Saat mencoba menerobos ke tingkat kekuatan tertinggi, Xiao Chen—Raja Para Dewa Kultivator—terhisap ke dalam celah dimensi dan terdampar di dunia asing yang hanya mengenal sihir dan pedang.
Di dunia yang nyaris hancur oleh konflik antar ras dan manusia yang menguasai segalanya, kekuatan kultivasi Xiao Chen bagaikan anomali… tak dapat diukur, tak bisa dibendung.
Ia terbangun dalam tubuh muda dan disambut oleh Elvira, elf terakhir yang percaya bahwa ia adalah sang Raja yang telah dinubuatkan.
Tanpa sihir, tanpa aturan, hanya dengan kekuatan kultivasinya, Xiao Chen perlahan membalikkan dunia ini—membangun harapan baru, mencetak murid-murid dari nol, dan menginjak lima keturunan manusia terkuat bagaikan semut.
Tapi saat kekuatan sejati menggetarkan langit dan bumi, satu pertanyaan muncul:
Apakah dunia ini siap menerima seorang Dewa... dari dunia lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GEELANG, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 – Awal Jejak Bayangan Kegelapan
Langit di atas Padang Yargos tampak seperti kanvas robek. Warna merah tua bercampur hitam menguasai cakrawala. Angin yang berhembus di sana tidak membawa kesejukan—melainkan bisikan. Bisikan yang menyampaikan dendam. Bisikan yang membawa kutukan masa lalu.
Di tengah padang tersebut, berdiri satu sosok tinggi menjulang dengan jubah robek dan rambut perak panjang yang berkibar seperti asap. Matanya merah menyala, dan kulitnya pucat seperti mayat yang diawetkan.
Aen Raegar.
Pahlawan keenam yang dibuang oleh manusia sendiri. Ia pernah menjadi simbol harapan sebelum dikucilkan, dianggap sesat karena menyatukan kekuatan iblis dan sihir dalam satu tubuh. Ia dibuang oleh bangsanya sendiri, dan sekarang... dia bangkit dengan satu tujuan.
> “Enam pahlawan. Lima menyembah cahaya, satu ditelan oleh kegelapan. Aku bukan iblis. Aku bukan pahlawan. Aku adalah... keseimbangan yang mereka tolak.”
Di belakangnya, ribuan makhluk berdiri dalam formasi aneh. Mereka bukan manusia, bukan iblis, bukan beast. Mereka adalah makhluk dari ras campuran yang dibentuk melalui eksperimen terlarang: Kaum Ketujuh, hasil distorsi genetik dari berbagai ras—diciptakan oleh Raegar selama ratusan tahun dalam isolasi.
Langkahnya ringan, namun setiap injakan membuat tanah menghitam. Padang Yargos perlahan berubah menjadi lahan mati.
Wilayah Utara – Dekat Akademi Aggrale
Jauh dari Padang Yargos, di sisi lain dunia, Xiao Chen berjalan tenang di dalam hutan purba yang diselimuti kabut. Daun-daun berguguran, tapi tak satu pun menyentuh tubuhnya—seolah-olah gravitasi sendiri enggan menyentuh kulitnya.
Tubuhnya masih tubuh remaja, namun kekuatan yang tersembunyi di dalamnya tak bisa diukur oleh logika dunia ini. Bahkan hukum sihir pun terasa enggan menyentuhnya, karena Xiao Chen tidak berasal dari dunia ini.
Ia melangkah, dan segala kehidupan menyingkir.
> “Tempat ini… terlalu rapuh. Sihir mereka berisik. Struktur hukum alam terlalu longgar.” gumamnya, jari-jarinya menyentuh udara seperti menyentuh tenunan realitas.
Tiba-tiba, gemuruh terdengar di kejauhan.
Seekor Silvenhark—beast berkaki enam dengan punggung berduri kristal—melompat dari balik jurang. Makhluk itu dikabarkan telah punah ratusan tahun lalu. Tapi entah kenapa, kini ia muncul dengan aura kegelapan, seperti dikendalikan oleh kekuatan asing.
> “Sialan!” raung beast itu. “Kau… manusia... adalah ancaman bagi tuan kami!”
Xiao Chen menatap makhluk itu, sedikit membungkuk.
> “Kau tidak salah. Tapi sayangnya, aku bukan manusia dunia ini.”
Makhluk itu menyerang, menciptakan ledakan besar saat kaki-kakinya menghantam tanah. Angin pusaran memotong pepohonan, menciptakan kawah besar. Tapi sebelum cakar makhluk itu menyentuh tubuh Xiao Chen…
> BUK!
Satu tamparan ringan, hampir tidak terdengar.
