Sophie yang naif telah jatuh cinta pada pria kaya raya bernama Nicolas setelah dia menaklukkannya dan tidur dengannya.
Ketika dia mengumumkan bahwa dia hamil, Nicolas merasa ngeri. Baginya, Sophie hanyalah pengalih perhatian yang menyenangkan. Sophie meninggalkan Nicolas setelah kegugurannya.
Bertahun-tahun kemudian Nicolas menemukan bahwa Sophie memiliki seorang putra yang sangat mirip dengannya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak terima
Hamil! Bagaimana mungkin Sophie bisa hamil?, pikirnya. Dia sudah mengambil semua tindakan pencegahan tapi... Sophie ternyata mengkhianatinya..
"Nicolas, tenanglah, aku baik-baik saja dan aku mengerti bahwa ini mengejutkanmu," kata Sophie.
"Tentu saja kau merasa baik-baik saja dengan memakai kalung berlian dan dalam keadaan hamil. Aku yakin kau akan bilang anak itu milikku!" serunya.
"Tentu saja ini anakmu! Kau tahu kau satu-satunya pria yang pernah tidur denganku. Kita pasangan, aku mencintaimu, dan aku pikir kau juga mencintaiku," jawabnya.
"Aku tidak mau terikat, apalagi terbebani dengan anak yang bukan keinginanku. Aku tak pernah berharap kekasihku akan hamil," ucap Nicolas dengan dingin.
"Aku bukan sekadar kekasihmu. Aku pikir kita ini menjalin hubungan yang nyata," balas Sophie dengan suara bergetar.
"Katanya kau minum pil. Jadi kenapa bisa terjadi?" tanyanya.
"Malam itu, saat kita pergi ke Roma untuk urusan kerjamu, aku lupa meminumnya. Aku benar-benar lupa, ini kecelakaan," jelas Sophie dengan jujur.
"Haha, tentu saja, satu-satunya kali aku mengajakmu ikut, dan kau lupa minum pil. Kau wanita yang sangat licik," katanya sinis.
Nicolas mengambil tas kerjanya, "Aku ada rapat penting. Kita bicarakan ini nanti," lalu dia pergi dari apartemen sambil membanting pintu.
Sophie terduduk di tepi ranjang, termenung. Kekasih? Licik? Anak orang lain? Bagaimana mungkin dia berpikir seperti itu setelah mereka menjalani hidup bersama selama setahun?
Sophie bersiap untuk pergi kerja, pekerjaan yang dulu dibantu Nicolas untuk didapatkannya. Ini akan menjadi hari terakhirnya karena dia sudah lulus dan berharap bisa mengabdikan diri sebagai guru.
Sementara itu, Nicolas tiba di kantornya dalam keadaan marah. Dia tidak akan pernah memaafkan Sophie atas pengkhianatannya. Mengapa dia mengkhianatinya? Dia memukul meja dengan marah.
"Sialan!" serunya sambil mengambil telepon dan menelepon asistennya. "Lorena, bawakan aku obat sakit kepala dan batalkan semua rapat. Aku tidak bisa diganggu hari ini."
"Segera, Tuan Virelli," jawab Lorena.
Tak lama, Sophie muncul di kantor Nicolas. Sesuai dugaan, Lorena memberitahunya bahwa Tuan Virelli sedang tidak bisa ditemui. Tapi Sophie sudah tak bisa menunggu dan langsung menerobos masuk.
"Tuan Virelli, saya minta maaf! Saya tahu Anda bilang tidak bisa menerima tamu. Saya akan memanggil keamanan," kata Lorena panik.
"Tinggalkan kami, Lorena, aku akan menangani ini," perintah Nicolas. "Apa yang kau inginkan, Sophie?"
"Aku bukan kekasih simpananmu. Aku pikir kita menjalin hubungan yang sungguh-sungguh. Aku pikir—" ucap Sophie, namun langsung dipotong olehnya.
"Cukup! Kau bukan gadis polos. Aku memberimu mobil, perhiasan, pakaian. Kau bisa memiliki apa saja, kecuali cincin. Aku tidak pernah berencana menikahimu. Kau terlalu licik," kata Nicolas.
"Licik? Bagaimana bisa kau mengatakan itu padaku?" suara Sophie mulai pecah.
"Kalau kau pikir bisa menjebakku dengan kehamilan yang tidak kuinginkan, seharusnya kau berpikir dua kali. Tapi jangan khawatir, aku akan bicara dengan Stevan, dia dokter hebat dan teman dekatku. Dia akan mengurus kehamilanmu, dan aku yang akan bayar. Sekarang, pergi. Aku tidak punya waktu untuk ini," ucapnya tegas.
Sophie pulang dengan perasaan hancur. Semuanya kini masuk akal. Dia tidak pernah dikenalkan pada keluarga atau teman-teman Nicolas. Semua hadiah mewah itu... hanyalah cara untuk membungkam hatinya.
Apa yang harus dia lakukan sekarang? Nicolas tidak menginginkan anak itu. Dia berpikir Sophie hanya ingin menjebaknya. Dan Stevan... untuk apa dia menemui Stevan? Apakah dia ingin Sophie menggugurkan kandungannya?
Barulah sekarang Sophie benar-benar melihat siapa Nicolas sebenarnya, seorang pria dingin, tak berhati, dan pria playboy yang hanya ingin menang sendiri. Sophie pun membuat keputusan. Ia harus meninggalkan apartemen dan mengakhiri semuanya dengan Nicolas. Dia tidak akan mengorbankan anaknya.
Dengan tekad yang bulat, Sophie bangkit dan berjalan menuju kamar. Tapi langkahnya terhenti saat ia tersandung karpet di lantai.