Last Punishment : DEATH

Setelah diberi obat-obatan dan juga vitamin, Rasika pun keluar untuk segera pulang. Baru saja beberapa langkah dari klinik tersebut, tiba-tiba dia di hadang oleh Shanskar dan kawannya. Rasika yang terkejut langsung berbalik dan melarikan diri. Shanskar dan kawannya langsung mengejar Rasika yang melarikan diri ke arah gang sempit. Setelah cukup jauh melarikan diri, sialnya Rasika harus menemukan jalan buntu. Dia yang bingung harus lari kemana lagi, tiba-tiba di tarik oleh seseorang ke sebuah tempat sepi.

"SIAL. CARI DIA SAMPAI KETEMU. AKAN KU PATAHKAN RAHANGNYA JIKA AKU MENEMUKAN YA, " ketus Shanskar. Mereka pun berpencar mencari persembunyian Rasika. Sementara itu Rasika di tolong oleh seseorang wanita yang terlihat lebih muda darinya.

"Aku sudah melihatnya sejak tadi. Sejak kau muncul, pria-pria itu mulai mengikuti mu sampai kau masuk ke klinik, " ucap wanita itu. Rasika yang bersembunyi di belakang wanita itu hanya diam karena ketakutan.

"Sudahlah. Jangan takut, ayo ikut aku!" wanita itu mengajak Rasika pergi secara diam-diam melalui jalan pintas lain. Sialnya mereka justru ketahuan oleh rekan Shanskar.

"MEREKA DI SINI!" teriak rekan Shanskar.

"Sialan. *RUN DIDI* (kakak)." Mereka berdua pun berlari sekencang mungkin agar terhindar dari kejaran Shanskar dan kawan-kawannya. Wanita itu juga menjatuhkan beberapa benda-benda di sekitar mereka untuk memperlambat Shanskar dan teman-temannya. Sampai akhirnya mereka berhasil keluar dari gang sepi ke jalan raya. Mereka juga langsung menghentikan sebuah Bajaj yang melintas dan menaikinya. Saat naik, mereka justru tertawa. Mereka tertawa karena akhirnya mereka bisa lolos dari kejaran para pria itu.

"Siapa nama mu?"

"Nainaa Kumar, "

"Aku Rasika. Terima kasih sudah menyelamatkan ku, "

"Tapi kenapa kau pergi sendiri. Biasanya kau bersama suami mu?"

"Bagaimana kau tau aku sudah bersuami?"

"Nainaa Kumar siswi semester 4 di kampus mu. Aku sering melihat mu bersama suami mu itu, inspektur.... euhm"

"Abimanyu Kanwar, "

"Iya itu namanya, "

"Nanti saat di rumah jika suami mu bertanya siapa yang menolong mu. Katakan saja yang menolong mu adalah Nainaa Kumar, putri Pandit Kumar, "

"Hahaha, baiklah." Tak berselang lama, mereka pun tiba di rumah Rasika. Rasika mengajak Nainaa untuk mampir, tapi Nainaa menolaknya dikarenakan hari sudah sangat petang.

...\*...

Saat masuk, Rasika terkejut melihat mobil Abimanyu sudah terparkir di halaman rumah. Di tambah ia juga terkejut saat melihat seluruh anggota keluarga berkumpul di ruang tamu dengan wajah resah. Dan ada juga Gaurav yang ternyata ikut bersama Abimanyu.

"Rasika?" ucap Chetna yang langsung mendekati Rasika.

"Kau dari mana saja nak? Kenapa baru pulang jam segini?"

"Aku keluar sebentar karena ada yang mau aku beli bu, "

"Kenapa tidak mengabari kami dulu?"

"Maaf bu. Aku pikir aku akan pulang cepat tadi, "

"Sudahlah. Beruntung kamu tidak kenapa-kenapa di jalan nak, "

"Bu, Abi?"

"Abi baru saja tiba, setelah kami mengabari kau belum pulang. Naiklah ke atas, Abi-" tiba-tiba mata Rasika tertuju pada Abi yang berdiri di atas anak tangga dengan wajah khawatir bercampur marah. Rasika perlahan mendekati Abi untuk memberi penjelasan.

