Di Balik Niqab Istri Pertama Yang Ku Sia-siakan

Di Balik Niqab Istri Pertama Yang Ku Sia-siakan

Bab 1 Menikahi Dua Gadis Di Hari Yang Sama

Deg...

Jantungku seakan berhenti berputar, Saat melihat suamiku kembali dengan wanita lain di samping nya, Baru 2 jam yang lalu dia membawaku ke dalam istananya.

Ia berjalan mendekati ku yang masih dengan pakaian kebaya dengan hijab serta niqab yang menutupi sebagian wajahku.

Aku Fatima Az-Zahra, Aku bahagia di persunting oleh pria yang ku kagumi saat aku masih kuliah dulu, Lelaki yang memiliki peringai lemah lembut, dan berwajah tampan kini telah resmi menjadi imamku.

Tapi... di hari pertama pernikahan ku dengannya, aku di buat jantungan olehnya. Ia membawa wanita lain dalam istana yang aku kira hanya ada aku sebagai ratunya.

Aku tertegun menatap pasangan yang begitu serasi di hadapan ku. Wajahku yang sebagian tertutup oleh niqab, mampu menutupi wajah piasku.

''Kau jangan bangga diri bisa masuk dalam keluarga Nugrohojordy, Karena kau... bukan satu-satunya permaisuri yang menjadi ratu disini, Kau wanita yang tak kuharap kan kehadiran nya, Dia adalah Aliana Rasty, istri kedua ku'' ucapnya saat ia berdiri tepat di samping ku, namun... wajahnya tak melihatku walau sejenak.

Wanita itu terlihat tersenyum puas melihat suamiku tepatnya suami kami tak menatap ku sama sekali.

"Sayang, aku sudah lelah, Kita ke kamar pengantin kita yuk? " ajak manja wanita yang menjadi istri kedua lelaki yang baru saja menjadi suamiku juga.

'Apa maksud nya... Bukan aku yang menginginkan pernikahan ini, kenapa seakan aku yang di salahkan,'

Aku menyeka air mataku, Aku menatap keseluruh arah rumah ini, Aku harus tinggal di kamar mana?

Rumah ini begitu luas, banyak kamar di rumah ini. Aku menarik nafas dalam-dalam, menguatkan hatiku untuk bertahan.

Aku butuh bicara dengannya, jika ia tidak menginginkan pernikahan ini, kenapa ia mau ?

Hatiku sakit, perasaanku hancur, Bagaimana ia bisa setega itu membawa wanita lain yang berstatus istri keduanya di hari pertama aku memasuki istananya. Hancur sudah semua harapanku, Aku mengharapkan Jannah berada di bawah makmumnya, Apakah aku bisa bertahan di istana yang juga memiliki dua permaisuri, yang pasti sang raja tidak akan pernah adil. Karena aku tahu dari sorot matanya ia sudah tidak menginginkanku berada di istananya.

Aku terduduk di sofa ruang tamu, bahkan koper yang kubawa tidak tersentuh sama sekali, Apakah di hari pertama pernikahanku, aku semenyedihkan ini?

Isak tangisku terhenti di kala aku mendengar suara Adzan maghrib, Ya... aku berusaha bangun dan mencari salah satu kamar yang ada di lantai satu, Aku tak mungkin lancang mencari kamar diatas yang pasti di sana adalah kamar sang raja dan sang permaisuri kesayangan.

Tidak ada pembantu dalam rumah ini, Aku menyeret koperku, namun sebelum aku menemukan sebuah kamar, Aku mendengar suara langkah kaki yang menuruni tangga.

''Tuan, saya hanya ingin sholat, Apakah ada ruangan atau kamar untuk saya, ?'' tanya ku berusaha menguatkan diri, Karena waktu maghrib hanya sebentar dan aku tak ingin terlambat.

''Di depan mu ada sebuah kamar, itulah kamarmu, " ucapnya tanpa melihatku, Aku tahu... meskipun ia melihat ke arahku ia tidak akan pernah melihat wajahku. Dia suamiku dan aku adalah istrinya, namun ia enggan untuk melihat wajahku. Apa yang bisa aku lakukan jika suamiku sendiri tidak menginginkan aku.

Gadis yang terbiasa dipanggil dengan panggilan Fafa itu pun masuk ke dalam kamar yang sudah ditunjuk oleh suaminya.

