Mengetahui suaminya telah menikah lagi dan mempunyai seorang anak dari perempuan lain, adalah sebuah kehancuran bagi Yumna yang sedang hamil. Namun, seolah takdir terus mengujinya, anak dalam kandungannya pun ikut pergi meninggalkannya.
Yumna hampir gila, hampir tidak punya lagi semangat hidup dan hampir mengakhiri hidupnya yang seolah tidak ada artinya.
Namun, Yumna sadar dia harus bangkit dan hidup tetap harus berjalan. Dia harus menunjukan jika dia bisa hidup lebih baik pada orang-orang yang menyakitinya. Hingga Yumna bertemu dengan pria bernama Davin yang menjadi atasannya, pria dengan sebutan sang cassanova. Yumna harus bersabar menghadapi bos yang seperti itu.
Davin, hanya seorang pria yang terlanjur nyaman dengan dunia malam. Dunia yang membuatnya tidak terikat, hanya menikmati semalam dan bayar, lalu pergi tanpa keterikatan. Namun, setelah hadir Sekretaris baru yang cukup ketat karena perintah ayahnya, dia mulai memandang dunia dengan cara berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Seperti Citra Yang Beredar
Yumna kembali bekerja seperti biasa saat sampai di Kantor. Sakit di kakinya sudah cukup membaik, meski saat berjalan masih sedikit pincang. Satu kejadian yang membuatnya merasa heran dengan sikap Davin. Ketika sudah sampai di Kantor dan kaki Yumna langsung di pasang perban, dia kembali lagi dengan membawakan flatshoes untuknya, karena yang awalnya Yumna menggunakan sepatu hak.
"Kakimu sedang sakit, jadi pakai ini"
Yumna cukup tertegun melihat sikap Davin yang ternyata tidak seburuk citra yang dia punya. Apalagi ketika dia berlutut di depan Yumna dan memasangkan flatshoes itu secara langsung di kakinya.
"Pak, saya bisa sendiri"
"Diamlah, kau memang jadi perempuan cerewet sekali. Pantas saja masih jomblo"
Yumna cemberut dengan tatapan kesal pada Davin. "Lagi pula, saya tidak ingin mencintai siapapun selain diri saya sendiri. Karena mencintai diri sendiri lebih penting. Cinta hanya membuat kita bodoh dan mengorbankan diri sendiri demi kebahagiaan orang yang kita cintai. Jadi, lebih baik hidup tanpa cinta"
Davin mendongak, menatap Yumna dengan heran. Jawaban gadis ini benar-benar berbeda dari kebanyakan wanita yang inginkan cinta dalam hidupnya. Membuat Davin cukup penasaran kenapa Yumna bisa berpikir seperti itu.
"Aneh sekali, biasanya perempuan paling perasa dan ingin dicintai"
"Tidak dengan saya Pak"
Davin mengangkat bahu acuh, dia kembali berdiri setelah memasangkan flatshoes pada Yumna. Tatapan gadis itu memang sedikit berbeda dari biasanya ketika dia mengatakan tentang cinta.
"Hari ini jadwal saya kosong 'kan? Saya mau pergi berkumpul dengan teman-teman saya"
"Saya ikut Pak"
Daviin langsung menoleh, menatapnya dengan bingung. "Untuk apa kau ikut? Aku hanya kumpul dengan teman-temanku, bukan mau bermalam dengan wanita bayaran"
"Tapi setelah kumpul itu, bisa saja anda memesan wanita bayaran seperti semalam. Saya akan ikut pokoknya!"
Davin menggeleng pelan pada akhirnya, sudah tidak bisa menolak lagi jika sekretarisnya ini sudah memutuskan. Karena Yumna adalah tipe wanita keras kepala, dan itu memang sama sekali dengannya. Jika mereka berdebat, tidak akan ada yang mau mengalah.
"Terserah kau saja"
Akhirnya setelah jam kerja selesai, Yumna ikut bersama Davin untuk bertemu teman-temannya. Sebuah rumah minimalis bergaya eropa yang ada di depannya sekarang. Yumna sedikit aneh karena berpikir jika pertemuan ini diadakan di tempat sejenis Restoran atau tempat hiburan malam.
"Heran?" tanya Davin dengan alis terangkat menatap Yumna yang kebingungan. "Ini adalah tempat berkumpul aku dan teman-temanku. Kau pikir kami akan bertemu dimana? Klub? Haha.. Kau salah besar, Yumna"
Hal kedua yang membuat Yumna sedikit memandang Davin berbeda dari citra yang tersebar. Selain sisi perhatian dan pedulinya pada sesama, dia juga mempunyai tempat berkumpul dengan teman-temannya di tempat yang berbeda juga.
Jadi mereka berkumpul di sebuah rumah ya?
Semalam Yumna sudah mulai mencari tahu siapa saja teman-teman Davin yang memang dekat dengannya. Dan salah satunya adalah Bara dan Byan yang kemarin Yumna temui saat pertemuan perusahaan. Sesuai dugaan Yumna sebelumnya jika mereka memang teman, tapi interaksi keduanya saat kemarin benar-benar tidak seperti seorang teman pada umumnya.
