NovelToon NovelToon
Bunga Kering Vs. Narsistik Gila

Bunga Kering Vs. Narsistik Gila

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pembaca Pikiran / Pelakor jahat
Popularitas:722
Nilai: 5
Nama Author: Tri Harjanti

Jarang merasakan sentuhan kasih sayang dari suami yang diandalkan, membuat Mala mulai menyadari ada yang tidak beres dengan pernikahannya. Perselingkuhan, penghinaan, dan pernah berada di tepi jurang kematian membuat Mala sadar bahwa selama ini dia bucin tolol. Lambat laun Mala berusaha melepas ketergantungannya pada suami.
Sayangnya melepas ikatan dengan suami NPD tidak semudah membalik telapak tangan. Ada banyak konflik dan drama yang harus dihadapi. Walaupun tertatih, Mala si wanita tangguh berusaha meramu kembali kekuatan mental yang hancur berkeping-keping.
Tidak percaya lagi pada cinta dan muak dengan lelaki, tetapi jauh di dasar hatinya masih mengharapkan ada cinta tulus yang kelak melindungi dan menghargai keberadaannya di dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Harjanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Benci atau Cinta

Mala tergagap. Bram makin curiga.

"Siapa yang kau telepon?" tanya Bram.penuh selidik.

"I-itu A-ayah," ucap Mala terbata.

"Huh, untuk apa pria tua itu berbicara di telepon. Kayak nggak biasanya aja nongol terus di rumah ini!" gerutu Bram.

Sontak Mala terkejut. Benar Bram tak akur dengan ayahnya, tapi tak sopan berbicara begitu tentang orang tua.

Mala tak menanggapi, ingin segera berlalu dari hadapan Bram. Lalu Mala ingat panggilan masih tersambung. Secepatnya mengakhiri panggilan. Seketika risau ayahnya telanjur mendengar suara Bram. Bagaimana ini jika Ayah benar mendengarnya. Mala tak enak hati, walau dia sendiri berani mengucap sindiran pada ayahnya, tetapi tetap tak tega bila Bram yang mengatakan hal buruk pada ayahnya.

"Mau ke mana Mala?" cegah Bram menarik lengan Mala.

"Mandi!" ketus Mala.

"Wah, ikut!"

"Nggak usah!" Mata Mala melotot. Lelaki ini baru saja menggerutu, lalu berubah merayu. Sungguh suasana hatinya mudah berubah.

"Kenapa nggak boleh, Mala?" Bram merajuk. Diikutinya Mala dari belakang. Mala yang telah memasuki kamar mandi mulai kesal. Berusaha mendorong tubuh Bram sekuat tenaga.

"Ini tidak benar, aku mau mandi sen-di-ri ... Bram!"

Brak!

Akhirnya Bram berhasil terdorong keluar dan secepat kilat Mala menutup pintu kamar mandi.

"Brengsek!" teriak Bram. Mala mendengarnya dari balik pintu, Mata memejam. Kedua tangan mengepal meremas handuk yang tersampir di dada.

Menyalakan keran shower dan membiarkan airnya mengguyur kepala yang hampir meledak.

"Sungguh tak tahan, tak tahan aku dengan sikapnya," gumam Mala memukuli dadanya sendiri.

Mendadak merasa jijik dengan tubuhnya, yang beberapa jam lalu berpeluh bersama Bram di ranjang.

"Bagaimana bisa aku jijik dengan diriku sendiri? Apa karena aku bermain peran, mengelabuinya berpura cinta padahal benci setengah mampus. Aku kira tak ada salah berarti deng perasaanku, bukankah dia suami yang kunikahi dengan cinta, tapi kenapa untuk bersentuhan kulit dengannya saja aku merasa mual?"

Mala memukuli dinding keramik kamar mandinya. Berharap suara isak tangis dan keluhannya teredam guyuran air shower.

"Berusaha kuat atau berpura-pura kuat, atau aktingku terlalu buruk tak bisa pura-pura bahagia saja bersama Bram suamiku sendiri. Apa sekian lama memendam kecewa, sekian lama menelan penghinaan, menjadikan aku mati rasa.

Kini terperangkap zona mati rasa lalu apa yang harus aku lakukan untuk mempertahankan rumah tangga?"

Mala kesal sendiri. Menceracau tak tentu rupa. Memikirkan bagaimana bisa kekasih Bram begitu menginginkan suaminya itu ... padahal Mala saja tak tahan dengan kelakuan Bram sehari-hari.

"Mala!" Sebuah teriakan mengganggu lamunan. Siapa lagi kalau bukan Bram. Menggedor pintu kamar mandi seolah ada hal penting yang terjadi.

"Mala, Mala!" teriaknya menggema.

"Ini loh Mia mau sekalian mandi!" ujarnya lagi.

Huh, Bram berteriak di sisi pintu kamar mandi. Dan dia pun memanggil Mala, bukan Mah. Jadi pastinya tak ada Mia di dekatnya.

Mala sudah tahu itu hanya trik dari Bram yang ingin mandi bersamanya.

Heran, terbuat dari apa sih otaknya itu, mesum saja pikirannya!

Mala bukannya tidak tahu ajaran di agamanya yang menganjurkan untuk tidak pernah menolak suami bila suami menghendaki penyatuan, tapi ... suami yang bagaimana dulu Tuhan? Mala merajuk.

Kalau suami setia dan bertanggung jawab tentunya Mala dengan senang hati mengiyakan. Kalau suami yang sudah jelas berselingkuh, teramat sulit menghapus bayangan saat lelaki itu membahagiakan kekasihnya dan meninggalkan Mala dalam derita.