Arash Nugrohojordy, dialah lelaki yang dulu ku kagumi dan yang selalu memberikan aku tatapan sendu dan menenangkan, Tapi kali ini... tatapan itu seakan penuh dengan kebencian.

Aku ingin mengatakan jika aku adalah Az-Zahra, Fatimah Az-Zahra, adik junior nya semasa kuliah dulu.

Setelah ia selesai kuliah, aku tak tahu lagi akan kabarnya, Aku yang kehilangan kedua orang tuaku pun meninggal kan kota ini dan tinggal dengan nenekku di desa. Di sana banyak para santri, sehingga aku bergaul dengan mereka, sedikit demi sedikit, aku bisa mengubah penampilan ku, menutup Aurat dan saat ini aku sudah setahun memakai niqab.

Takdir membawaku kedalam perjodohan yang tak bisa aku tolak, Nenekku ingin melihat ku menikah sebelum ia menghembus kan nafas terakhir nya, Dan itu kini telah terjadi, Aku menikah dan aku bisa melihat senyum nenek ku yang terbaring.

Di dalam kamar yang lumayan luas ini, Aku membuka niqab yang menutupi wajahku, ku tatap wajah yang pernah ia kagumi dulu.

Wajahmu adalah hal yang membuatku bersemangat menjalani hariku, tetaplah tersenyum, dan jagalah wajah dan hatimu untukku

Dulu kata itu adalah hal yang membuat ku selalu tersenyum, namun... setelah empat tahun berlalu, semuanya sudah berubah, hanya aku yang berharap akan pertemuan yang indah.

"Kau terlalu percaya diri dan banyak berharap, kau bagaikan langit dan bumi jika bersama dengan nya, kau lihat lah, lelaki yang kau kagumi ternyata sosok yang menghancurkan hatimu hingga tak tersisa,"

gumam Fafa seraya menatap dirinya, Lalu ia mengeluarkan handuk dan perlengkapan sholat nya. Ia ingin mengajak suaminya untuk sholat bersama, Namun... ia takut. Akhirnya Fafa pun sholat sendirian di kamarnya.

Baru saja Fafa selesai sholat, Ia mendengar suara tawa dari luar kamar nya.

"Sayang, Aku ingin berlian dan bulan madu di Cappadocia, " rengek istri kedua suami ku

"Tentu, tapi lusa ya. Besok aku masih ada urusan, " jawaban suamiku dengan suara lembut dan penuh cintanya, lalu suara mereka tak terdengar lagi, saat suara pintu tertutup ku dengar.

Sesak, dada ini terasa sangat sesak. Aku mengambil ponsel ku dan membaca Ayat suci Al-Quran dari ponsel. Pikiran ku tenang di tengah-tengah kehancuran yang memporak poranda hatiku. Setelah beberapa saat aku meletakkan ponselku dan juga membuka mukena yang kukenakan. Sedari tadi siang perutku belum terisi apapun, aku beranikan diri untuk keluar dari kamar dan mencari sesuatu yang bisa ku makan di ruang dapur. Nyatanya aku tidak menemukan apapun selain mie instan.

''Alhamdulillah, Masih ada Mie, '' gumamku lalu ku masak mie instan dan memakannya. Aku harus kuat untuk saat ini.

Ini baru hari pertama tapi hatiku sudah merasa hancur. setelah mie instan yang kumasak sudah habis, Aku pun duduk di sofa ruang tamu, tak lupa aku memakai hijab dan niqab ku. Kata 'Tak ingin melihat wajahku' selalu terngiang di telinga ku.

Aku memainkan ponsel ku, melanjutkan Novel yang sudah beberapa hari kutinggalkan.

Aku adalah penulis Novel online dan alhamdulillah itu bisa mencukupi biaya hidupku dan juga Nenek ku.

Berusaha menenangkan pikiran agar aku bisa fokus melanjutkan karyaku.

'Oke, Fafa. Kau harus semangat, saat ini kau harus bertahan demi Nenek,' bathin Fafa.

Terpopuler

Comments

Rini Musrini

Rini Musrini

awal cerita yg bikin nyesek lelaki gk punya hati . yg sabar fafa

2023-06-14

0

SEPTi

SEPTi

penasaran dengan kelanjutannya

2023-05-19

0

Endang Suryoningsih

Endang Suryoningsih

mampir

2023-02-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!