kanya adalah seorang Corporate Lawyer muda yang ambisinya setinggi gedung pencakar langit Jakarta. Di usianya yang ke-28, fokus hidupnya hanya satu, meskipun itu berarti mengorbankan setiap malam pribadinya.
Namun, rencananya yang sempurna hancur ketika ia bertemu adrian, seorang investor misterius dengan aura kekuasaan yang mematikan. Pertemuan singkat di lantai 45 sebuah fine dining di tengah senja Jakarta itu bukan sekadar perkenalan, melainkan sebuah tantangan dan janji berbahaya. Adrian tidak hanya menawarkan Pinot Noir dan keintiman yang membuat Kanya merasakan hasrat yang asing, tetapi juga sebuah permainan yang akan mengubah segalanya.
Kanya segera menyadari bahwa Adrian adalah musuh profesionalnya, investor licik di balik gugatan terbesar yang mengancam klien firman tempatnya bekerja.
Novel ini adalah kisah tentang perang di ruang sidang dan pertempuran di kamar tidur
Untuk memenangkan kasusnya, Kanya terpaksa masuk ke dunia abu-abu Adrian, menukar informasi rahasia de
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FTA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memanfaatkan Bukti
Jari-jari Kanya bergetar saat dia mencolokkan flash drive ke port laptopnya. Bukan karena takut ketahuan—ruang kerjanya di lantai 38 ini sudah sepi, hanya ditemani dengungan AC sentral dan lampu darurat Jakarta yang tersisa—tapi karena realisasi dari apa yang dia pegang. Ini bukan sekadar bukti. Ini adalah garis batas.
Adrian, dalam negosiasi berbahaya di Bab 10, telah memberikan ini sebagai tanda trust yang paling mematikan. Adrian menukar kelemahannya dengan kelemahan Kanya: ia tahu Kanya akan menggunakan bukti ini untuk menghancurkannya, tetapi dengan menggunakannya, Kanya secara resmi memasuki permainan kotor Adrian.
Jantung Kanya berdegup di telinganya. Dia menghela napas, menatap pantulan dirinya di layar laptop. Matanya lelah, tetapi ada kilatan yang asing, haus akan kemenangan. Ini bukan hanya tentang kasus Dharma Kencana lagi. Ini tentang membuktikan bahwa dia tidak akan pernah bisa dimanipulasi, bahkan oleh pria yang berhasil membuatnya kehilangan kendali diri.
Layar berkedip, menampilkan folder berlabel sandi: 4NGUARDL3GAC1. Kanya mengetik kata sandi yang dibisikkan Adrian—sebuah kombinasi tanggal yang sangat pribadi—dan seketika, matanya melebar. Di dalamnya, terhampar serangkaian memo internal, email, dan catatan transaksi yang menunjukkan The Vanguard Group—perusahaan Adrian—bukan hanya menggugat, tetapi telah merencanakan likuidasi aset Dharma Kencana jauh sebelum gugatan resmi diajukan. Ini adalah bukti konspirasi yang solid.
Bukti ini akan memenangkan kasus. Memenangkan kasus berarti karier Kanya meroket, mengalahkan Pak Bram yang selama ini menghambatnya, dan mengamankan posisinya sebagai pengacara yang tidak bisa diremehkan.
Namun, Kanya juga melihat satu file tersembunyi. Sebuah file word kecil di sudut, bernama K.doc.
Rasa bersalah dan dorongan untuk melanggar batas beradu dalam dirinya. Adrian telah memberinya senjata, tetapi dia juga meninggalkan pesan personal. Kanya tahu, membuka file itu berarti melangkahi garis personal yang lebih dalam. Dia mengklik dua kali.
K.doc
Aku tahu kau akan memenangkan arbitrase. Itulah mengapa aku memberimu ini. Kanya, kau pengacara yang hebat. Tapi kau terlalu fokus pada keadilan, sampai kau lupa, permainan ini bukan tentang keadilan. Ini tentang siapa yang paling cepat membaca kartu lawan.