Apa benci dan muak ini sementara atau selamanya? Dan bagaimana jika ini berlangsung selamanya? Mala juga belum tahu jawabannya.

Mala menyudahi mandi yang tak santai. Tegang, takut Bram bersikeras mendobrak pintu kamar mandi.

Memasuki kamar, Mala terkejut bukan main.

"Sudah itu, mandi, Pah!" seru Mala berusaha biasa. Padahal hatinya sudah gedek lihat Bram berbaring telanjang di atas kasur. Apalagi pintu tidak terkunci, apa dia pikir hanya tinggal sendiri? keluh Mala dalam hati. Bagaimana jika kebetulan anak-anak perempuannya memasuki kamar ini. Mala mendengus kesal.

Bram berdiri berusaha meraih Mala. Spontan Mala menghindar dan melempar handuk basah. Handuk yang tadi membungkus rambut habis keramasnya.

Bram berang. Mulailah dalil-dalil ilmu tentang suami istri dia keluarkan untuk menundukkan Mala. Dilemparkan handuk basah ke wajah Mala.

"Masih bagus aku masih mau sama kamu, sok jual mahal!"

Denyar halus merambat dada Mala. Denyar kecewa dan bukan cinta.

"Kok bicara begitu, Pah?" Mala menghentikan kegiatan mengeringkan rambutnya.

Mereka saling tatap. Tidak tahan Mala membuang muka. Bram mendecih.

"Benarkan, kamu nggak suka aku, Mah? Pura-pura aja kamu bilang kangen!"

Mala tak menjawab. Seperti ketahuan di game awal. Bram memakai bajunya sementara mulut sibuk mengomel. Atau lebih tepatnya mengancam. Itulah tindakan yang selalu dilakukan Bram bila keinginannya tak dituruti. Persis anak kecil yang mengamuk di pasar ketika orang tuanya tak membelikan mainan.

Apa iya memang begitu, ya? Mungkin waktu kecil, Bram anak yang suka ngambek, tantrum tak jelas. Sedangkan pacar Bram, yang menurut ayah Mala telah melempar sihir demi mendapatkan Bram.. hanyalah wanita yang sewaktu kecil selalu ingin merebut mainan milik temannya. Iya, Mala tahu ada anak-anak bersikap begitu. Sebab manusia tumbuh besar membawa karakter yang terbentuk sedari kecil.

"Mala, kamu beda sekali sama wanita di luar sana. Mereka lebih menghargai aku ketimbang kamu," keluh Bram.

Mala terhenyak, inginnya menyumpal mulut Bram dengan pengering rambut yang terkulai di tangannya.

Cepat dihalaunya pikiran ngawur otaknya sendiri.

"Jangan-jangan ... kemarin itu kamu bukan mengirim pesan ke aku ya?!" tuduh Bram, buat Mala jengkel dan kali ini ingin melempar bantal pada wajah menyebalkan itu.

Oh, Tuhan ... Bagaimana mungkin wajah yang dulu buatku bucin tolol kini sungguh memuakkan bagiku.

Jadi, inikah yang dinamakan ... jangan menikah karena cinta, wajah ganteng, atau kekayaan. Semua itu bisa hilang. Lenyap tanpa bersisa.

"Memang benar mengirim pesan untukmu, jangan coba-coba menuduhku sembarangan, aku bukan selingkuhanmu yang gampang bermain cinta dengan lelaki yang bukan suaminya!"

Bola mata Bram membulat. Justru terlihat senang Mala tampak terganggu, menyebut selingkuhan yang baru kali ini dilakukan—penuh rasa amarah.

Bram berpikir, si kutub utara itu akhirnya bisa cemburu juga. Bram tambah tertantang. Ingin menikmati kecemburuan Mala.

"Suaminya membosankan jadi dia mencariku untuk menghiburnya," ucap Bram tanpa rasa bersalah. Mala melotot.

"Dia punya suami??"

"Iya."

Mala speechless.

Kelakuan Bram memang membagongkan.

"Suaminya selingkuh, dan aku jadi tempat curhatnya."

"Ba-bagaiman bisa?"

"Tak ada yang tak mungkin di dunia ini Mala, ini aku cerita ya, soalnya kamu juga udah telanjur nyinggung soal dia."

Mala tak sanggup berkata-kata. Heran Bram begitu entengnya membahas selingkuhan.

"Wanita itu kesepian karena suaminya sering meninggalkannya, jadi dia membutuhkanku. Bersamanya aku merasa dibutuhkan sekaligus dihargai, tidak seperti di rumah ... kamu diajakin mesra aja kayak dikejar debt collector!" sungut Bram.

Mata Mala membelalak. Sudah cukup Bram aku tak mau dengar! Jerit Mala dalam hati.

1
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
Nurika Hikmawati
Semangat terus ya Mala... kamu pasti biaa bngkit
Nurika Hikmawati
gantian coba kamu yg di rumah Bram!
Nurika Hikmawati
ceritanya bagus, penulisannya enak dibaca.
Nurika Hikmawati
kasihan sekali mala... sabar ya mala
Nurhikma Arzam
agak seram ya boo
Nurhikma Arzam
curiga sama bram asem
Janti: emang asem sie dia
total 1 replies
Nurhikma Arzam
kereen nih semangat thor
Janti: makasih yaa
total 1 replies
Meliora
🥺 Drama ini sukses membuat saya terharu.
Janti: Makasih yaa👍
total 1 replies
Dulcie
Kisahnya bikin meleleh hati, dari awal sampai akhir.
Janti: makasih kk udah mampir👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!