namaku Nadia putri Az-Zahra sering disapa Nadia berusia 36 tahun aku seorang ibu beranak 3 memiliki suami yg sangat perhitungan akan tetapi aku tetap sabar menghadapi sifat suamiku namun tanpa sepengetahuanku ternyata suamiku telah memberiku seorang madu.
akankah nadia bertahan atau memilih untuk mengakhiri semua??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummy phuji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
(POV Nadia)
Entah mengapa perasaanku merasa tidak enak dan selalu khawatir sudah dua bulan ini selama bang wahyu kerja dikota M dia tidak pernah mengirim kabar ataupun mengirim uang belanja bulanan untuk kami disini saya juga sudah sering bertanya pada ibu ataupun saudara2nya tapi jawaban yg sama saya dapatkan
saya mencoba untuk terus berfikir positif dan menyibukkan diri membuat kue2 pesanan yang Alhamdulillah tak pernah ada putusnya
saya sangat bersyukur disaat bang wahyu seperti ini menghilang tanpa kabar rezeki kami selalu saja datang ditambah lagi kejutan yang tak terduga ternyata kedua putri kembarku mendapatan beasiswa untuk ke SMP unggulan dikota kami ini "Alhamdulillah Robbilalamin ,puji syukur atas segala kemudahan dan rezekmu ya Allah" hanya itu yang selalu dapat ku ucapakan
sampai suatu malam putraku bertanya tentang ayahnya saya bingung harus jawab apa dan mencoba terus mengalihkan perhatiannya tapi tetap saja rasa rindu seorang anak kepada ayahnya tak bisa dibendung dengan cara apapun
Bund,ayah kok nggak pernah nelpon sih?! memangnya ayah tidak kangen sama adek?" tanya putraku
degg
ada rasa nyeri didada tapi aku coba tepis perasaan ini
"Mungkin sibuk sayang" jawabku sekenanya
"tapi kan biasanya ayah akan langsung telpon kalau sudah sampai" kata putraku lagi dengan mata berkaca-kaca ada perasaan sedih yang kurasakan melihat putraku seperti ini
"kamu tega bang pada anak2mu,tak pernah memberi kabar dan hanya sekedar bertanya tentang keadaan mereka " batinku dengan mata ikut berkaca-kaca tapi kutahan jangan sampai tetesan bening ini keluar dari peraduannya tanpa permisi
"iya sayang,kamu sabar ya nanti kita telpon" kataku lagi
" Bang kamu kenapa sampai sekarang kamu tidak memberi kabar jangankan menelponku abang juga nggak pernah telpon bapak dan ibu
kamu baik2 saja kan bang?" batin nadia
" bund...bunda" panggil bungsuku lagi dengan menggosokkan badanku pelan membuyarkan lamunanku
"i-iya sayang ada apa?" jawabku tergagap
" bunda kok melamun?" tanyanya lagi
"Tidak kok sayang" jawabku berusaha tersenyum
"Maaf ya bunda kalau adek sudah buat Bunda jadi sedih" kata putraku sendu
" Tidak sayang bunda tidak sedih"jawabku
"sekarang adek bobo ya besok kan mau sekolah" kataku mengalihkan pembicaraan
"Kan besok kakak ujian bunda,jadi adek libur" ucapnya mengingatkan
"Eh iya ya bunda lupa" kataku sambil menepuk jidat dan tertawa kecil
" Kita bobo yu dek bunda udah ngantuk,besok bunda harus cepat bangun mau buat kue pesanan orang" ucapku beralasan agar bisa terhindar dari pertanyaan-pertanyaan putraku yg tak bisa kujawab
"okey bunda,tapi besok kita telpon ayah ya" katanya lagi penuh harap
"iya sayang, besok kita coba untuk telpon ayah tapi harus dijam istirahat ya takut nanti ganggu pekerjaan ayah kalau kita menelpon pagi"kataku memberi pengertian
"iya bunda, adek bobo ya bunda"kata arka bangkit dari duduknya dan masuk kedalam kamarnya
"iya sayang, jangan lupa gosok gigi " ucapku
"iya bunda adek lupa belum gosok gigi " ucapnya dengan cengirannya dan berlari kecil kearah kamar mandi dan kubalas senyuman
setelah arka masuk kedalam kamarnya aku hanya menghela nafas panjang dan mengusap wajah kasar dan terus berucap istighfar dalam hati untuk menghilangkan kecemasan dan memberikan ketenangan walaupun bang wahyu selama ini selalu pelit tapi aku sangat mencintainya
"Ya Allah, lindungilah suami hamba dari segala marabahaya dan berikanlah padanya kesehatan" gumamku pelan dan mencoba untuk memejamkan mata
🥀🥀
aku tidak tau harus bertanya pada siapa bagaimana keadaan bang wahyu disana karena selama ini bang wahyu memang tak pernah mengenalkan teman2 kerjanya adapun satu teman bang wahyu yg pernah datang kerumah tapi aku juga tidak tau dimana tempat tinggalnya