Ada masalah apa diantara mereka sebenarnya?
Yumna mengikuti Davin dengan kaki yang sedikit terpincang-pincang. Kaget saat tiba-tiba tangannya di rangkul oleh Davin, pria itu membantu memapahnya.
"Sudah ku bilang, kau pulang saja dan istirahat. Maksa banget pengen ikut kesini"
"Karena saya harus mengawasi anda"
"Ck, kau benar-benar seperti pengasuh ya. 24 jam harus mengawasiku, berapa Papaku membayarmu? Aku juga bisa memberikan lebih asal kau tidak menuruti perintah Papaku lagi"
Yumna menggeleng dengan cepat dan penuh keyakinan. "Meski Pak Davin membayar lebih banyak, saya tetap tidak akan mengkhianati Pak Reno yang sudah lebih dulu mempekerjakan saya"
"Dasar gadis keras kepala!"
"Anda juga"
Davin sampai tidak dapat berkata-kata lagi dengan sekretarisnya satu ini. Karena Yumna termasuk yang paling berani melawannya dalam segala hal, termasuk setiap kata-katanya yang selalu membangkang Davin sebagai atasannya.
Baru kali ini aku merasa tidak ada harga dirinya sebagai Bos.
Mereka sampai di ruang tengah rumah ini, sudah ada banyak orang disana. Yumna meneliti satu-persatu, dan dia mengingat wajah-wajah mereka yang sudah dia cari tahu di internet semalam.
"Wow, bawa barang baru Dav?"
Bayu, seorang pengacara muda dan juga pemilik Restoran. Namun, sifatnya sama dengan Davin, suka dunia malam dan gonta-ganti pasangan.
"Diam kau! Dia sekretarisku, biasalah" ucap Davin yang membantu Yumna duduk di sofa. Lalu, dia juga ikut duduk di sampingnya.
"Ah, berapa kamu di bayar Om Reno? Aku juga bisa membayarmu lebih, asal kau jadi Sekretarisku saja" ucap Bayu dengan tatapan menggoda.
Yumna hanya menatapnya dengan dingin, tidak menjawab apapun. Karena dia malas meladeni orang seperti Bayu. Mata beralih menatap ke arah pria dingin yang duduk diam di sofa tunggal dengan sebuah buku dan kacamata baca yang dia pakai.
Andreas, pemilik rumah sakit besar. Yang ini aku tahu, cinta pertamanya Irena yang sampai sekarang tidak kunjung di dapatkan. Hah.. Malang sekali nasib temanku itu.
"Marvin, kau jadi menikah juga? Setelah lama tinggal di Luar, datang-datang langsung membawa kabar menikah" ucap Davin.
Marvin, pria yang baru dua bulan pulang dari Negaranya. Seorang pengusaha muda seperti Davin, Perusahaannya mempunyai cabang di dalam dan Luar Negeri.
Lalu, Yumna menatap seorang perempuan cantik yang duduk di samping Bara. Ketika sadar Yumna menatapnya, dia langsung tersenyum dan sedikit mengangguk. Yumna pun melakukan hal yang sama.
Dia siapa? Kenapa aku tidak tahu di geng para pria kaya ini ada perempuan juga.
"Em, aku membawa makanan untuk kalian semua"
"Wah, terima kasih Shafa. Kau memang terbaik"
Shafa? Siapa dia? Aku tidak melihat artikel tentangnya. Saat Yumna masih bingung dengan hadirnya seorang perempuan di perkumpulan mereka, dia cukup tertegun saat tiba-tiba Shafa menghampirinya dan mengulurkan tangan padanya.
"Hai, aku Shafa. Adiknya Kak Davin, dan istrinya Mas Bara"
"Hah?" Sejenak Yumna benar-benar terkejut dengan pengungkapkan Shafa barusan. Lalu dia mengerjap pelan untuk menyadarkan diri dari keterkejutan. Menerima uluran tangan Shafa dengan senyuman. "Ah i-iya, aku Yumna. Sekretarisnya Pak Davin"
"Pak? Haha ... Dav, sekarang kau sudah setua itu ya. Sampai di panggil Bapak. Haha..."
"Diam kau!" Bantal sofa melayang mengenai wajah Bayu yang tertawa terpingkal.
Yumna hanya diam saja mengacuhkan itu, karena dia sudah nyaman dengan panggilan itu pada Davin. Daripada harus memanggilnya Tuan seperti yang lainnya.
"Yumna, boleh kita berteman?"
"Tidak usah! Dia bekerja denganku, jangan ganggu waktu kerjanya!" tegas Davin.
Yumna tertegun, dia langsung menatap pada Davin dengan bingung. Kenapa sikapnya begitu dingin dan kejam, padahal pada adiknya sendiri.
"Tentu saja, tidak ada yang bisa melarangku berteman dengan siapa saja" ucap Yumna dengan melirik Davin penuh tanda menyindir.
Davin hanya memasang wajah datar dan tatapan yang dingin. Membuat Yumna merasa benar-benar heran dengannya.
Sebenarnya ada masalah apa diantara mereka?
Bersambung