NovelToon NovelToon
KSATRIA BHUMI MAJAPAHIT: Ajian Sapu Jagad

KSATRIA BHUMI MAJAPAHIT: Ajian Sapu Jagad

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Petualangan / Fantasi Timur
Popularitas:1.1M
Nilai: 4.6
Nama Author: Agus Amir Riyanto

Karna, seorang pemuda sebatang kara yang dipungut sejak masih bayi oleh Mpu Angalas pada masa kerajaan Majapahit. Karna kemudian dididik berbagai ilmu kesaktian yang mengambil inti sifat Alam, yaitu Tirta Gumulung (Air), Tapak Dahana (Api ), dan Bayu Bajra (Angin). Di samping itu, Karna yang kemudian dikenal sebagai Ksatria Angker mendapat anugerah ilmu dari Alam Semesta yang merangkum semua sifat alam dalam ajian Sapu Jagad yang bersifat Langit dan Bumi. Ilmu inilah yang harus disempurnakan oleh Ksatria Angker dalam setiap petualangan dan pertempuran.
Setelah dinyatakan lulus belajar ilmu kerohanian dan bela diri oleh gurunya, Ksatria Angker berangkat ke Kota Raja Majapahit. Di sana ia bertemu dengan Mahapatih Gajah Mada dan direkrut sebagai Telik Sandi ( mata-mata) yang bertugas melawan musuh-musuh Negara yang sakti secara pribadi untuk mewujudkan impian Gajah Mada mempersatukan Nusantara.
Novel fantasi dunia persilatan ini bukan hanya bercerita tentang perkelahian dan jurus2 yang mencengangkan, namun juga ada intrik politik masa silam, strategi tugas mata-mata, juga dilengkapi dengan berbagai latar belakang sejarah, istilah-istilah Jawa Kuno yang diterjemahkan, serta penggambaran cara hidup masa lalu yang diharapkan mampu membuat pembaca ikut tenggelam ke alam pikiran pada masa Majapahit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus Amir Riyanto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PRAJURIT INTI MILITER MAJAPAHIT

Sejenak kita tinggalkan Karna yang tengah menikmati indahnya paras ayu dara desa Dahayu, untuk melesat jauh ke Timur mengikuti aliran sungai terpanjang di Jawa Dwipa, Bengawan, hingga ke hilirnya, lalu melompat jauh ke selatan ke sisi pulau di wilayah Balitar (sekarang Blitar ) yang merupakan bekas wilayah kraton Lodhaya, ratusan tahun sebelum Majapahit berdiri. Terjulang tinggi gunung Kampud ( sekarang Kelud) di Balitar yang berjuluk Bhumi Laya Ika Tantra Adi Raja ( Tanah persemayaman/makam Raja-raja Agung ). Pada masa itu, bhumi Lodhaya tersohor sebagai tempat persembunyian para Bromocorah ( residivis, para penjahat yang melarikan diri dari penjara dan melakukan aksi jahatnya lagi), sehingga dapat ditebak, daerah ini sangat berbahaya. Segala tipe pemikiran dan tindakan jahat lengkap di Lhodaya. Ditambah, banyak di antara para Bromocorah adalah penganut Tantrayana (supranatural, magis . Meski Tantrayana bukan aliran terlarang, mengingat sejak jaman Nuswantara Kuno hingga Majapahit, Negara memegang konsep Bhineka Tunggal Ika yang tidak mencampuri urusan keyakinan pribadi perorangan, namun aliran Tantrayana yang sesungguhnya bertujuan melepaskan diri dari napsu duniawi menggunakan ritual yang tidak lazim. Mereka harus melalui jalan napsu untuk mampu melampauinya. Perumpamaannya, jika seseorang ingin menyeberangi ujung jalan, maka ia harus terlebih dulu berjalan di atas jalan itu. Sebagaimana napsu, jika seseorang ingin melampaui untuk meninggalkannya, maka ia harus berani menjalankan dorongan napsu sampai batas tertinggi. Demikianlah bila seseorang ingin mengalahkan Leak yang bersemayam di dalam diri pribadi, ia harus menjalani laku sebagai Leak terlebih dulu. Namun, namanya juga manusia. Ada yang mampu melakukan perjalanan sampai tutug ( paripurna, sempurna, sampai tujuan) hingga menjadi pribadi yang lepas dari angkara dan keinginan, setingkat Reshi, namun kebanyakan gagal. Belum sampai tujuan akhir sudah terlena oleh godaan nikmat napsu sehingga hanya berhenti sebagai pemuja kesenangan. Yang berbahaya, dalam proses ritual Tantrayana, ada energi penggerak semesta yang sangat dahsyat bersifat liar yang menyusup dalam diri pelakunya, sehingga pelaku Tantrayana yang belum paripurna bisa terdorong untuk menggunakan energi sakti itu dengan tujuan jahat. Karena itu, mereka sering disebut sebagai penganut Ilmu Hitam, semacam santet, teluh, dan pembunuhan-pembunuhan misterius secara supranatural.