semoga saja bang wahyu baik2 saja tidak kurang satu apapun
hanya itu yg selalu ku ucapakan dalam doaku
keesokan harinya setelah aku selesai membuat semua pesanan kue
arka mendekatiku dan menagih janji
"Bunda apa kita sudah bisa telpon ayah?" tanya arka
" Tunggu ya sayang" ucapaku dan melirik jam di ponselku
"sebentar lagi ya nak, kayaknya ayah masih bekerja jam segini"kataku mencoba untuk memberinya pengertian
walaupun dengan wajah kecewa lelaki kecilku ini mengangguk dan kembali duduk didepan TV
"dek bunda antar kue ini dulu ya kewarung mbak lila,tidak apa2 kan sayang bunda tinggal sebentar " ucapaku sambil mengangkat boks2 kue pesanan pelanggan diwarung mbak lila
"iya bunda,bunda hati2 ya" ucapannya penuh perhatian
"iya sayang, Assalamualaikum " ucapku sambil berlalu
"walaikumsalam,," jawabnya
tak berapa menit saya sudah sampai diwarung mbak lila yg sudah ramai ibu2 yg sedang menunggu pesanan kue buatanku datang
"Assalamualaikum" ucapaku
"Wa'alaikumsalam " jawab mereka barengan
" eh ini neng nadia udah datang " ucap mbak lila dengan senyuman manisnya
" iya mbak maaf telat" ucapku
" iya mbak Nadia, nggak apa-apa kita juga ini baru aja nyampe" jawab mbak sari dan diangguki semua
saya pun meletakkan boks2 kue yang kubawa dan ibu2 yg ada disana mulai memilih kue yg mereka inginkan tapi saat mereka memilih2 kue salah seorang dari mereka memulai obrolan gibah mereka yg kutau bernama sita
"eh bu ibu kalian tau tidak kalau si marni itu katanya diusir oleh bapaknya dua bulan yang lalu" ucapnya penuh semangat
"loh tapi kan kata bu mirna,marni sekarang tinggal dirumah bibinya dikota M?!" jawab bu ani
"Bu mirna itu berbohong bu, kemarin adikku si dimas kerumah temannya yg tetanggaan sm bu mirna katanya dia dengar ibunya wisnu lagi ngegosip di teras rumahnya si marni diusir sm pak kardi karena hamil trus katanya lagi Marni sekarang sudah nikah sama pacarnya yg lagi kerja dikota M" ucap mbak sita bercerita
" masa sih mbak,padahalkan selama ini bu mirna tuh membangga2kan putrinya "ucap bu ratna
"karma kali ya,soalnya mulut bu mirna itu pedes kayak cabe giling sepuluh kilo " jawab mbak sita cekikikan sambil menutup mulutnya
" Hus.. nggak baik gibahin orang lebih baik kita introspeksi diri sendiri " timpal mbak lila bijak
"iya mbak" jawab mbak sita di angguki semua
" kl begitu saya pamit mbal lila,bu ibu kasian sia arka dirumah sendirian" ucapku tapi saat berjalan kearah motor yang sy parkiran bu RT memanggil yang sedari tadi diam mendengarkan gibahan warganya
"Neng Nadia tunggu"ucap bu RT sambil berjalan kearahku
"iya bu ,ada apa?' jawabku
"Neng hari Jum'at besok ibu pesan kuenya ya sekitar 250 biji soalnya dirumah akan ada pengajian" ucap bu Rt
"iya bu Insyaallah,tapi diantar jam berapa bu?" tanyaku
"diantar sebelum duhur aja neng, soalnya acaranya setelah duhur biar bisa ditata dan nggak terburu2" ucap bu Rt lagi
"iya bu, insyaallah Kalau begitu saya pamit bu Assalamualaikum " ucapaku berpamitan
"iya neng hati2, wa'alaikumsalam " jawab bu Rt
aku pun melajukan motor pulang kerumah
sesampainya dirumah saya memberi salam dan dijawab oleh mbak sarah dan adiknya mita yang baru saja lulus SMA
ya sekarang saya mempekerjakan mbak sarah dan mita untuk membantuku membuat kue pesanan
selama dua bulan ini saya juga mempekerjakan sikembar jeni dan jaka yang sudah yatim-piatu sepertiku saya pekerjakan mereka sebagai pengemasan dan kurir
dan saya juga sudah membangun rumah produksi halaman didepan rumah memanfaatkan halaman kosong agar memudahkan untuk membuat kue dan bekerja.
Rumah dan tanah ini adalah peninggalan kedua orangtuaku tapi rumah dan tanah ini masih atas nama kak Nindi kakak tertuaku
kami hanya dua bersaudara
kami memang belum membaginya karena kakakku mengatakan akan menyerahkan rumah dan tanah ini padaku tapi kakakku belum sempat untuk membalik nama dikarenakan kakakku ikut dengan suaminya tinggal di kota J diapun sibuk sebagai seorang guru PNS dikota J saya tidak mempermasalahkan itu semua karena saya percaya pada kakak dan kakak iparku