NovelToon NovelToon
Tatap Aku, Suamiku

Tatap Aku, Suamiku

Status: tamat
Genre:Romantis / Nikahmuda / Poligami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Tamat
Popularitas:17M
Nilai: 4.9
Nama Author: Casanova

Musim pertama : Tatap Aku, Suamiku
Musim Kedua : Bunda dari Anakku


Jatuh cinta pada pandangan pertama, membuat Wira (22 tahun) nekad membawa kedua orang tuanya ke Yogyakarta untuk melamar Naina ( 17 tahun), yang hanya seorang gadis yatim piatu.
Wira yang terlahir dari keluarga berada, menikah dengan Naina yang hanya gadis dari keluarga biasa.

Lima tahun pernikahan, guncangan menghantam kehidupan rumah tangga mereka. Dunia Naina hancur seketika. Kebahagiaan yang selama ini direguknya, apakah hanya sebuah kebohongan semata atau memang nyata. Apakah pernikahan ini sanggup di pertahankan atau harus berakhir??

Ikuti perjalanan rumah tangga Wira dan Naina

“Tolong tatap aku lagi, Suamiku.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

S1. Bab 8

“Iya, Nai. Ada apa, Sayang?” sapa Wira, begitu ponsel mahalnya menempel di telinga. Tanpa peduli pergerakannya yang diiringi tatapan sinis Stevi.

“Mas maaf, Nai pulang sendiri. Nai sudah di taksi.”

Kalimat yang tertangkap indra pendengaran Wira, yang diucapkan dengan suara lembut Naina, membuat perasaan Wira dihantam rasa bersalah. Mengedarkan pandangannya, mencari jam dinding. Pikirannya membeku, waktu sudah hampir jam sebelas malam. Dia tertidur, sampai membiarkan istrinya menunggu hingga larut.

“Iya Nai, Mas juga sudah mau pulang. Nai tidak perlu mampir kemana-mana, nanti pulang Mas belikan martabak telurnya,” ucap Wira. Perasaannya cemas memikirkan Naina yang pulang sendirian, di tengah malam seperti ini.

“Maafkan Mas. Nai hati-hati, kalau ada apa-apa segera hubungi Mas.” Lelaki itu berpesan, dengan rasa was-was menyeruak memenuhi rongga dadanya.

Setelah mematikan sambungan teleponnya, alunan suara lembut Wira yang mendayu saat berbicara dengan Naina pun menghilang, berganti suara tegas mengerikan tanpa kesan manis sama sekali. Lelaki itu seperti memiliki dua kepribadian saja, sisi malaikatnya akan muncul saat berhadapan dengan istrinya, tetapi akan berganti mengerikan kala berhadapan dengan Stevi.

“Aku lelah Stev, aku tidak mau berdebat lagi,” cerocos Wira, tersenyum menatap kotak hadiah yang tergeletak di atas meja.

“Sudah kuduga. Ckckckck!” Wira kembali berdecak kesal.

“Kurang apalagi selama ini aku padamu, sampai hadiah yang seharusnya menjadi milik Nai pun masih saja kamu curi,” sindir Wira.

“Mas, tidak bisakah berlaku adil padaku. Sekali saja,” pinta Stevi dengan mata berkaca-kaca. Kali ini nada bicara Stevi melunak, melembut dibanding biasanya. Matanya mengekor pergerakan arah lelaki yang diakuinya sebagai suami.

Terlihat Wira menyambar kasar kotak hadiah dan mengantonginya ke saku celana. Tanpa banyak bicara, lelaki itu sudah bergegas menuju pintu keluar.

“Mas, bisakah sekali saja menginap disini. Aku juga istrimu,” pinta Stevi dengan nada manjanya. Tiba-tiba memeluk erat pinggang Wira, membenamkan wajahnya di punggung kekar yang membeku di tempat.

Tangan Wira yang tadinya mengenggam erat daun pintu, terjatuh saat mendengar suara lembut Stevi.

“Maafkan aku, Stev. Kasihan Naina, dia membutuhkanku sekarang.” Wira melembut, tidak bicara sekasar sebelumnya.

