Jebakan dari seseorang yang tidak dikenal, membuat Starla terjebak malam panas dengan seorang pria asing. Starla pikir semuanya hanya sekedar hubungan one night stand saja. Sebaliknya, masalah ini malah berbuntut panjang ketika Starla mengetahui dirinya hamil. Dan Starla juga dibenci tunangannya karena hal ini, dia kehilangan pria yang dicintainya.
Lantas, Starla lalu mencari ayah dari bayinya untuk menuntut pertanggungjawaban. Namun, niatnya urung saat mengetahui siapa ayah dari bayinya. Seorang pria berusia 18 tahun, Arsaka Delando yang sudah memiliki kekasih, dia juga adalah salah satu siswa di sekolah tempatnya melakukan PPL.
Akankah Starla memberitahu kehamilannya pada Saka? Apakah Saka akan bertanggungjawab saat tau Starla mengandung bayinya? Ataukah dia memilih fokus pada masa remajanya yang masih senang-senangnya bermain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma Kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Bu ayang
****
Mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Bisma, membuat Vita sedikit terkejut. Ya, hanya sedikit. Sebab dia adalah wanita yang bisa mempertahankan raut wajahnya setenang mungkin. Bahkan ketika menjebak Starla di club' malam Bogor pun, tidak ada yang mencurigainya.
"Vita, jawab? Apa kamu suka sama aku?" tanya Bisma dengan tatapan yang begitu retoris kepada Vita.
"Suka seperti apa kak?"
"Seperti..."
Tring..
Tring...
Suara dering ponsel membuat Bisma menghela nafas dan menghentikan percakapannya dengan Vita. "Vit, mending kamu pulang dan bawa makanan ini. Aku nggak bisa makan siang sama kamu lagi."
"Yah...padahal aku pengen makan siang bareng kakak. Sekalian aku mau cerita tentang Starla," wanita ini pintar sekali membuat alasan supaya orang lain tidak menolaknya. Ya, dia memakai Starla sebagai tamengnya.
'Bener aja, gue harus pake alesan Starla biar kak Bisma lirik gue. Bener tebakan gue, kak Bisma masih cinta sama Starla. Padahal gue udah buat reputasinya hancur di mata dia. Apa perlu gue share ke publik juga, biar kak Bisma membuka matanya? Bahwa gue yang lebih pantas sama dia' batin Vita saat ia melihat reaksi Bisma jika membahas soal Starla. Pria itu langsung tertarik.
"Oh...ya udah kalau gitu kamu tunggu dulu disana. Aku terima telpon dulu!" ucap Bisma yang membuat Vita tersenyum lebar. Kemudian gadis itu pun duduk di sofa yang ada di ruangan Bisma dan menunggunya selesai menelpon.
****
Setelah bicara dengan Saka, hati Starla menjadi kacau. Dia tidak tahu kalau Saka begitu kekanakan dan menyebalkan. Tapi sialnya, pria itu adalah ayah dari janin yang saat ini dikandungnya.
Tentang bayi ini? Dia harus bagaimana? Sebenarnya Starla juga tidak menginginkan bayi ini. Kini Starla dan Gina berada di cafe yang tak jauh dari sekolah elit tempat mereka magang itu.
"Jir! Sumpah itu anak, gue sumpahin dia jadi batu kayak Malin Kundang! Berani banget dia songong sama Lo, dia udah gila kali ya? Bayi ini kan dia yang buat, dia bapaknya...tapi dia..." Gina terus mengoceh, ia benar-benar kesal pada Saka yang mau lepas tanggung jawab setelah enaknya merenggut kesucian Starla.
"Gin! Stop! Nanti kalau ada yang denger gimana?" bisik Starla memperingati temannya itu.
"Oh ya, maafin gue Star. Habisnya gue kesel. Dan gue bingung kemana gue harus melampiaskan rasa kesal gue, karena Lo ngelarang gue buat ngomong sama ABG labil itu." beo Gina yang merasa kasihan pada temannya dan kesal pada Saka.
"Dia emang bocah. Dia juga mana mau kali nikah sama gue. Masa depannya masih panjang. Kalau ketahuan nikah, dia bisa dikeluarin dari sekolah. Gue paham kenapa dia kayak gitu. Dan--gue juga nggak mau nikah sama cowok kayak dia." cerocos Starla kesal. Apalagi dibagian dimana Saka mengatainya murahan.
"Terus gimana Star? Gimana sama bayi Lo? Lo mau gugurin bayi Lo?" tanya Gina pada sahabatnya itu dengan tatapan sendu.