Beast itu langsung membeku. Tak dengan sihir, tapi dengan es abadi—energi khas dari teknik tertinggi Xiao Chen. Seluruh tubuh makhluk raksasa itu menjadi patung kristal, lalu retak… dan hancur menjadi debu halus.
Xiao Chen menghela napas.
> “Sama seperti dunia lamaku. Kegelapan kembali muncul setelah waktu lama. Tapi di sini... aku bukan lagi Raja dari dunia lama. Aku adalah pembentuk dunia baru.”
Kastil Elvarion – Kamar Elvira
Sementara itu, jauh di wilayah timur, Elvira tengah duduk di ruang meditasi. Rambut putihnya tergerai, dan lingkaran sihir emas mengelilingi tubuhnya. Sejak Xiao Chen mengajarinya teknik kultivasi murni, kekuatannya tumbuh melampaui logika dunia sihir.
Hari ini, dia menembus batas kekuatan sihir kelas atas dan masuk ke ranah Saint Elemental—kekuatan yang bahkan para raja sihir belum pernah capai.
Namun meski kekuatannya tumbuh, hatinya resah.
> “Sudah tiga hari dia tidak mengirimkan pesan…” Elvira membuka mata, matanya bergetar. “Apa kau… terluka?”
Ia memanggil Xiao Chen melalui komunikasi spiritual. Namun yang ia terima hanya satu suara tenang:
> “Belum waktunya.”
Hening.
Elvira mengepalkan tinjunya. Ia berdiri, membuka jendela, menatap dunia di luar kastil yang perlahan dibangun ulang.
> “Kalau kau tidak kembali, Guru... maka aku sendiri yang akan menghancurkan siapa pun yang menghalangi jalanmu.”
Kota Grayhelm – Perbatasan Wilayah Manusia
Xiao Chen akhirnya sampai di Grayhelm, kota perbatasan kecil yang menjadi tempat berkumpulnya petualang muda. Kota itu tampak biasa saja—dinding kayu, rumah bata, jalan berbatu. Tapi aura kecurigaan selalu menggantung di udara, terutama terhadap orang luar.
Saat Xiao Chen melangkah ke dalam Guild Petualang Grayhelm, suara ramai langsung pecah.
> “HAH!? Bocah lagi!?”
> “Anak 15 tahun mau jadi petualang?”
> “Lihat bajunya, jubah usang itu... hahaha! Ini bukan tempat bermain, dek!”
Xiao Chen hanya diam. Ia menyerahkan formulir ke resepsionis. Gadis penjaga guild itu—bernama Lira—menatapnya dengan mata datar, lalu menghela napas.
> “Kau tahu, banyak yang mati di hari pertama dungeon. Apalagi rank E…”
> “Tidak masalah,” jawab Xiao Chen singkat.
> “Terserah,” Lira menyerah, mencap formulirnya dan memberikannya kembali. “Selamat datang di Guild Petualang. Selamat beruntung, atau… selamat tinggal.”
Sambil meninggalkan meja, Xiao Chen berjalan menuju papan misi. Di sana, sebuah misi kelas rendah tertempel: Dungeon Hutan Kabut, Eksplorasi dan Penjagaan Kristal Inti.
> “Tempat bagus untuk mengamati dunia ini,” gumamnya.
Tapi sebelum ia mengambil misi itu, tiga orang pemuda mendekatinya. Seorang gadis dengan kacamata besar, pemuda pendek berkepala botak, dan satu lelaki tinggi jangkung bermata sipit.
> “Hei, bocah. Kau petualang baru?” tanya si gadis.
> “Namaku Miya, ini Rolf dan Gend,” kata mereka bergantian.
Xiao Chen mengangguk, tidak banyak bicara.
> “Kau kelihatan... tidak biasa. Kami dari Akademi Aggrale. Kami bukan dari keluarga bangsawan, jadi cari uang dengan petualangan. Mau gabung dungeon bareng?”
Xiao Chen terdiam sejenak. Aura mereka lemah, tapi ada sinar jujur di mata mereka.
> “Baik. Tapi jangan heran... jika kalian tidak dapat giliran menyerang.”
Ketiganya tertawa, mengira Xiao Chen hanya sok keren. Mereka pun resmi membentuk party sementara.
> “Kalau begitu... Selamat datang di tim YOYO PARTY!”
Dengan langkah perlahan namun mantap, Xiao Chen menyusup ke dalam sistem dunia manusia. Tidak sebagai raja, tidak sebagai guru, tapi sebagai seorang anak muda biasa yang tidak dikenal siapa pun.
Tapi dunia akan segera tahu…
Bahwa Raja Para Dewa tidak pernah menghilang.
Ia hanya... berpindah dunia.