Pemerintah Majapahit memang tidak berwenang melarang Tantrayana sebagai aliran kepercayaan pribadi, namun Negara memiliki Undang-undang yang melarang dampak-dampak penggunaan Ilmu Hitam seperti; pelaku santet yang terbukti diancam hukuman mati. Pembuktiannya sangat sulit sehingga Negara memiliki aparatur khusus, ahli-ahli ilmu kesaktian untuk mendeteksi sebuah kematian berasal dari santet atau tidak. Meski demikian, praktek di lapangan bisa bias. Banyak terjadi kasus, pelaku santet kesaktiannya jauh lebih tinggi daripada ahli yang ditunjuk Negara, sehingga banyak yang lolos dari deteksi. Sedang mengenai ritual Tantrayana yang berkesan sangat mengerikan, boleh dilakukan dengan catatan sangat rahasia, diam-diam, tanpa mengundang orang luar selain kelompoknya, dan tanpa penerangan obor sedikitpun. Para penghayat aliran Tantrayana biasa melakukan ritual di kuburan keramat. Menari-nari spontan sampai kesurupan, mandi darah yang berasal dari mayat-mayat yang dibangkitkan untuk dibunuh lagi, minum minuman keras sampai batas mabuk tertinggi, persetubuhan liar hingga tidak bisa lagi menikmati syahdunya, dan segala kesenangan dilakukan sampai titik batas kewajaran hingga rasa senang itu hilang dengan sendirinya. Apabila orang awam dan golongan 'Putih' mengintipnya, mereka tidak akan mampu melihat sampai akhir karena kengeriannya. Namun, itulah hidup. Ingin memakai cara 'putih' dengan menghindari atau mengendalikan napsu, atau cara 'hitam' dengan memgumbar untuk melampauinya adalah kehendak bebas yang tidak bisa diganggu gugat.

Mahapatih Gajahmada sebagai seorang pendekar, prajurit, negarawan, rohaniawan, pemikir jenius, sekaligus organisator yang berpikiran sangat terstruktur dan logis sangat memahami keterbatasan wewenang Negara yang tidak boleh melarang aliran kepercayaan apapun, namun sekaligus harus menjamin keamanan dan tatanan masyarakat dari ekses praktek kejahatan ilmu hitam. Tidak mungkin bagi seorang negarawan berpikir untuk membantai habis rakyatnya sendiri hanya karena berbeda pandangan dan cara hidup, selama mereka masih mencintai dan bersedia berbakti pada Negara dan tidak menggangu keamanan warga lain. Mereka bagian masyarakat nyata yang memiliki hak juga untuk dilindungi keyakinannya oleh Negara. Apalagi kebanyakan mereka memiliki kesaktian, yang meski berwarna gelap dan nggegirisi ( mengerikan), namun warna maupun bentuk apapun memang elemen kehidupan yang tidak bisa diingkari. Seperti pisau. Tajam dan berbahaya bila tidak digunakan dengan benar, namun sangat berguna bila dikendalikan gagangnya untuk mengiris daging di dapur.