"Percaya deh Gin, tadinya gue mikir gitu. Tapi gue nggak bisa, gue nggak sampe hati harus ngebunuh nyawa yang ada di dalam rahim gue. Langkah pertama, gue bakalan ngomong sama bokap gue tentang hal ini. Ya, gue bakal ngomong sama dia, kalau bokap gue udah pulang berlayar nanti. Terus, gue bakal besarin anak ini sendirian." Begitulah rencana Starla tentang bagaimana ia akan memberitahu papanya tentang ini nanti.
"Star..." Gina menatap Starla dengan tatapan mata berkaca-kaca. Dia tau sahabatnya itu mandiri dan terkesan selalu memendam semuanya sendiri. Makanya dia seperti ini sekarang. Gina merasa kasihan pada Starla.
"Dan lo jangan ngomong apa-apa sama Vita dulu, tentang ini. Dia lagi sibuk sama urusan keluarganya." ucap Starla memperingati Gina untuk tidak bicara soal masalahnya dulu pada Vita.
Gina tidak bisa berkomentar apa-apa lagi, selain mendukung keputusan Starla. Dia siap membantu, apabila Starla membutuhkan pertolongannya.
****
3 hari telah berlalu, sejak Starla mengajar magang mata pelajaran matematika di kelas XII IPS 1. Dia sebenarnya tidak nyaman karena ada Saka disana. Tapi dia berusaha untuk tidak bicara dengan Saka kecuali diperlukan.
"Hey! Kamu yang disana?" tunjuk Starla seraya menatap ke arah Saka yang rupanya tidak fokus dikelas dan malah mengobrol dengan Malvin.
"Kakak manggil saya?" tanya Saka seraya menunjuk pada dirinya sendiri.
"Ya, kamu. Kerjakan soal nomor 1, didepan. Daripada ngobrol gak jelas disini." ketus Starla pada Saka. Pria itu membalas Starla dengan tatapan sengit dan Starla memanyunkan bibirnya karena sebal dengan Saka.
"Bu ayang, saya juga mau dihukum dong! Kan, Saka ngobrol nggak jelasnya sama saya." celetuk Malvin dengan senyuman konyolnya.
"Ya, sama kamu juga. Kamu kerjakan soal nomor dua!" titah Starla pada Malvin. Teman dekat Saka ini selalu memanggil Starla dengan sebutan Bu ayang, dia suka menggoda Starla.Tapi Starla juteknya minta ampun pada pria macam begini.
"Oke Bu ayang, muah!" lihat saja si Malvin tebar pesona, dan Starla hanya berdecak kesal melihatnya. Namun Starla akui, Malvin dan Fero yang berbeda sikap dengan Saka ini. Cukup menghiburnya dan suka membuat kehebohan di kelas.
Semua siswa-siswi di kelas itu menyoraki Malvin yang selalu menggoda Starla. Fero juga ikut ikutan membuat ulah agar dihukum Starla. Ada-ada saja.
Ketika Saka berada didepan papan tulis bersama Malvin, keduanya sama-sama tertegun melihat soal yang ada di papan tulis. Mereka berdua lemah dalam pelajaran matematika.
"Ayo, kenapa lama banget?" tanya Starla kepada Saka dan Malvin yang belum juga menyelesaikan soalnya dan malah terdiam.
"Hehe," Malvin malah nyengir ketika ditanya seperti itu oleh Starla.
Tak lama kemudian, bel istirahat berbunyi dan menyelamatkan mereka berdua dari soal matematika. Starla pun mengakhiri mengajarnya pada hari ini. Gadis itu keluar dari kelas, dia mendapatkan sapaan dari beberapa siswa yang tertarik padanya.
"Cih! Tuh kan, apa gue bilang. Dia emang cewek murahan. Ramah ke semua cowok, nggak kayak Elsa." gumam Saka saat melihat Starla berinteraksi dengan siswa lainnya.
Ketika Starla berjalan menuju ke kelas XII IPS 2 untuk menemui Gina. Tiba-tiba saja sebuah bola mengarah padanya dengan cukup kencang.
BUGH!
"Akhh!"
Bola itu mengarah tepat di perut Starla, sontak saja Starla jatuh terduduk sambil memegang perutnya. 'Bayiku, ya Tuhan...apa dia baik-baik saja? Sakit'
"Kak! Maaf, saya nggak sengaja!" seru seorang anak basket yang melempar bole ke arah Starla secara tak sengaja. Dia melihat Starla meringis kesakitan.
"Lo punya mata nggak sih? Lempar bola sejauh itu?" tanpa disangka-sangka, seorang Saka memarahi siswa itu dan sekarang dia berada di belakang Starla.
...****...
saka pun wajar labil di usianya krn rasa iba.
berharap tetap bersama...
Sampai" saya senyum" sendiri saat baca bagian Saka dan Starla😂🤭
Apa lagi bagian Gina sama om Adrian🤣🤭🤭