PENGORBANAN Mantan NARAPIDANA

Tanpa terasa seminggu sudah berlalu, dan dalam waktu tujuh hari itu sudah tiga kali Vinder mengunjungi perpustakaan. Selain mengembalikan buku, ia juga meminjam buku.

Sementara hubungannya dengan Lada, ya begitu-begitu saja. Tidak ada yang istimewa, hanya bertegur sapa layaknya orang yang saling mengenal.

Malam ini waktunya Umbra dan Abian memperkenalkan seorang pria kepada Lada. Pria sebaya dengan Abian, pengusaha batu bara dari Kalimantan.

Dan kebetulan ayah juga ibu sedang tidak berada dirumah. Pasangan suami istri itu tengah pergi kekota Bandung, menghadiri acara pernikahan anak teman kerja Hendarto.

Pukul setengah delapan malam, Abian dan temannya tiba dirumah Hendarto.

Setelah mengucap salam dan mendapat jawaban, Abian dan Temannya duduk disofa ruang tamu. Tak lama Lada turun menghampiri mereka.

"Nah ini kakakku Lada dan kak, ini Nicko."

Lada dan pria bernama Nicko itu bersalaman juga saling menyapa.

Obrolan keempat orang itu pun terjadi, tapi bukannya malah membuat Lada dan Nicko menjadi dekat, mengenal satu sama lain. Nicko malah lebih banyak ngobrol dengan Umbra dan Abian.

Lada hanya jadi pendengar, bahkan kehadirannya seperti tidak dianggap. Setiap kali Lada mencoba untuk masuk kedalam obrolan, bibirnya selalu dipaksa untuk tertutup lagi. Baik Umbra, Abian terlebih Nicko, tidak membiarkannya mengucapkan sepatah kata pun.

"Sudah jam sepuluh, aku sama Nicko pamit ya yank, Lada." ucap Abian

"Iya mas, hati-hati ya...?" sahut Umbra.

Nicko juga pamit.

Dan tanpa sengaja Lada melihat ponsel tergeletak disofa yang tadi diduduki Nicko. Lada pun bergegas mengambilnya kemudian keluar menyusul kedua pria itu.

Tapi alangkah terlukanya Lada saat mendengar obrolan mereka yang berdiri disamping mobil milik Abian.

"Kamu itu sahabat macam apa..? perempuan berpenampilan kampungan juga kuper seperti itu mau dijodohkan denganku. Kamu dapat Umbra yang spek sempurna, sementara aku dapat Lada, yang benar saja..?"

"Tapi Lada baik Nick, dia juga pintar."

"Kamu kira baik dan pintar saja cukup...? Apa bisa perempuan begitu diajak ketemu sama kolega-kolegaku, bikin malu aku iya bisa."

Ucap Nicko sewot tanpa menyadari jika Lada yang terhalang oleh badan mobil Hendarto sedang mencuri dengar.

"Aku sama Umbra bisa menikah kalau Lada menikah, jadi kami harus ikut mencarikan jodoh. Tapi setiap kali mengenalkan lelaki tidak ada yang cocok. Jeremy, Rudi, Roni juga menolak."

"Mereka bertiga saja menolak apalagi aku. Jangan karena kamu mau menikah terus mengorbankan hidupku, masa depanku. perempuan yang sudah ditolak banyak lelaki, apa pantas dinikahi oleh orang seperti aku..?"

Lada yang sudah tidak sanggup lagi mendengar obrolan itu, berpura-pura batuk sembari menyeret sandal yang ia pakai.

"Syukurlah kalian belum pulang, ini ada handphone ketinggalan." ucap Lada sembari tersenyum.

"Ah iya, itu handphoneku. Terimakasih..!" ucap Nicko sembari meraba kantong guna memastikan ada atau tidak ponselnya.

"Hati-hati dijalan, Assalamualaikum."

Dengan sedikit berlari, Lada memasuki rumah. Tapi kembali langkahnya terhenti saat melihat Vinder yang berdiri didepan mobil milik pria itu.

Sorot mata teduh sejuta rasa terpancar dari netra Vinder, terhunus kepada Lada.