"Abi aku minta maaf, aku-"

"Kenapa kau tidak menjawab telfon ku?" mendengar itu Rasika langsung mengecek ponselnya. Sialnya ponselnya terjatuh saat dia berusaha melarikan diri dari kejaran Shanskar. "Ya Tuhan. Ponsel ku dimana?" ucap Rasika panik sambil membuka tas dan mengacak-acaknya. "Ada apa Rasi?" Tanya Abimanyu yang ikut bingung.

"Ponsel ku hilang, "

"Kau kemana tadi?"

"A-aku ke klinik, "

"Kau bilang padaku ada yang mau kau beli di luar. Untuk apa ke klinik?" Rasika mulai bingung karena mendapatkan pertanyaan yang membuatnya sulit untuk menjawab. Mau tidak mau Rasika pun menceritakan semuanya. Dia menceritakan bahwa anak Chaturvedi yaitu Shanskar mengikutinya dan mengancam akan membunuhnya. Mendengar itu semuanya shock, terutama Abimanyu yang langsung memeluk Rasika. Gaurav yang mendengarnya merasa kesal, tangannya mengepal kuat.

"Apa kau terluka nak?" Tanya Thapar.

"Tidak ayah. Beruntung ada Nainaa menolong ku, "

"Nainaa?"

"Iya. Putrinya Pak Pandit Kumar, " mendengar itu, Abimanyu merasa lega karena istrinya baik-baik saja.

"Oh ya. Satu lagi.. Aku klinik untuk melakukan pemeriksaan, " ucap Rasika sambil mencari surat tes kehamilannya. Surat itu lalu di berikan ke Abimanyu untuk di bacanya. Abimanyu mulai membaca is surat itu dengan sangat teliti. Wajah kecemasan itu mendadak berubah dengan air mata kebahagiaan.

"I-ini?" tanya kembali Abimanyu pada Rasika untuk memastikan.

"Cinta dan kujujuran mu membuat Tuhan memberikan anugrah ini pada mu, "

"Rasika, Abimanyu. Ada apa ini? Abimanyu apa yang kau baca sampai kau menangis seperti itu? Dan Rasika, anugrah apa yang kau maksud?" Tanya Karan.

"Aku... Aku akan menjadi ayah paman. Kalian akan mendapatkan cucu, " ucap Abimanyu sambil memeluk erat Rasika. Mendengar kabar itu, semuanya terharu bahagia. Chetna yang bahagia langsung mengambil sebuah gelang leluhur di kamarnya. Gelang itu di percaya sebagai pengusir aura negatif pada ibu dan juga calon janinnya.

"Ah aku lupa. Satu lagi, " ucap Rasika yang memberikan kertas lain pada Abimanyu.

"Apa lagi ini Rasika? Apakah kau akan memberikan bayi kembar?"

"Abi. Di baca dulu!" ucap Rasika yang tertawa dengan lelucon Abimanyu. Surat itu adalah surat undangan untuk hari kelulusan Rasika besok. Melihat kebahagiaan Abimanyu dan Rasika, Gaurav sedikit merasa cemburu.

Gaurav membuang perasaan cemburu itu, dengan berdiri dan memberikan selamat pada keduanya.

"Selamat menjadi ayah, Abi, "

"Terima kasih Gaurav, "

"Aku harap kau bisa mengurus dan menjaga keduanya dengan baik, " ucap Gaurav dengan menatap Rasika. Terlihat dari mata Gaurav, ada rasa penyesalan.

"Kau tidak perlu mengantarkan ku pulang. Aku akan menelpon Prathap untuk menjemput ku, "

"Tidak Gaurav. Aku sudah berjanji untuk mengantarkan mu pulang, "

"Jangan membuat istri mu menunggu kepulangan mu, " ucap Gaurav yang langsung pergi setelah berpamitan dengan keluarga Abimanyu.

"Tunggu Gaurav, " panggil Abimanyu. "Kemana kau akan menunggu Prathap tiba?" Mendengar pertanyaan itu, senyuman licik Gaurav muncul. "Ke tempat biasa aku kunjungi, " gumam Gaurav pelan, yang kemudian pergi.