Bagaimana jadinya jika wanita yang telah ia rebut suaminya menikahi Ayahnya?
Ya, Dia adalah Maya, Wanita yang rumah tangganya di hancurkan oleh Vanya Adiyaksa Abrisam, Membalas perbuatan sang pelakor dengan balasan yang tidak pernah Vanya bayangkan sebelumnya.
Dengan bermain cantik, Maya diam-diam mendekati Adiyaksa Abrisam yang tak lain adalah Ayah dari Vanya sang pelakor hingga berhasil menikahinya.
Lalu bagaimana kisah mereka setelah menjadi satu keluarga?
Ikuti keseruan pembalasan istri sah terhadap pelakor yang akan tersaji dalam Novel "Menikahi Ayah Pelakor"
Karya : Noor Hidayati
Add FB : I'tsmenoor
Instagram @_itsmenoor
Tiktok @itsmenoor12
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor Hidayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melamar
Akhirnya hari yang mereka sepakati tiba.
Seperti remaja yang tengah di mabuk cinta, Abrisam pun di pusingkan dengan pakain apa yang harus ia kenakan untuk menemui pujaan hati.
Hampir sebagian pakaian yang ada di lemarinya pun telah ia coba dan kemudian ia lempar ke sembarang arah karena merasa tidak ada yang cocok dengan nya.
"Andai saja ada Vanya di sini, Pasti ia akan membantu ku memilihkan pakain mana yang cocok Aku kenakan." gumam Abrisam mengingat putrinya yang tengah menikmati bulan madu bersama Alvin.
Kini Abrisam bercekak pinggang dan mengamati pakaian yang tersisa di lemarinya. Baru saja ia ingin mengambil salah satunya. Terlihat di layar ponselnya panggilan video dari Vanya.
Dengan cepat Abrisam mengangkat panggilan tersebut dan langsung mengarahkan ke lemarinya.
"Vanya sayang, Menurut mu mana pakaian yang cocok untuk Ayah kenakan?" tanyanya antusias.
"Ayah... Siapa wanita yang berhasil membuat Ayah tidak percaya diri seperti ini?" goda Vanya.
"Vanya.... Jangan menggoda Ayah."
"Baiklah, Katakan dengan siapa Ayah akan berkencan?"
"Kamu Akan segera mengetahuinya setelah pulang nanti, Sekarang katakan, Mana yang menurut mu cocok untuk Ayah?"
"Eummm... Sepertinya stelan jas hitam yang suit blazer cocok buat Ayah."
"Ini?"
"Hmmm..."
"Baiklah, Terimakasih sayang, Ayah tidak tau bagaimana jadinya jika kamu tidak membantu Ayah."
Vanya tersenyum dan menutup sambungan telepon. Ia tertawa menggelengkan kepala mengingat sang Ayah yang bertingkah layaknya remaja yang sedang di mabuk cinta.
"Apa yang membuat mu tersenyum seperti ini?" tanya Alvin yang baru keluar dari kamar mandi.
"Ayah..."
"Kenapa dengan Ayah?"
"Setelah hampir tujuh tahun Ayah ku tidak pernah dekat dengan seorang wanita. Kali ini Ayah bertingkah seperti remaja yang baru jatuh cinta," ucap Vanya yang juga terlihat antusias untuk kebahagiaan Ayahnya.
"Benarkah? Aku jadi penasaran seperti apa wanita yang bisa menaklukkan hati seorang Adiyaksa Abrisam."
"Yang jelas dia tidak akan secantik diriku." Vanya merapatkan dadanya ke dada Alvin sembari mendongak ke atas menatap Alvin dengan manja.
"Kita mulai berkemas, Besok pagi-pagi sek. kita harus meninggalkan hotel."
"Masih ada beberapa jam lagi, Aku masih ingin lagi." dengan menggigit bibir bawahnya, Vanya kembali melesapkan handuk yang melilit di pinggangnya.
"Vanya, Kita baru saja melakukannya, Aku juga baru selesi mand.. Oughhh..." Alvin tak dapat meneruskan ucapannya karena Vanya telah memasukkan miliknya ke dalam mulutnya.
Salah satu hal yang membuat Alvin berpaling dari Maya karena Vanya selalu memanjakan miliknya dengan kepiawaiannya.
•••
Di tempat lain, Maya tengah gelisah menantikan Abrisam yang tidak kunjung datang. Netranya tertuju kesana kemari mencari sosok laki-laki yang berjanji menemuinya lima belas menit yang lalu. Namun hingga saat ini, Sosok itu masih tidak kunjung kelihatan.
Hatinya mulai memanas. Tangannya mengepal dan memukul meja, Mengira Abrisam mengingkari janjinya. Dengan kesal ia beranjak dari duduknya dan memutar tubuhnya.
"Maya..." Abrisam yang langsung menangkap tubuh Maya yang nyaris terjatuh karena menabrak tubuh tegapnya.
"Mau kemana?"
"E... A-aku..."
"Kamu merasa bosan? Maafkan Aku jika Aku membuat mu terlalu lama menunggu."