Lada tersenyum kikuk "selamat malam Vinder." ucapnya dan kembali melanjutkan langkah tanpa mau menunggu jawaban dari pria itu.

Ya, Vinder yang baru pulang tak sengaja juga ikut mendengar obrolan Abian dan Nicko. Sembari memandang Lada yang berdiri bersandar badan mobil dengan tangan yang sesekali menghapus jejak airmata dipipinya.

Lagi, suara perdebatan dari dalam rumah Hendarto tertangkap diindra pendengaran Vinder.

"Jadi kamu bilang sama Abian sudah seberapa banyak lelaki yang menolak aku, apa maksudmu..?"

"Abian tunanganku kak, calon suamiku. Jadi wajar kalau aku menceritakan semua kedia. Lagian aku cerita juga karena ini ada sangkut pautnya dengan hubungan kami."

"Pernikahan kalian tertunda itu semua memang salahku, tapi bukan berarti kalian bisa menghinaku seperti ini. Apa aku salah kalau jodohku belum mau datang sampe sekarang..?"

"Iya kamu salah kak, kamu tidak berusaha. Aku sudah bilang berkali-kali, rubah penampilanmu, jangan kuper, tapi kakak tidak mau denger."

"Umbra...!"

"Apa...? kakak tau, orangtua Abian sudah menyiapkan perjodohan, kalau sampai dalam waktu dua bulan ini tidak ada kepastian untuk pernikahan kami, Abian akan memutuskan pertunangan dan menerima perjodohan itu kak." ucap Umbra dengan suara meninggi.

Lada tergugu, menelan ludahnya dengan susah payah, tenggorokannya terasa tercekik mendengar ucapan sang adik yang dibarengi dengan tangisan.

"Lebih baik aku pergi saja dari rumah, kawin lari sama Abian." ucap Umbra melangkah menuju tangga.

"Jangan Umbra, aku mohon jangan. Kasihan ayah dan ibu, aku mohon." ucap Lada memeluk tubuh sang adik.

"Aku sangat mencintai Abian kak, aku tidak bisa kehilangan dia. Abian mau meninggalkan aku, itu semua karena kakak." teriak Umbra sembari melepaskan diri dari pelukan Lada.

"Aku janji akan melakukan sesuatu agar kamu bisa menikah sama Abian dua bulan lagi, aku janji. Please jangan pergi, jangan bikin ayah ibu sedih juga malu. Kali ini percaya sama aku ya...?"

"Aku menunggu janji kakak itu, tapi kalau sampai tidak ada keputusan untuk tanggal pernikahanku, jangan salahkan aku kalau aku meninggalkan rumah ini dan menikah dengan Abian tanpa ada kalian."

Pungkas Umbra berlalu menaiki anak tangga menuju kekamarnya.

Lada melepas kacamatanya, lalu memijat pangkal hidung guna meredam rasa nyeri yang menyerang kepala. Berulang kali gadis itu membuang nafas berat untuk menenagkan diri, sebelum akhirnya menuju kekamarnya.

Sementara Vinder, si tukang nguping sudah berbaring diatas tempat tidur. Matanya menatap langit-langit kamar dengan otak yang berputar.

Entah apa yang sedang ia rasakan dan juga fikirkan. Yang jelas selama tiga minggu ini, setelah ia melihat Lada, ada sesuatu rasa yang mengganggu hatinya.

Padahal saat ini hubungannya dengan Tania sedang tidak baik-baik saja. Tapi bukannya memperbaiki, Vinder malah menghindari Tania. Bahkan telefon juga semua pesan dari wanita itu ia abaikan.

Selama tiga minggu ini juga, beberapa kali Vinder bertemu dengan Hendarto, baik dalam keadaan terpapar alkohol atau pun sadar. Mau berpenampilan rapi atau berpenampilan ala berandalan.

Tapi satu yang pasti, kesan buruk dari Hendarto sudah tertanam untuk Vinder. Apa pun yang dilakukan pria itu, semua salah dimata ayah dari Lada Anjani Wibisono.