Di Balik Niqab Istri Pertama Yang Ku Sia-siakan

"Tidak, aku harus kembali pulang, aku harus tahu... kenapa Ara menyembunyikan semua ini dariku, seharusnya dia bilang kalau dirinya adalah Ara, bukan Fafa, " Gumam Arash yang kini menyambar jaketnya dan keluar dari kamarnya. Mamanya yang hendak mengambil. air putih melihat putranya keluar dari kamarnya.

''Sayang, mau kemana kamu?'' tanya mamanya Arash

"Arash mau pulang dulu ma, ada sesuatu yang harus Arash lakukan, besok pagi Arash akan kembali, '' ucap Arash seraya menuruni tangga

''Kau pasti mencemaskan Alina ya, baiklah.... Hati-hati, dan jaga Alina dengan baik, ''ucap sang Mama yang membuat Arash menghentikan langkah nya.

''Ma, Alina _

Namun Mamanya sudah melangkah menuju ke kamarnya, mengkhianati Arash yang sudah ada di bawah anak tangga.

merasa sudah tidak ada gunanya untuk menjelaskan pada keluarganya, akhirnya Arash pun keluar dari rumahnya ia menuju ke rumah kediaman yang pernah ia tempati bersama Fafa dan Alina. Iya melewati malam dengan penyesalan ia sangat ingat dengan sikapnya pada Fafa.

'Andaikan aku tahu jika itu kamu Ara, aku pasti akan memperlakukanmu dengan baik, aku mencintaimu Ara, aku mencarimu kemana-mana, Tapi kau ... Kenapa kau tidak menjelaskan bahwa dirimu itu adalah Ara, Kenapa kau menutupi wajahmu dariku, Ara, 'batin Arash, Ia lupa bahwa dirinyalah yang melarang Fafa untuk membuka niqabnya. Arash mencengkeram erat setir mobilnya, ia mengingat semua sikap nya atas apa yang sudah ia lakukan beberapa hari ini pada Fafa. tingkat tanpa Arash sadari ia sudah sampai di depan kediamannya.

Iya langsung ngebuka pintu rumahnya dengan kunci yang selalu ia bawa, namun selama 15 hari ini ada Fafa yang selalu membukakan pintu untuknya meskipun ia disambut dengan wajah kesal Aras, seketika ingatan Itu terngiang. Aras melangkah menuju ke kamar yang ditempati oleh Fafa, tentu Alina yang terbangun dari tidurnya melihat arah yang berjalan menuju kamar Fafa.

'' Aras, Kau sudah pulang, kenapa tidak mengabariku, aku bisa membukakan pintu untukmu,'' ucap Alina Seraya menuruni tangga. namun saat ini Arash mengabaikan ucapan Alina, Aras membuka pintu kamar itu lalu melihat ke segala penjuru kamar, tidak ada apapun di kamar ini hanya ada lemari dan ranjang, Sungguh teganya Arash membuat Fafa menderita.

tiba-tiba tubuh Arash merosot terduduk di lantai Iya benar-benar menyesali akan perbuatannya selama ini.

''Arash kau kenapa?'' tanya Alina yang terkejut dengan ala yang Arash lakukan.

''Semua sudah terjadi, Alina. Aku benar-benar menyesal aku tidak ingin kehilangannya, Alina, bantu aku sekali lagi,'' ucap lirih Aras yang masih bisa didengar oleh Alina, Alina duduk tepat di depan tubuh Arash.

''Kaatakan padaku, apa yang terjadi sebenarnya, Ada apa Arash? ini bukan Arash uang aku kenal, '' ucap Alina

''Fafa adalah Araa, Alina, '' ucap Arash dengan air mata yang sudah keluar.

Betapa terkejut nya Alina saat mendengar nama itu di sebutkan.

''Apa? Fafa adalah Ara,? ''tanya Alina tak percaya

''Ya, Dia adalah Araa, tapi aku mengetahui nya saat aku menjatuhkan talak padanya, Alina. Aku tidak ingin kehilangan, Ara, Alina. Bantu aku sekali lagi, '' pinta Arash pada Alina, Alina yang kini terduduk lemas hanya bisa menatap Arash dengan tatapan sedih.

'Kenapa bisa terjadi seperti ini, ' bathin Alina

''Alina, Dia sangat terluka dengan hubungan kita, aku tahu itu... bisakah kah jelaskan padanya tentang hubungan kita ini, Alina... Kau sangat tahu jika akj begitu mencintai nya, katakan padanya Alina katakan jika cintaku hanya untuknya, '' punya lagi Arash.