Demikian juga para penganut aliran Tantrayana, mereka hanya perlu dikendalikan untuk dapat digunakan demi tujuan yang lebih besar demi kebaikan, misalnya untuk direkrut sebagai prajurit khusus yang sedang sangat dibutuhkan Negara dalam upaya mempersatukan Nusantara. Meski pendekatan yang diutamakan untuk menyatukan Nusantara adalah diplomasi dan kesadaran untuk bersatu, namun kemungkinan untuk perang selalu terbuka mengingat tidak semua kerajaan memiliki satu pandangan yang sama tentang Nuswantara Kuno yang sudah hancur puluhan ribu tahun yang lalu.

Untuk masalah perang di laut, Majapahit tidak merasa kesulitan dengan angkatan lautnya yang terbagi menjadi tiga divisi, yaitu; Jala Yudha, Jala Pati dan Jala Rananggana yang memiliki kemampuan khusus seperti; melakukan formasi pengepungan skala besar dengan Jung ( kapal raksasa ), perusakan kapal lawan dengan kapal medium yang dilengkapi cetbang ( semacam meriam bermesiu khas Majapahit yang dapat melontarkan bola besi ), dan penyerangan secara frontal oleh prajurit yang merebut kapal lawan dengan menyerbu masuk dibantu perahu-perahu pemanah kecil yang bergerak cepat dalam jumlah ribuan. Namun, di sela-sela banyaknya prajurit angkatan laut, terselip pasukan elit Bhayangkara ( untuk sekarang secara kurang tepat sering diterjemahkan sebagai angkatan kepolisian, padahal tidak sesempit itu tugas prajurit Bhayangkara. Prajurit Bhayangkara adalah pasukan elit yang dibekali dengan kemampuan super. Mereka menguasai strategi perang laut sekaligus darat, kemampuan tempur massal sekaligus perkelahian perseorangan maupun penyusupan, dan harus memiliki kemampuan diplomatis untuk mengambil hati dan mengayomi masyarakat yang ditaklukkan sekaligus menjamin keamanan wilayah. Fungsi terakhir ini yang kemudian diadopsi oleh kepolisian ). Untuk kekuatan angkatan laut, Mahapatih Gajahmada mempercayakan kepemimpinannya kepada Laksamana Mpu Nala, yang nanti akan diceritakan secara lebih detil pada episode-episode di belakang. Namun, untuk pengorganisasian prajurit Bhayangkara, Gajahmada memilih memimpin sendiri karena menyangkut stabilitas Negara. Demi mengembangkan kekuatan Bhayangkara ini, Gajahmada siang malam berpikir keras membentuk sebuah pasukan super elit dengan kemampuan sangat khusus dan personal dengan anggota yang sangat sedikit dan sangat-sangat rahasia. Hanya Gajahmada pribadi dan segelintir orang tak lebih dari hitungan jari yang tahu identitas lengkap pasukan super elit ini.

