran, ya, Istriku."

"Istriku?"

Cahaya dan Arif tersentak. Sosok Zahra berdiri di ambang pintu.

1
Muliana
Semoga Zahra bisa berbaik hati, tidak mencelakakan Zaif
Tini Timmy
semangat nulisnya kakak/Smile/
Tini Timmy
udah lah kamu juga jahat arif kamu gk layak jadi ayah zaif
Muliana
10 iklan, mngat troe
NurAzizah504: Makash behhh /Joyful/
total 1 replies
Syaiful Amri
thor, panggilan dari fahri utk cahaya pakai sayang aj dong thor, klwpakai ya ya gitu, gi mana ghitu perasaan aku thor, maaf ngelunjak thor🤭🤭
Syaiful Amri: knp blm up thor??
NurAzizah504: Hm, boleh, deh. Bab selanjutnya kita ubah aja, ya /Facepalm//Joyful/
total 2 replies
Teteh Lia
2 iklan dan 🌹 meluncur.
semangat up nya Kaka 💪
NurAzizah504: Terima kasih, Kakak /Sob/
total 1 replies
Teteh Lia
Bertingkah lagi, Pak Arif 😤
NurAzizah504: Umur segitu emg lgi aktfi2nya /Joyful/
total 1 replies
Shadiqa Azkia
Ya ampun /Panic/
NurAzizah504: /Sob//Sob/
total 1 replies
Tini Timmy
arif awas kamu/Sob/
NurAzizah504: /Sob//Sob/
total 1 replies
Tini Timmy
jahat bener/Sob/
NurAzizah504: Setujuu /Sob/
total 1 replies
🎀
zahra 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️ nambah masalah ae
NurAzizah504: Udh hobinya, Kak /Sob/
total 1 replies
Xiao Lianhua
baru 10 bulan udah kumat lagi:/
NurAzizah504: Perlu dikasih obat dianya /Facepalm/
total 1 replies
🎀
thor jgn bikin zahra jadi kejam banget dongss 😭
NurAzizah504: Aduh, harus kerja sama sama Zahra dulu, nih /Facepalm/
total 1 replies
🎀
ih dudul, kalo kamu sejahat itu yg ada arif sama kakakmu makin benci, greget jga sama Zahra nih, ga bisa kah mikir cara yg lebih elegan
NurAzizah504: Kebiasaan bar2. Makanya ga bisa elegan, Kak /Sob/
total 1 replies
🎀
Tuh kan Fahri, kamu paling nggak bisa ngerti kenapa Zahra sampai tega melakukan kejahatan demi mempertahankan rumah tangganya
NurAzizah504: /Sob//Sob/
total 1 replies
Shadiqa Azkia
10 iklan keu cek dah
NurAzizah504: Maksh banyak, hehee /Joyful/
total 1 replies
Taufiqillah Alhaq
vote untukmu
NurAzizah504: Makasih /Smile/
total 1 replies
Teteh Lia
🌹🌹 buat bang Fahri.
NurAzizah504: Wahh, terima kasih banyak, Kak /Smile/
total 1 replies
Teteh Lia
syukurlah,,,
tapi masih harus waspada, pak Arif masih kelayaban susun rencana licik
NurAzizah504: Jgn sampai lengah pokoknya /Good/
total 1 replies
Teteh Lia
blokir aja nomornya. ish...bener2 si amel 😤
NurAzizah504: Minta dikata2in emg /Sob/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!