Ternyata, Istri Muda

Permintaan Zahra cukup ringan, tetapi Abram juga tak berkenan menurutinya. Sehingga, mereka berdua berdebat. Zahra merasa beruntung saat Dania ngambek dan memilih keluar dengan Intan. Karena pada saat itu, ia memiliki banyak waktu untuk berbicara pada Abram.

“Kamu suruh suami beli buat teman-temanmu, apa itu pantas? Bee, kamu mending jauhi teman yang begitu. Sombong dan angkuh!”

“Cukup, Mas!” Nada Zahra meninggi.

“Bisa kamu bayangin gak? Aku kalau jauhi mereka, pada saat kamu gak ada di rumah, pada saat kamu gak bisa dihubungi saat aku kritis hampir mati. Siapa yang aku andalkan? Siapa yang bisa aku teriaki minta tolong?”

Abram terlihat acuh tak peduli. “Kamu bisa keluar ke rumah tetangga. Kamu juga bisa telepon pak RT kan? Itu cuma alasanmu aja, Bee.”

“Alasan? Buat berdiri aja aku gak bisa, gimana mau keluar rumah?” Napas Zahra tersengkal-sengkal menahan amarah yang membumbung.

“Gini aja deh, lebih aman kalau aku tinggal sama ayah, ibu.”

“Zahra! Apa kurang yang aku kasih sampai kamu tinggal sama orang tuamu? Dimana-mana, istri itu ikut suami.” Amarah Abram memuncak. Ia bahkan langsung memanggil nama Zahra, bukan nama panggilan kesukaannya.

Air mata perempuan berusia 23 tahun, akhirnya terjun bebas tanpa kontrol. Setelah di tahan begitu baik dalam bendungan, pada akhirnya juga jebol. Setelah dua tahun lamanya berumah tangga, baru pertama kali Abram memanggil dengan nama Zahra.

Sepenggal salam terdengar dari arah pintu. Suara seorang lelaki, sedikit sesak-serak basah, membuat mereka berdua menoleh bersamaan. Zahra buru-buru menghapus air mata, kala mengetahui kehadiran sang ayahnya.

“Waalaikum’mussalam.” Jawab mereka berdua kompak.

“Ayah, kesini sendiri?” tanya Zahra celingukan mengamati sekitar.

“Ngak, tadi sama pak Samsul. Orangnya lagi ngerokok di luar.”

“Ibu ngak ikut?” Sela Abram menarik kursi untuk tempat duduk sang mertua.

Ayah Zahra, Pak Ahmed, ia menghela napas panjang. Serasa ada beban berat yang ingin segera dia keluarkan.

“Ibumu bisa jantungan. Liat anaknya operasi sendirian gak ada yang menemin.” Gerutu Pak Ahmed. Dua orang itu hanya mampu menunduk tanpa bisa membela sedikitpun.

“Mana si Intan sana si Din?”

“Dania, Ayah. Mereka lagi beli makan. Ayah mau makan juga? Biar Zahra titipin ke mereka.”

Pak Ahmed melambai sembari menelan salivanya. “Gak gak! Ayah cuma mau bilang makasih. Mereka itu capek semalaman jagain kamu, kenapa gak pesen di online online itu? Atau suruh orang buat beli. Rumah sakit ini agak jauh dari jalan raya, di depan juga cuma ada warung kopi.”

Abram terlihat mati kutu di depan sang mertua. Zahra pun melirik suaminya diam-diam. Melihat ekspresinya itu, Zahra sangat jengkel. Zahra berkelit, meyakinkan sang ayah tentang rasa bosan yang mungkin teman-temannya hadapi.

“Datang jam berapa kamu?”

“Satu jam yang lalu, Yah.” Jawab Abram terdengar gugup di telingga Zahra.

Pak Ahmed mengeluarkan rantang kecil dari dalam paper bag yang dibawanya. Dibukanya rantang itu hati-hati, bagian atas berisi kaldu yang begitu harum, bagian bawah berisi bubur.

“Aku gak bilang kamu habis operasi, cuma bilang kalau gak enak badan di rumah. Ibumu langsung buru-buru ikut. Untung Pak Samsul cepet-cepet jemput ayah. Jadinya ya cuma bubur aja yang dibuat.” Jelas Pak Ahmed mengambil mangkuk kecil dan sendok.

Satu persatu suapan kecil penuh kasih sayang itu masuk ke dalam mulut Zahra. Di kunyah dengan baik, dan di telan cepat-cepat. Kaldu daging yang tercium semerbak, terlihat sangat menggoda perutnya.

Selesai menikmati makan malam. Dania dan Intan kembali untuk mengambil tas. Namun saat bertemu Pak Ahmed, kepergian mereka harus tertunda sebentar.

“Temenin Zahra bentar ya? Bapak mau ke administrasi sama Abram.”

Mereka semua jelas tau, Administrasi hanya bisa diurus ketika pasien mendapatkan izin pulang. Itu hanya alasan ayah Zahra saja, agar bisa mengobrol dengan menantunya. Bagi Dania dan Intan itu tak masalah, tapi bagi Zahra, tidak.

...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...

Jangan lupa untuk meninggalkan komentar yang baik dan bijak. Jika suka, jangan lupa like dan masukkan ke daftar Favorit. Jika tidak, Anda bisa langsung meninggalkannya.