Spesifikasi pasukan super elit ini tidak dimiliki oleh prajurit lain. Ia harus seseorang yang kemampuannya tidak dimiliki oleh ribuan orang. Memiliki cukup pengetahuan sastra, kerohanian, agama, sejarah, kesaktian, atau kemampuan khusus lain secara pribadi. Khusus untuk yang berkemampuan silat kanuragan, mereka harus siap sendirian menghadapi paling sedikit 100 orang. Mengenai caranya tidak dipermasalahkan. Boleh dengan bertempur secara terbuka maupun dengan diam-diam melumpuhkan satu per satu. Syarat mutlaknya, sampai mati mampu menahan siksaan tanpa membocorkan rahasia Negara, baik identitas maupun misinya. Lebih disukai yang belum berkeluarga agar tidak terjadi konflik pribadi saat harus ditugaskan di tempat lain. Dan satu lagi, anggota pasukan super elit itu tidak boleh menanyakan maksud dari tugas yang diembannya. Bila perlu disuruh membunuh, harus membunuh, tidak diperkenankan mencari tahu apa kesalahan orang yang harus dibunuhnya. Apabila sebuah tugas berhasil dilaksanakan, ia tidak boleh mengklaim itu sebagai sebagai prestasi pribadi. Menceritakan jasanya adalah tabu terbesar. Sebaliknya bila tugasnya gagal dilaksanakan, ia harus bertanggungjawab sampai bila situasi menuntutnya harus mati tanpa diketahui identitasnya. Pendek kata, seluruh hidupnya harus dipersembahkan secara total tanpa sisa untuk kepentingan Negara, sedang kepentingan pribadi dianggap tidak ada. Sungguh rentetan syarat yang tidak mudah dipenuhi oleh seseorang. Bahkan satu dibanding sepuluh ribu pun belum tentu ada. Gajahmada menyadari hal itu. Maka hanya ada dua kemungkinan personel pasukan super elit yang akan dibentuknya; yaitu orang-orang ' gila'. Baik orang yang gila karena napsu, maupun orang yang gila karena 'sadar' dan 'waras' sehingga sudah mampu menaklukkan napsu pribadi. Demi melihat kondisi penghuni bekas wilayah kraton Lodhaya yang penuh dengan para Bromocorah yang sangat ganas, Gajahmada berencana mengendalikan daya ilmu hitam yang ada untuk kepentingan Negara daripada mereka menggunakan kekuatannya untuk membuat onar di tengah masyarakat. Ia berharap dapat menemukan satu dua orang 'gila' calon anggota pasukan super elitnya dari kalangan golongan supranatural hitam. Sementara orang 'gila' golongan putih yang berangkat dari agama dan spiritual akan ia seleksi sembari menunggu orang yang tepat.

Gajahmada memutuskan menemui secara pribadi seseorang yang dianggapnya menguasai seluk beluk ilmu hitam sampai ke tingkat paripurna. Beliau dikenal dengan nama Mpu Kuricak ( Kuricak \= sejenis binatang penghuni Neraka). Nama aslinya tidak ada yang tahu. Pemilihan nama panggilan yang bermakna sangat hina itu justru menunjukkan bahwa beliau sudah melampaui semua pencitraan, termasuk membuang penghargaan pada diri sendiri. Penampilan Mpu Kuricak juga awut-awutan terkesan tidak waras. Rambutnya gimbal, penuh kotoran dan tidak tertata. Giginya runcing seperti taring. Agaknya gigi-gigi itu terlalu sering dipergunakan untuk menyobek-nyobek daging mentah celeng kesukaannya. Warnanya hitam tembaga karena kegemarannya mengunyah kinang ( campuran tembakau, sirih dan belerang ). Matanya jelalatan seperti Buta ( Raksasa jahat ). Bila berbicara serba apa adanya tanpa basa-basi, sehingga orang menilai beliau tidak memiliki tata krama. Namun inilah Mpu Kuricak, pribadi bentuk 'lain' yang sudah lepas dari kemayaan hidup, tanpa kepalsuan, tak peduli anggapan orang tentang dirinya. Padahal, sejatinya beliau seorang Mpu yang tercerahkan, setelah pada masa mudanya menguasai rahasia ilmu Calon Arang, sang ratu dari semua pendekar penganut ilmu hitam, yang dalam sejarah ratusan tahun lampau disempurnakan kematiannya oleh Mpu Bharada, mahaguru prabu Airlangga.

