Bagaimana jadinya jika pernikahan yang telah dibina selama 10 tahun tak menghadirkan buah hati? Bagi sebagian orang itu sangat hampa. Tapi Bagi sebagian orang itu bukan masalah.
Seperti yang dialami pasangan suami istri, Agam dan Nisha. Mereka berdua seorang Dokter. Nisha terpaksa kehilangan rahimnya akibat kecelakaan 5 Tahun silam. Sampai sekarang Agam menerima itu. Cinta Agam pada Nisha tetaplah utuh. Namun Nisha malah mengambil keputusan, untuk mencari wanita yang mau melahirkan anak mereka lewat proses bayi tabung.
Bertemulah ia dengan Yasmine, seorang gadis muda berusia 25 tahun. Ia bersedia dengan tawaran Nisha. Namun saat harus mengandung anaknya Agam, ia malah memiliki perasaan pada adik kandung Agam yang mengalami redartasi mental,Lukka.
Mampukah Agam menepati janji setianya? Dan apakah Yasmine bisa menjaga perasaan Nisha?
Yuk, baca kisah mereka. Jangan lupa dukungan, kritik dan sarannya ya..😘😘❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wulan_zai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9 : Sebatang Kara
Agam membawa Nisha kedalam kamarnya. Ia dan Nisha duduk di tepi ranjang. Saling menatap satu sama lain, dengan rentang yang cukup lama. Keduanya seolah sama-sama sedang memilih kata yang pas untuk diutarakan.
"Jangan minta aku membatalkan ini,Mas." Lirih Nisha, ia tampak memainkan ujung kukunya. Sudah sejauh ini ia melangkah, menguatkan hati untuk mencari rahim pengganti. Akan sia-sia ia mengorbankan perasaannya, yang sudah bertekad ikhlas berbagi benih suami.
Agam menghela nafas berat. Ia mengenggam lembut tangan sang istri. "Kamu sungguh ingin melakukan ini?"
"Iya,Mas. Aku ingin kehadiran anak, dari mu.."
"Tapi Nisha... Kedepannya, semua hal akan menjadi rumit untuk kita berdua. Apa kamu tidak memikirkan itu? Memasukkan wanita asing kedalam rumah tangga kita, itu bukanlah hal yang baik Sayang."
"Mas takut tergoda olehnya?" Nisha melirik tipis. Ia percaya pria itu sangat bisa memegang prinsipnya.
"Sayang, aku hanya tidak nyaman dengan situasi ini. Jujurlah, kamu pun tidak nyaman dengan ini kan?" Ia menatap dalam wajah sang istri, ia tau ada keresahan disana.
"Aku tidak keberatan jika harus menghabiskan hidup berdua saja denganmu. Kenapa kamu memilih jalan yang justru menyakiti dirimu sendiri?" Agam membelai lembut pipi sang istri, dengan kedua mata berkaca. Ia tau betul apa yang sedang dirasakan oleh Nisha.
"Sebenarnya apa yang mendorong kamu nekat mengambil jalan ini? Apa kamu tidak mencintai aku lagi?" Lirikan teduh Agam mengejar sorot mata Nisha yang tertunduk.
Sedikit resah batinnya, melihat sang istri membawakan wanita dengan senyuman. Apakah tidak ada lagi rasa cemburu untuknya?
Kelopak mata Nisha terangkat, binar dikedua matanya membalas tatapan teduh sang suami. "Aku sangat mencintaimu, Mas. Apa salah jika aku berusaha mendapatkan anak, dari pria yang sangat ku cintai ini? Aku tidak bisa melakukan itu, makanya aku mencarikan wanita yang bisa melahirkan anak kita."
Tak terbendung, kristal bening menitik di pipi Nisha. Ia sangat berharap, bisa mendapatkan buah hati dari suaminya. Pria yang sangat ia cintai.
Agam mendongakkan matanya, agar titik air mata tidak ikut terjatuh. Batinnya sangat sedih, tersentuh dengan keinginan sang istri. Ia menarik tubuh Nisha kedalam pelukannya. Sungguh ia tak mengapa, jika harus menghabiskan hidup berdua saja dengan Nisha. Namun keinginan Nisha malah sebaliknya.
-
Kembali pada Yasmine, yang masih duduk diruang keluarga. Ia merasa kikuk setelah Nisha meninggalkan tempat itu.
"Jadi kamu sebatang kara..?" Tanya Ambar, menatap prihatin.
"Iya, Bu.." Yasmine mengangguk dengan arah bola mata yang sengaja dilencengkan.
"Jadi kamu tidak bekerja lagi setelah mengalami kecelakaan?" Pak Ghani turut mengajukan pertanyaan.
"Tidak, Pak." Gugup Yasmine, padahal ia sengaja mengundurkan diri, demi bisa mengikuti skenario Nisha.
"Sebatang kara itu apa?" Serobot Lukka yang ternyata menyimak obrolan mereka.
Dari ekor mata, Yasmine dapat melihat Lukka yang tengah menatapnya dengan separuh wajah bersembunyi. Anak besar itu tampak mengintai setiap gerak gerik Yasmine. Sepertinya ia memang kurang nyaman dengan kehadiran orang baru di keluarganya.
"Sebatang kara itu, tidak memiliki orang tua dan keluarga." Jelas Pak Ghani kepada Lukka.
"Sudah buta. Tidak punya orang tua. Kasihan sekali..." Celetuk Lukka yang langsung mendapat kode dari Pak Ghani, agar menjaga ucapannya.
Telinga Yasmine terasa berasap mendengar itu. Apalagi nada bicara Lukka sangat meledek.