Hatinya terasa sangat perih, Begitu juga yang Alina rasakan saat ini.

''Kau mau kan membantu ku sekali lagi, ? tanya Arash

''Bagaimana caranya Arash, Apakah dengan perpisahan kita,?'' tanya Alina, Air matanya berderai juga.

''Kau memintaku berada di sampingmu untuk menjatuhkan mu dari Gaya, dan sekarang kau meminta ku untuk mengembalikan Ara,'' ucap Alina

''Kau teman terbaikku Alina, aku yakin jika kau pasti bisa, '' ucap Arash yang hanya bisa bergantung pada Alina untuk bisa meyakinkan Ara agar kembali.

Arash berdiri menyusuri setiap sudut kamar, membuka lemari baju Fafa, yanah mana ada foto Fafa disana, Foto diman Fafa hanya menggunakan hijab tanpa Niqabnya.

'Andaikan, andaikan sekali saja aku melihat wajahnya,' bathin Arash

''Kenapa dia menyembunyikan wajahnya, ?'' tanya Arash

''Kau yang memintanya, Arash. Kau yang menyuruh nya untuk tidak menampakkan wajahnya di hadapanmu, Kau yang tidak ingin melihat wajahnya, '' ucap Alina menyadarkan Arash kembali pada kesalahannya.

Alina pun bangkit dari duduknya, mendekati Arash yang memegang foto Ara atau Fafa.

''Kau bahkan tidak memberikan Fafa uang, aku sudah berulangkali menyuruh mu untuk bersikap baik sedikit saja padanya, Tapi kau seakan tuli dengan ucapanku, dan sekarang kau ingin aku membantu mu lagi, aku harus melakukan apa lagi, Arash?'' tanya Alina

*********

Pagi menyambut dengan begitu indah, Pemandangan kampung begitu asri. apalagi jauh dari jalan raya. Udara terhirup dengan begitu sejuk. Saat ini Fafa berdiri di belakang rumahnya. Rumah yang penuh kenangan bersama sang Nenek.

''Fafa, bibi ke pasar dulu ya,'' ucap sang Bibi dari dapur

''Iya, Bi. Tante dan kak Hans udah bangun apa belum bi?'' tanya Fafa, Karena setahu Fafa Hans tidur lagi setelah melakukan sholat subuh berjamaah tadi.

''Seperti nya sudah, Nak. Buatkan mereka minuman nantinya ya, kalau begitu Bibi berangkat dulu takutnya kehabisan ikan nanti, '' ucap sang Bibi

''Hati-hati Bi, '' ucap Fafa

''Baik sayang, Assalamu'alaikum, ''

''Waalaikum salam, '' jawab Fafa seraya kini masuk ke dapurnya lalu membuat kan minuman untuk Hans dan Mamanya.

''Kita bawa saja Fafa bersama kita, Hans. Mama yakin... Arash pasti akan kembali lagi dan membuat masalah lagi, '' ucap Mamanya Hans.

''Tidak, Ma. Mereka masih talak satu, ada kemungkinan mereka akan kembali lagi, mengingat Fafa sangat mencintai Arash dan Arash juga mencintai Fafa, mereka hanya salah faham, Ma,'' ucap Hans

''Salinh mencintai bagaimana, Paakh menikahi wanita lain itu masih di bilang mencintai, Istri yang di katakan babu, mana ada pria macam itu, '' cibir Mamanya Hans yang masih emosi jika membahas masalah tadi malam.

''Kita tidak boleh ikut campur terlalu jauh urusan mereka, Ma. Kita hanya cukup melindungi Fafa saja, semua keputusan juga ada di tangannya Fafa, kita tidak bisa memaksa Fafa untuk tidak kembali pada Arash, '' ucap Hans dengan bijak, padahal dia juga sakit hati saat mengatakan hal itu, berharap Arash dan Fafa tidak pernah bersatu kembali. Fafa yang tidak sengaja mendengar pembicaraan itu merasakan nyeri sekaligus tersentuh. Fafa melanjutkan langkahnya dengan membawa dua cangkir kopi untuk Mamanya Hans dan juga untuk Hans, Berusaha tampil tegar dengan senyuman nya, Namun Hans tahu... hatinya sangat lah rapuh dan hancur.