Pertapaan Mpu Kuricak terletak di sebuah goa karang yang menjorok memanjang di wilayah pantai Lhodaya. Perlu perjuangan keras untuk mencapai mulut gua. Harus dengan berenang atau mengambangkan diri membiarkan ombak datang menerjang. Karena perairannya dangkal dan tidak rata, tidak mungkin dilewati perahu. Perjuangan belum usai begitu mencapai mulut goa, seorang tamu harus menunggu ombak menyurut kembali ke laut lepas, karena dalam kondisi normal, mulut goa tertutup air. Atau bila orang memiliki kemampuan menyelam sambil menahan nafas, ia bisa menembus air yang masuk ke dalam goa membentuk seperti aliran sungai sementara yang selalu bergolak dan berubah-ubah kedalamannya sepanjang kira-kira 50 depa ke dalam perut goa. Sampai di ujung buangan air laut, barulah ditemukan lantai goa yang kering. Perut goa yang digunakan oleh Mpu Kuricak bersemadhi dan yoga berbentuk lantai batu datar seperti peraduan marmer halus. Di langit-langit goa terdapat sekitar 9 lobang sebesar buah kelapa. 9 lobang itulah yang berfungsi sebagai ventilasi sekaligus jendela untuk melongok langit. Tidak ada satu peneranganpun di bila malam datang, kecuali cahaya redup rembulan yang menyusup sangat lemah. Keadaan gelap gulita ditambah gemuruh dentuman ombak tak henti-henti menghantam dinding luar goa membuat siapapun yang bernyali pas-pasan bisa mati berdiri ketakutan bila harus tinggal sendirian di sana. Namun, Mpu Kuricak telah bertapa di goa itu selama 12 tahun dan tidak pernah keluar. Untuk keperluan makan dan minum, sepekan sekali penduduk sekitar mengirimkan buah-buahan, air tawar, kinang, dan tidak lupa daging celeng mentah kegemarannya. Sebagai balasannya, warga sepanjang pantai Lhodaya percaya Mpu Kuricak mampu mengendalikan cuaca dan menahan badai agar tidak datang menerjang pesisir.

Di tempat terasing yang sangat tidak lumrah itulah Mahapatih Gajahmada datang sendirian di tengah malam. Tidak satupun manusia yang menjadi saksi pertemuan itu. Tanpa undangan, tanpa pemberitahuan sebelumnya, Gajahmada sudah duduk bersila di hadapan sang Mpu yang sedang menyatu dengan semesta dalam samadhi.

Gajahmada adalah seorang satria yang sangat memahami tata krama. Meski banyak orang secara salah paham memandang Mpu Kuricak sebagai penganut ilmu hitam yang tidak layak digolongkan berkasta Brahmana, namun Gajahmada mempercayai Mpu Kuricak sesungguhnya adalah orang yang telah tercerahkan sehingga penggolongan hitam atau putih tidak berlaku lagi. Sebagai seorang Ksatria, setinggi apapun jabatannya sebagai Mahapatih, tidak diperkenankan membangun Brahmana yang sedang semadi. Entah kebetulan atau sengaja menguji kesabaran, niat, maupun kerendahan hati Gajahmada yang memiliki jabatan tertinggi dalam pemerintahan Majapahit, Mpu Kuricak terus tenggelam dalam semadi selama 3 hari 3 malam. Dan selama itu pula Gajahmada tidak beringsut dari silanya, tidak makan, tidak minum, bahkan tak berani membuka mulutnya.

Hingga pada hari ketiga, terdengar suara dari bibir Mpu Kuricak yang tanpa salam atau basa-basi apapun, " Untuk apa kau datang ke sini, Mahapatih Gajahmada?"

Gajahmada segera membuktikan kewaskitaan Mpu Kuricak. Semua orang tahu, sudah 12 tahun Mpu Kuricak tidak keluar dari goa, tidak pernah berkomunikasi dengan siapapun, tentu tidak mengikuti perkembangan pergantian kekuasaan di Majapahit, bagaimana bisa langsung tahu bahwa ia adalah Mahapatih yang baru dan menyebut namanya dengan tepat pula.

" Rahayu, Bapa Mpu. Kedatangan hamba kemari di samping untuk menghaturkan bhakti juga membawa salam dan permohonan restu dari Gusti Ratu Tribuana...."

" Cukup ! Tidak perlu basa-basi!' Potong Mpu Kuricak, " Aku tanya, untuk apa kau datang ke sini, Mahapatih?"

Gajahmada tercekat. Benar-benar orang aneh yang dia hadapi kali ini. Ia menarik nafas halus sebelum berkata lagi, " Bhumi Majapahit membutuhkan Anda, Bapa Mpu..."