Maya melepaskan kedua tangan Abrisam dan memperhatikan penampilannya pria matang itu dari ujung kaki hingga ujung rambut.
"Dia terlihat benar-benar mempersiapkan diri untuk pertemuan ini, Sementara Aku?" Maya membatin dan melihat penampilannya sendiri yang sederhana seperti biasanya.
"Apa Aku terlihat aneh?" tanya Abrisam.
"E... Tidak, Anda terlihat begitu sempurna, Justru Aku yang merasa aneh karena berpenampilan seperti ini, Sementara Anda terlihat begitu berkelas."
"Kamu mengatakan itu lagi?" Abrisam menjeda ucapannya.
"Sudah ku katakan jangan merendah seperti itu, Kamu begitu sempurna di mata ku, Apapun yang kamu kenakan nampak begitu mempesona."
Maya terdiam dan kembali duduk saat Abrisam memintanya untuk kembali ke kursinya.
Setelah berbincang-bincang tentang bagaimana perasaan masing-masing setelah satu minggu mereka tidak bertemu,
Kemudian Abrisam mengeluarkan kotak kecil dari dalam sakunya dan berlutut di depan Maya.
"Maukah kamu menghabiskan sisa hidup mu bersama ku?"
Kata-kata yang cukup membuat Maya tertegun karena tidak pernah terpikir sebelumnya untuk menghabiskan hidupnya bersama Abrisam. Ayah dari wanita yang telah menghancurkan rumah tangganya.
"Maya..." Abrisam masih menunggu jawaban dari Maya yang masih mematung tanpa ekspresi.
Maya yang tersentak dari lamunannya melihat ke sekeliling dan melihat beberapa pasang mata tertuju pada dirinya seolah ikut menunggu jawaban darinya.
"Maukah kamu menikah dengan ku, Menjadi Ibu dari putri ku dan menemani ku seumur hidup mu?"
Mendengar kata menjadi ibu dari putrinya. Membuat kemarahan di hati Maya kembali menyala. Inilah tujuannya memberinya pelajaran dengan menikahi Ayahnya dan menjadikan Vanya anak tirinya.
"Ini akan menyenangkan dimana wanita yang merebut suamiku akan menjadi putri ku dan mantan suami ku menjadi menantu ku." Maya bergumam dalam hatinya.
"Baiklah... Jika kamu masih merasa ragu, Kamu bisa kembali mempertimbangkan lamaran ini."
"Tidak..." jawab Maya cepat.
"Tidak?"
"Ya... E... Maksud ku, Aku tidak membutuhkan waktu lagi, Aku sudah siap."
"Siap?"
"Ya, Aku siap menjadi istri mu dan ibu dari putri mu." ujar Maya mantap
Mendengar hal itu Abrisam mengukir lesung pipinya sembari memakaikan cincin di jari manisnya.
Pengunjung lain yang sedari tadi memperhatikan keduanya ikut terbawa perasaan dan bertepuk tangan dengan meriah.
Maya dan Abrisam yang seolah mendapat dukungan dari mereka saling menatap malu-malu dan menganggukkan kepalanya kepada mereka yang ikut memeriahkan lamaran sederhana itu menjadi begitu istimewa.
Kemudian Abrisam menarik lembut tangan Maya untuk lebih dekat dengan nya.
"Boleh Aku memeluk mu?" lirih Abrisam dengan mata yang terus menatap orang-orang di sekitarnya.
"Tidak," ucap Maya singkat.
"Baiklah, Kalau begitu izinkan Aku mengecup jemari lentik mu." tanpa menunggu persetujuan dari Maya, Abrisam langsung mengecupnya.
Maya terdiam menatap Abrisam yang begitu lembut mengecup jemarinya. Ada getaran yang ia rasakan dalam hatinya saat bibir itu menyentuh kulitnya. Namun seperti biasa Maya langsung menepis rasa itu dan kembali fokus pada tujuan awalnya.
"Besok putriku pulang, Aku akan menjemput mu dan mengenalkan mu padanya, Kalian pasti akan cocok dan bisa menjadi teman yang baik," ucap Abrisam antusias
"Dengan senang hati. Aku sudah tidak sabar menantikan pertemuan itu, Aku ingin lihat bagaimana ekspresi Vanya ketika mengetahui jika calon istri Ayahnya adalah wanita yang telah ia rebut suaminya." gumam Maya dalam hatinya.
"Maya... Kenapa kamu selalu banyak berpikir?"
"E... Tidak, Aku hanya berpikir apakah putrimu akan menerima ku sebagai ibunya?"
"Kenapa tidak, Kamu baik dan kamu keibuan, Vanya akan merasa sangat senang dengan kehadiran mu."
"Bagaimana jika dia tidak menyukai ku dan menentang pernikahan kita, Siapa yang akan Anda pilih?"
Mendengar pertanyaan Maya, Abrisam terdiam dan memikirkan hal itu.
Bersambung...
📌 Maaf ya libur dua hari, Kemarin sibuk banget 😁🙏