Gunakan itu. Hancurkan kasusku. Tapi kau berutang padaku, bukan hanya petunjuk yang kau berikan, tapi satu malam—satu malam tanpa blazer, tanpa pulpen emas, dan tanpa force majeure. Kau tidak bisa lari dari janji yang kita buat di Bab 1. Aku akan menghubungimu besok.
—A.
Napas Kanya tercekat. Pesan itu hanya terdiri dari beberapa baris, namun dampaknya seolah menjatuhkannya dari lantai 45. Adrian tidak hanya memberinya memo internal. Dia memberinya instruksi, mengingatkannya pada hutang personal mereka, dan memanipulasi emosinya. Dia mengonfirmasi bahwa segala yang terjadi, bahkan kemenangannya, adalah bagian dari "permainan" Adrian.
"Bajingan licik," desis Kanya.
Dia menghapus air mata kemarahan yang tiba-tiba muncul. Dia harus menggunakan kemarahan ini. Dia menutup file K.doc, menghapusnya dari flash drive, dan mencabutnya dengan kasar. Pilihan sudah dibuat. Dia akan memenangkan kasus ini, tetapi dia akan melakukannya dengan cara yang akan membuat Adrian menyesali telah mengira dia bisa mengendalikan Kanya.
Keesokan paginya, Kanya muncul di ruang rapat Senior Partner dengan mata yang tajam dan dokumen di tangannya. Pak Bram, yang selalu memandang rendah dirinya, menyambutnya dengan tatapan skeptis.
"Kanya, Arbitrase Darurat hari ini harus dimenangkan. Kita tidak bisa membiarkan Vanguard Group melikuidasi aset klien kita. Apa rencana daruratmu, setelah kalah di mosi pembekuan kemarin?" tanya Pak Bram, nadanya merendahkan.
Kanya meletakkan flash drive itu di meja, mencolokkannya ke proyektor di hadapan semua Partner. "Rencana daruratnya adalah: kita tidak kalah, Pak Bram. Kita menang telak. Dan kemenangan ini bukan karena 'rencana darurat', tapi karena bukti konspirasi yang kita miliki."
Ruangan menjadi sunyi. Kanya membiarkan memo Adrian terpampang jelas di layar proyektor—sebuah timeline detail tentang niat jahat Vanguard Group.
"Ini... dari mana kau dapatkan ini?" tanya salah satu Partner senior, terkejut.
Kanya menjaga tatapannya tetap tenang, profesional, dan dingin. "Saya mendapatkannya dari sumber internal yang sangat terpercaya, yang muak melihat kebohongan Adrian."
Dia berbohong.
Dia tahu Adrian tidak akan pernah muak. Adrian menikmati kebohongan ini. Kanya sedang memainkan peran yang Adrian tulis untuknya. Tetapi kebohongan itu menyelamatkan kasusnya. Itu adalah titik balik di mana Kanya berhenti menjadi pengacara yang hanya berpegang pada etika, dan mulai menjadi pemain di dunia abu-abu.
"Kalau begitu, mari kita kirimkan ini ke meja arbitrase sekarang juga. Kita tidak punya waktu," ujar Pak Bram, kegembiraan samar terlihat di wajahnya—bukan kegembiraan atas keadilan, melainkan kegembiraan karena terhindar dari kerugian finansial.
Kanya menarik kembali flash drive itu. "Saya setuju, Pak. Tapi sebelum itu," Kanya menatap Pak Bram lurus, "Mengingat keberhasilan saya memperoleh bukti yang krusial ini—bukti yang akan menyelamatkan klien kita $5 juta—saya rasa ini adalah momen yang tepat untuk meminta ulasan promosi saya, sekarang juga."
Pak Bram terdiam, ekspresi wajahnya mengeras. Kanya telah menjebaknya. Dia tidak bisa menolak Kanya tanpa terlihat menghargai kerugian daripada kesuksesan. Kanya telah menggunakan bukti Adrian untuk menyerang Adrian, dan di saat yang sama, menyerang mentornya sendiri.
Kanya tersenyum tipis di dalam hati. Adrian mungkin sudah memperkirakan dia akan menggunakan bukti itu, tetapi dia tidak memperkirakan Kanya akan segera menggunakan kemenangan itu untuk ambisi pribadinya.
Kanya telah resmi memulai permainan ganda.
Bersambung...