"Kakak dan adik sama saja. Mulutnya tidak punya filter." Rutuk Yasmine dalam benaknya. Ia merasa kesal dengan itu, namun sesaat kemudian ia menepis rasa kesalnya. Karena teringat Lukka adalah anak yang berbeda.
"Apa kamu bisa menjamin, tidak akan mengacaukan pernikahan Agam dan Nisha?" Tanya Pak Ghani lebih lanjut. Ia sangat menyayangi Nisha, seperti putrinya sendiri. Ia tak mau pernikahan anaknya jadi terguncang karena kehadiran Yasmine.
"Pa, jangan bicara begitu ah..." Sambar wanita paruh baya itu.
"Yasmine ini gadis baik-baik. Mama percaya kepadanya. Lagipula memangnya kenapa jika ia bisa menggantikan posisi Nisha? Selain buta, Yasmine adalah sosok sempurna yang lebih cocok untuk keluarga kita." Ambar tampak sangat terbuka menyambut kehadiran Yasmine. Ia bahkan mengucapkan itu, tanpa memikirkan bagaimana perasaan sang menantu.
"Anda tenang saja, saya hanya akan menjalankan perintah dari Bu Nisha. Setelah melahirkan anak, saya akan pergi sejauh mungkin, sesuai perjanjian."
Ucapan Yasmine membuat Ambar mengurung senyumnya. Sementara Ghani hanya mengangguk dengan wajah gamang. Ia tak tau harus senang, atau sedih dengan keadaan ini.
Beberapa saat kemudian, Agam dan Nisha kembali menemui mereka. Kini Agam sudah pasrah sepenuhnya pada permintaan sang istri. Separuh jiwanya bahkan terus berucap maaf, karena telah membuat Nisha terjebak dalam situasi ini. Andai saja dulu ia tak menuruti keinginan Nisha untuk pergi ke Turki, maka semuanya pasti baik-baik saja sekarang.
"Besok kita akan langsung kerumah sakit, untuk melakukan pendaftaran program bayi tabung. Mulai sekarang kau akan tinggal di rumah ini Yasmine..." Nisha mengecap bibirnya setelah menyelesaikan kalimat itu.
Tentu saja itu berat baginya. Berbagai macam kemungkinan pun mengerubungi pikiran Nisha. Namun ia meletakkan utuh kepercayaan kepada Agam.
"Apa tidak masalah membiarkannya tidur disini? Kenapa tidak tidur di rumah Papa saja?" Pak Ghani sedikit protes. Ia tak yakin Agam dan Yasmine bisa menjaga perasaan Nisha. Apalagi menunggu hasil, dan mengandung bayi tidaklah sebentar.
"Ini masalah rumah tangga kami,Pa. Jadi biarkan aku dan Mas Agam yang mengurus ini semua." Sahut Nisha yakin. Lagipula ada beberapa ART yang juga tinggal disana. Jadi tidak akan terlalu canggung. Walau kamar para ART jauh dibelakang.
Pak Ghani tetap risau, nalurinya sebagai seorang ayah sekaligus pria, tak bisa percaya pada kesetiaan Agam seutuhnya. Para ART tidak mungkin bisa menengahi posisi Yasmine dan Agam selama 24 jam.
"Biarkan Lukka tidur disini, kau mau kan Lukka?" Usul Agam, ia juga merasa tak enak. Nantinya pasti ada waktu dimana Nisha sedang tugas, dan ia dirumah hanya dengan Yasmine. Ia membutuhkan Lukka yang bisa menengahi mereka berdua.
"Horee...! Lukka mau... Lukka mau.." Anak besar itu berjingkrak kegirangan. Selama ini ia memang mengidamkan tidur di rumah sang kakak untuk waktu yang lama. Namun selalu dilarang orang tuanya, karena takut menganggu Nisha dan Agam.
Nisha pun tampak setuju, ia semakin yakin Agam mampu menjaga pernikahan mereka. Ia percaya pada suaminya itu.
"Sebentar.., bukankah sebelumnya kita tidak pernah membahas, kalau aku akan tinggal disini?" Yasmine menyela, ia berpura-pura mencari keberadaan Nisha dengan pandangan palsunya.
Menyadari Yasmine mencari dirinya, Nisha pun menghampiri. Lalu dengan lembut menggenggam punggung tangan gadis itu.
"Apa maksudmu? Tentu saja kau harus tinggal disini. Kau mempunyai keterbatasan, dan akan mengandung anak kami. Mana bisa aku membiarkanmu hidup sendiri..."
"Tapi..."
"Selama anak itu belum lahir, kau akan menjadi tanggung jawabku sepenuhnya." Sambung Nisha lagi. Ia tidak sedang berakting dengan kalimatnya.
Yasmine jadi bingung. Jika ia tinggal di rumah itu, artinya ia harus selalu berakting seperti orang buta? Akan ada Lukka, Agam, ART yang pasti selalu melihat dirinya. Bagaimana bisa ia terus berpura-pura buta sepanjang hari?
...**********...
Jangan kupa tinggalkan jejak ya ges yaa..😘 Like,komen, vote agar otor semangat melanjutkan cerita ini ...hehehe plisss❤️ Satu jejak dari kalian itu sangat berarti buat membangkitkan semangat otor. eeeaaa😅
See you next episode...😘😘😘
cerai aja
no teras po hlman blkang smbil dlok sawah maak... mo pilih yg mna... hyuu... kumpulin sklian reiders yg lain biar rame... 😁😁😁
biar emak semngat... 💃💃💃😘😘😘