“Tidak bisakah memperlakukanku semanis kamu memperlakukan Naina. Bahkan hubungan kita ada sebelum Naina masuk ke dalam kehidupanmu, meskipun hanya sebagai teman baik. Kamu jauh mengenalku lebih dulu, dibandingkan Naina. Tidak bisakah mencintaiku seperti kamu mencintai Naina, Mas?” pinta Stevi, mengeratkan pelukannya, mengecup punggung Wira.

“Maaf.”

“Tidak bisakah, jangan hanya melihatku sebagai mama dari putrimu tetapi lihat aku sebagai istrimu, Mas. Aku juga istrimu. Bukankah aku harus mendapatkan hak yang sama seperti Naina. Mendapatkan perhatianmu, cintamu dan hatimu juga,” rengek Stevi.

“Maaf.”

Kedua tangan Wira hanya menjuntai kaku di sisi kiri dan kanan tubuhnya. Tidak ada niatan sedikitpun untuk mengenggam tangan Stevi yang mengunci di perut rata berototnya.

“Bahkan aku tahu, jauh di lubuk hatimu, kalau kamu tidak mengizinkanku memanggilmu sama dengan Naina memanggilmu. Bukankah benar begitu, Mas?” tanya Stevi.

“Maaf. Aku harus menemui Naina. Ini sudah malam, dia sendirian di luar sana. Dia berbeda denganmu. Dia gadis baik-baik saat aku nikahi dan bawa ke Jakarta.”

“Apa aku bukan gadis baik-baik di matamu, Mas. Tega kamu, Mas.”

Tangis Stevi pecah, setelah mendengar pernyataan Wira, lelaki yang menikahinya dua tahun lalu. Selama dua tahun ini, dia berusaha meluluhkan perasaan Wira dengan berbagai cara, tetapi lelaki itu tetap membentengi diri. Bahkan Nola, putri mereka tidak bisa membuat Wira goyah. Sejauh ini, Wira tetap bertahan disisinya hanya karena Nola.

“Mas, tidak bisakah menemaniku malam ini? Sekali saja. Aku juga istrimu,” pinta Stevi memohon.

“Maafkan aku, Stev. Tetap berdiri di tempatmu. Karena ketika kamu memaksa maju, hanya akan membuatmu terluka sendiri,” ucap Wira.

“Aku harus pulang. Besok siang aku akan menemui Nola,” pamit Wira, membuka belitan tangan Stevi yang mengunci perutnya.

Lelaki itu sudah berlari masuk ke dalam mobil, tak lama deru kendararan beroda empat itu terdengar meraung dan menjauh dari halaman rumah diiringi tangis Stevi yang semakin pecah. Tubuh wanita itu luruh jatuh melemas di lantai, terduduk memeluk lutut dengan tubuh gemetar.

“Bahkan kamu tidak pernah menganggap ini rumahmu juga, Mas. Setiap berpamitan, kamu selalu mengatakan kata pulang,” ucap Stevi di sela isakannya.

***

Mobil Wira masuk ke pekarangan rumahnya, saat hari sudah berganti. Wira melirik jam di pergelangan tangannya, sudah lewat jam 12 malam. Tertahan terlalu lama di depan pintu rumah Stevi membuatnya menghabiskan waktu lebih lama untuk tiba di rumah.

Ada rasa bersalah, lagi-lagi harus pulang malam dan membuat Naina menunggu. Turun dari mobil sembari menenteng sekotak martabak telur yang masih hangat. Memenuhi janjinya pada sang istri.

Dengan kunci cadangan, Wira masuk ke dalam rumah. Suasana rumah sudah gelap, kemungkinan Naina dan Mbok Sumi sudah terlelap. Meletakan sekotak martabak telur ke atas meja makan, Wira jadi ragu sendiri apakah harus membangunkan Naina atau membiarkan istrinya itu melanjutkan tidurnya.

Setelah meneguk habis segelas air putih dari kulkas, Wira memilih menemui Naina di kamar. Yakin sekali, kalau istrinya itu sudah terlelap, apalagi sudah lewat tengah malam.

