Demi cita-citanya untuk bisa kuliah di Jakarta, Sella menumpang tinggal di rumah sang kakak. Disya sang kakak selalu sibuk dengan rutinitasnya sebagai wanita karier. Dia meminta Sella untuk mengurus kebutuhan Bagaskara sang kakak ipar, menggantikan peranan sang kakak.
Seiringnya waktu rasa cinta hadir di antara Sella dan Bagaskara. Bagaskara merasa kagum dengan sosok Sella, di tengah kemelut rumah tangga dengan Disya. Hingga akhirnya kejadian di suatu malam, mengubah segalanya. Disya marah besar dan mengusir Sella dari rumahnya membuat hubungan Kakak dan Adik terputus.
Siapakah yang akan Bagas pilih? Ikuti kisah perjalanan cinta mereka dalam karya "Terjerat Pesona Sang Kakak Ipar."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pujian Untuk Sella
Makanan sudah tersaji di meja makan. Sella memberitahu kalau makanan sudah siap. Tentu saja mereka tak akan menunggu waktu lebih lama. Hanya mencium aromanya saja, mereka langsung merasa laper.
"Sel, ayo kita makan bersama. Masa kamu tak ikut makan sih yang masaknya," ucap mamanya Bagas.
"Iya, Bu. Nanti saja, aku belum lapar," jawab Sella.
Semuanya tampak bersemangat mengambil makanan, masakan Sella sungguh menggugah selera mereka.
"Kasihan banget sih kamu, mau makan saja harus mengambil makan sendiri. Fungsinya punya istri apa," sindir mamanya Bagas. Membuat Disya merasa tak suka.
"Em, lezat sekali Sel masakan kamu. Masih muda, sudah pintar masak. Belajar dimana? Suami kamu pasti nanti senang, setiap hari di manjakan lidahnya sama kamu," puji mamanya Bagas.
"Jangankan suaminya Ma, aku saja setiap hari di manjakan lidahnya sama Sella. Makanya, tubuh aku menjadi berisi seperti ini," ucap Bagas yang ikut bicara membuat Disya merasa tak suka mendengar suami dan ibu mertuanya memuji Sella sang adik.
"Sayang, kepintarannya tak menurun sama Kakak kamu. Tapi, bagaimana mau pintar. Rasa keinginan untuk bisa memasak saja, tak ada," cerocos mamanya Bagas lagi.
Hingga akhirnya Disya terlihat langsung menghentikan makannya, dia langsung pergi meninggalkan meja makan. Tentu saja hal itu membuat Sella merasa tak enak hati dengan sang kakak.
Namun, sang ibu mertua terlihat tak peduli. Dia justru memaksa Sella untuk menggantikan tempat duduk sang kakak. Sella sudah berusaha menolaknya, tetapi mamanya Bagas terus memaksa. Hingga akhirnya Sella mengikutinya, dia duduk di sebelah Bagas menggantikan sang kakak.
"Gas, orang menikah itu pasti ingin memiliki keturunan. Secepatnya kamu memiliki anak, jangan terlalu lama menunda. Tak bagus juga kalau kelamaan menunda, nanti yang ada justru sulit punya anak," ucap sang mama.
"Kami tidak pernah menunda Ma, hanya saja memang belum dikasih. Mungkin masih disuruh berpacaran dulu," jelas Bagas. Karena, meskipun Disya selalu mengatakan belum siap memiliki anak, Bagas tak pernah tahu kalau selama ini Disya selalu mengkonsumsi pil KB.
Kedua orang tua Bagas sudah pulang, Bagas pun sudah masuk ke kamarnya. Menemui sang istri yang sedang ngambek di kamar.
"Benar 'kan kata aku, pasti mama meributkan tentang anak. Kita ini baru menikah tiga tahun, banyak di luaran sana yang sudah bertahun-tahun tetapi masih belum mendapatkan anak," ucap Disya.
"Mungkin karena usia aku sudah matang, sudah waktunya memiliki anak. Mama juga sudah tak sabar memiliki cucu," jelas Bagas yang mencoba memberi pengertian kepada sang istri.
Disya merasa tak suka, karena semua orang memuji adiknya. Padahal semua ini karena sikapnya sendiri yang seperti itu.
"Buat lagi yuk, Yang! Kali saja yang sekarang jadi, 'kan namanya juga usaha. Aku juga kepengen, sudah lama juga," ujar Bagas.
Hingga akhirnya mau tak mau, dirinya harus melayani nap*su suaminya. Padahal sang suami tak kalah perkasanya dengan Adit, saat di ranjang. Membuat Disya tak berdaya. Mende*sah merasakan nikmat.
"Maafkan aku Mas, hati aku masih ada nama Adit. Aku belum siap memiliki anak dari kamu," ucap Disya.
Bagas terlihat sedang membaringkan tubuhnya di ranjang. Napas keduanya masih terengah-engah. Jantung keduanya pun masih berdegup kencang. Bagas tampak menggenggam tangan istrinya dengan erat. Seakan dirinya tak ingin pisah dari istrinya.