" Salah ! " Mpu Kuricak memotong lagi, "Kata-kata yang salah pasti didorong oleh niat yang salah pula. Jadi apa sebenarnya niatmu datang ke sini, Gajahmada?"

" Gila ! Apa maksud Mpu Kuricak dengan teka-teki kata-kata ini?" Batin Gajahmada berpikir keras. Andai itu bukan Mpu Kuricak, tentu sudah menggigil ketakutan menghadapi orang sebesar Gajahmada dengan jabatannya yang sangat tinggi. Tapi di hadapan Mpu Kuricak, Gajahmada diperlakukan seperti bocah di hadapan seorang guru. Harus dijawab dengan kata-kata apa pertanyaan Mpu Kuricak yang seperti orang kurang waras ini?

Gajahmada tidak berani lagi gegabah mengeluarkan kalimat, sementara Mpu Kuricak tiba-tiba menguap dan berkata, " Aku ngantuk, mau tidur. Nanti kalau kau sudah tahu niatmu yang sebenarnya, bangunkan aku dan katakan. Ingat, langsung bangunkan aku bila kau sudah menemukan niatmu !"

" Baik, Bapa," sahut Gajahmada.

Tak berapa lama kemudian, Mpu Kuricak sudah mendengkur tak peduli di bawahnya sedang duduk bersila Gajahmada, seorang pemegang jalannya pemerintahan tertinggi dari kerajaan besar Wilwatikta, sedang dibuat pusing mencari jawaban atas pertanyaan nylenehnya.

Sementara, Gajahmada memutar-mutar pemikirannya dengan deretan pertanyaan, "Apa niatku? Apakah niat itu? Sebenarnya dari mana asal muasal niat? Dari pikirankah? Kalau dari pikiran, atas dorongan apa pikiran bergerak? Dorongan untuk meraih keuntungan? Kemenangan? Atau menghindari dari kekalahan? Lalu mengapa harus takut kalah jika niatnya untuk kebaikan? Bukankah kebaikan tidak mengenal kalah, melainkan benar atau salah? Jadi niat seharusnya tidak berasal dari pikiran yang menimbang segala sesuatu dalam ukuran menang kalah, untung rugi. Artinya niat baik tidak seharusnya berasal dari pertimbangan dari dalam, tetapi dorongan dari luar setelah melihat keadaan dunia luas. Tapi mengapa tadi saat aku berkata Bhumi Majapahit membutuhkanmu, aku disalahkan? Salahnya di mana? Negara memang membutuhkan dharma bhakti Mpu Kuricak untuk menciptakan kondisi yang lebih baik. Salahnya dimana?"

" Bhumi membutuhkanmu?" Gajahmada tanpa sadar menggumam berulang-ulang untuk mencari ketidaktepatan kalimat itu. Berulang-ulang hingga teresap di dada, dirasakan... diendapkan.... dihayati...hingga tiba-tiba ia tersentak oleh makna yang janggal dari kalimat itu !

" Bapa Mpu ! Bapa membutuhkan Bhumi Majapahit !" Setengah berteriak ia bangunkan Mpu Kuricak dari tidurnya.

" Hahaha....hahaha...!" Mpu Kuricak tertawa bergelak hingga bahunya terguncang, " Keparat ! Kau memang Mahapatih yang sangat cerdas, Gajahmada ! Benar, Bhumi tidak membutuhkan siapapun. Kalau aku atau kamu mati hari ini, apa ruginya bagi Bhumi? Bhumi tetap menghamparkan kehidupan seperti hari kemarin. Matahari tetap terbit dari Timur tepat waktu tak bergeser sedikitpun. Tapi kalau Bhumi tiada, kau dan aku mau hidup di mana? Kita yang membutuhkan Bhumi, bukan sebaliknya."

Gajahmada tersenyum senang merasa harapannya akan dikabulkan Mpu Kuricak. Buru-buru ia menghatur sikap sembah dan berkata, " Jadi begini, Bapa. Banyak Bromocorah yang...."