Mata Wira terbelalak lebar saat membuka pintu kamar tidak mendapati istrinya di dalam. Tempat tidur mereka masih rapi, tidak tersentuh dengan bantal dan guling masih tertata di tempatnya. Tidak ada tanda-tanda Naina di dalam sana.

Setengah berlari, netra hitam itu menyapu seluruh ruangan. Berpindah mencari ke walk in closet, hasilnya tetap nihil. Tetap tidak ada Naina di sana.

“Nai ....”

“Nai ....”

“Nai ....” Wira menyerukan nama istrinya itu berulang kali. Panik mulai mendera saat mencari sampai ke kamar mandi pun, Naina tidak ditemukan.

Berlari keluar, menggedor kamar Mbok Sumi.

“Mbok!”

“Mbok!”

“Mbok!” teriak Wira, hampir menggila. Lelaki itu sudah akan mendobrak pintu kamar asisten rumah tangganya, beruntung Mbok Sumi segera membuka pintu.

“Ada apa, Pak?” tanya Mbok Sumi dengan wajah mengantuknya. Asisten rumah tangga itu sudah terlelap, tiba-tiba terbangun mendengarkan teriakan majikannya.

“Istriku, apa ibu melihat istriku? Aku sudah mencari di kamarnya, tetapi tidak ada.”

Mbok Sumi menggeleng.

“Maaf Pak, saya tidur sejak pukul delapan malam. Tidak mendengar ibu pulang,” sahut Mbok Sumi.

“Kalau istriku belum pulang, sekarang ada dimana istriku, Bu?” tanya Wira, dengan gugup. Terpikir hal-hal buruk yang terjadi pada Naina. Apalagi istrinya itu di luar sendirian, di tengah malam buta seperti ini.

Kepanikan Wira semakin menjadi, saat menghubungi nomor ponsel Naina yang tidak aktif.

“Nai, kamu dimana, Sayang?” bisiknya hampir menangis. Tubuhnya melemas, dengan sesal mengumpul di dada. Kalau terjadi sesuatu pada Naina, dia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.

***

TBC

1
Afan Lilah
knapa mantan Mertua jd segalak ini ya?
Nayy
hedeeeeh...wes ruwet koyo dawet
Nayy
thooorrrr.....naruh bawang nya kebanyakan 😭😭😭
Bahkan seakan ikut merasakan sakit yang sesakit itu bagi Dennis
Nayy
kereeeennn.....🥳🥳🥳 itu baru laki laki gentleman brooo....dennis
full bintang ,subricrible, vote d tutup kopi
kalea rizuky
dih mau manasin ya bang gk mempan
kalea rizuky
bapak e wira ttep tolol
kalea rizuky
pdhl lu dalang kehancuran nay jg lo nis sok pahlawan
kalea rizuky
nayna g tau ya Denis itu biang keladi kehancuran mu meski suamimu emank bloon jg emak mertua munafik durjana
kalea rizuky
Denis kakk baik lo sebenernya karena emak aja yg jalang
kalea rizuky
laki. goblokkk
kalea rizuky
Naina lemah males cerai ywdah suami tukang selingkuh kok di pertahan kan najis ddh
Lilik Juhariah
the best karyamu memporak porandakan htiku thor , sport jantung
Lilik Juhariah
walaupun novel ni dah end daribdulu , gemes juga , hak naina dong mau cinta sama siapa kan kalian dah cerai , kamu yg nikah sama stevy
Lilik Juhariah
kenapa susah sekali ngomong , mendem terus , modelan gini gmn BS idup tenang Nay, keluarin unek unekmu
SisAzalea
dalam cerita ini,yg paling bodoh adalah Naina,bodoh dulu,sekarang dan mungkin selama nya
SisAzalea
apa lagi niiii
SisAzalea
pandai pulak Wira kali ni
sebelum2 ni terlalu baik sampai tak peka langsung.
SisAzalea
yes yes,lakukan Naina..berjuang lah utk mu & Wira
SisAzalea
jadi Naina sakit,jadi Wira pun sakit..aku takmau jd mereka...huhuhu
Rini Susianti
satukan wira dan naina, dalam pecahnya rumah tangga mereka wira tidak bersalah, tapi wira nya bodoh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!