" Sudah !" Mpu Kuricak memotong lagi kalimat Gajahmada, " Esok pagi aku sudah ada di gunung Kampud untuk mengendalikan daya-daya yang di sana sambil mempersiapkan seorang pemuda calon Telik Sandi andalan. Sebenarnya aku akan membawakan 2 orang. Ditambah 1 orang pendamping dengan kemampuan khusus. Jadi akan ada 3 orang. Seorang muridku sendiri, dan seorang lagi dari golongan putih yang suci jiwanya, sedang seorang pendamping akan membantu dalam situasi khusus. Sekarang kau pulang ke Istana, ratumu sudah gelisah menunggumu."

Kembali Gajahmada dibuat terkagum-kagum atas ketajaman mata batin Mpu Kuricak dalam membaca pikirannya. Apalagi mendengar kesanggupan Mpu Kuricak yang akan membawa 2 pemuda plus 1 pendamping berlainan aliran, hati Gajahmada senang bukan main. Golongan hitam dan putih akan bersatu demi persatuan Nusantara. Gajahmada kemudian menghaturkan sembah untuk mohon diri.

Sehari setelah pertemuan Mpu Kuricak dan Gajahmada, lereng gunung Kampud mendadak gempar oleh kehadiran seorang pengemis tua yang menjijikkan. Ia tidur tengkurap tepat di tengah perempatan jalan utama, tempat orang dan pedati berlalu lalang. Diteriaki berkali-kali, tak bangun juga. Mungkin telinganya tuli. Sedang untuk menyentuhnya, orang-orang desa merasa jijik. Tubuhnya bau busuk penuh kotoran ayam sehingga mengundang ratusan ekor lalat berkerumun. Beberapa orang mencoba membangunkan dengan cara ditusuk-tusuk dengan tongkat. Namun pengemis itu tak bereaksi juga. Beberapa mulai curiga jangan-jangan pengemis tua itu sudah mati.

" Balikkan badannya, Darmo. Periksa dadanya masih ada nafas tidak?" Seru seseorang.

" Gila kau, Dogol! Periksa saja sendiri. Baunya busuk banget. Tidak tahan aku dekat-dekat, " Darmo menolak.

" Ya, sudah. Kita guyur saja kepalanya dengan air. Kalau dia tidak bangun berarti sudah mati !"

1
Bambang Sukamto
cerita yang menarik
Leori Id
mau pingsan izin dulu /Smirk/
Dar Darminadi
ayoooooooo terusannya
Lilik Muliyadi
hadir
Lilik Muliyadi
savitrinya mirip Dian Nitami hahaa
Lilik Muliyadi
aku msh menyimak
Lilik Muliyadi
lumayan
alurnya TDK terfokus pada satu pemeran
author mencoba gaya novelis zaman ko ping ho
Windy Veriyanti
ayo dong, Author...dilanjutkan ceritanya...✊
Windy Veriyanti
sisipan cerita wayang yang menambah wawasan 👍
matur nuwun 🙏
Windy Veriyanti
ambisi dan niat buruk 😤
Windy Veriyanti
Pasukan khusus Bhumi Majapahit sangat kuat dan hebat ✊✊✊
Windy Veriyanti
Bhumi Majapahit sangat maju pada jamannya 👍
Windy Veriyanti
hebat kapal raksasa jawa jung 👍👏
Windy Veriyanti
indah sekali Kotaraja Majapahit 👍👍👍
Windy Veriyanti
Jaka Julig...Sang Murli Katong
Windy Veriyanti
Puja Jagad Dewa Bathara...
berkah untuk Jaka Julig
Windy Veriyanti
ternyata...ohh ternyata...
Windy Veriyanti
hahh...😰
sungguh sukses mampu mencampuradukkan perasaan 😆
Windy Veriyanti
bikin tegang membacanya 😓
Windy Veriyanti
adegan ini jika divisualisasikan pasti sangan bagus..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!