NovelToon NovelToon
Aktivasi Hasrat

Aktivasi Hasrat

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Mengubah Takdir
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: Puput

Nadia Prameswari menjalani kehidupan yang sempurna dengan suaminya di mata publik. Namun sebenarnya, pernikahan itu hanya untuk kepentingan bisnis dan politik.
Nadia seorang wanita aseksual, membuat Arya selingkuh dengan adik tirinya.

Hal itu membuat Nadia bertekad memasang chip di otaknya untuk mengaktifkan hasrat yang selama ini tidak pernah dia rasakan.
Namun, apa yang terjadi setelah rasa itu aktif? Apa dia akan menjerat Arya atau justru terjerat pria lain?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8

"Ini rencana kamu?" tanya Arya pada Rissa. Mereka berbicara di lorong rumah sakit yang sepi.

Rissa hanya tersenyum penuh arti dan semakin mendekati Arya. "Kamu mau hubungan kita break jadi aku dan Mama bertindak cepat. Bagaimana kalau kita saja yang memberi Papa cucu pertama, pasti kita akan dapat segalanya."

Arya mengepalkan kedua tangannya. Dia terdiam dan berpikir beberapa saat. "Kita tidak mungkin punya anak. Kalau publik tahu aku punya hubungan gelap sama kamu, karir politikku bisa hancur."

"Jadi kamu lebih memilih mempunyai anak sama Kak Nadia? Kak Nadia tidak mungkin mau melakukan itu sama kamu. Bahkan Kak Arya sudah pernah memberinya obat pe rang sang tapi tetap tidak bereaksi apapun."

Arya masih terdiam. "Rissa, kamu sabar dulu. Kita pakai cara aman saja sampai masa kampanye dan pemilihan selesai. Masalah perusahaan keluarga kamu, kamu saja yang urus."

"Oke, aku akan berusaha mendapatkan semuanya. Papa pasti memihakku dan Mama pasti membantuku. Tapi kita akan tetap bersama kan?"

"Tentu saja." Satu tangan Arya memukul pelan pinggul Rissa. "Aku tidak mungkin meninggalkanmu. Tunggu suasana tidak memanas dulu, baru kita melakukannya lagi."

Rissa menoleh sekitar lalu mencium singkat bibir Arya.

Arya semakin menarik Rissa dan membawanya masuk ke dalam pintu tangga darurat. "Tidak terasa kalau cuma sebentar." Dia menahan pintu itu hingga tertutup lalu mencium bibir Rissa.

Ciuman itu sangat intens. Mereka saling berbalas dengan tangan Arya yang mengusap lembut sepanjang pinggang Rissa.

"Maaf, aku tadi meminta kamu untuk menjaga jarak. Tapi ternyata aku tidak bisa. Aku tidak mungkin melewatkan sehari saja tanpa kamu. Besok, kamu datang ke apartemenku ya," bisik Arya di dekat telinga Rissa.

Rissa menganggukkan kepalanya. Dia masih menatap Arya dengan satu tangan yang menyentuh milik Arya yang sudah menegang. "Kamu sangat hyper, bagaimana bisa kamu menikah dengan wanita aseksual."

"Untung ada adiknya yang bisa memuaskanku. Aku pulang dulu karena sekarang waktunya tidak tepat."

Rissa menganggukkan kepalanya. Dia keluar terlebih dulu dari pintu itu kemudian disusul oleh Arya. Mereka berdua berpisah.

Arya masuk ke dalam lift sambil menatap bayangannya sendiri di cermin.

"Sebenarnya, aku masih sangat penasaran dengan Nadia. Aku yakin, Nadia lebih sek si dari Rissa, tapi Nadia sama sekali tidak bisa disentuh. Sepertinya aku harus menjebaknya. Aku tidak bodoh. Apa yang Rissa dapatkan, tidak sebanding dengan apa yang dimiliki Nadia. Kalau aku berhasil punya anak dengan Nadia, aku pasti akan mendapatkan semuanya dan Nadia pasti juga tidak akan meninggalkanku."

***

"Bu Nadia, dewan direksi sudah menyetujui peralihan tanggung jawab yang akan dipegang Rissa," kata Niko sambil menunjukkan e-mail yang baru saja dia terima.

"Segera adakan meeting. Masalah ini harus segera dibahas."

Hanya satu jam setelah Nadia menerima laporan bahwa para direksi anak cabang perusahaan biotek—BioCore Production, yang bertanggung jawab atas lini produksi dari proyek pusat penelitian NeuroGene Industries telah mengajukan dukungan tertulis agar Rissa menjadi pelaksana tugas direktur sementara selama Pak Anas masih dirawat di rumah sakit.

Nadia yang ditemani Niko di belakangnya masuk ke salam ruang rapat itu. Dia duduk di duduk di kursi tengah dengan tatapan menusuk.

“Baik, kita mulai rapat dadakan hari ini. Saya ingin mendengar langsung alasan mengapa sebagian besar direksi anak cabang memutuskan untuk menunjuk Rissa sebagai pelaksana tugas direktur produksi BioCore. Apakah kalian sudah melupakan sistem? Atau kalian menganggap keputusan sepihak semacam ini pantas tanpa persetujuan dari saya selaku direktur utama pusat penelitian dan seluruh cabang perusahaan?”

Beberapa direksi hanya terdiam dan sebagian lagi berpura-pura membuka berkas di depannya. Di ujung meja, Rissa duduk tenang sambil menyimpan senyum kemenangannya.

“Ibu Nadia, kami melakukan ini bukan karena ingin mengabaikan struktur perusahaan. Tapi kondisi Pak Anas belum stabil, dan proyek Genomic Phase III harus segera dilanjutkan. Rissa menunjukkan kesiapan dan pemahaman yang baik terhadap laporan produksi. Kami menilai untuk sementara, dia mampu mengisi posisi itu sampai Pak Anas pulih.”

"Untuk sementara? Kalian sadar apa artinya menyerahkan tanggung jawab utama produksi kepada seseorang tanpa pengalaman lapangan dan hanya karena dia kebetulan anak dari keluarga pemilik saham mayoritas? Ini bukan proyek mainan! Bagaimana kalau ada kegagalan produksi. Lebih baik direktur produksi kita serahkan saja pada kepala divisi."

“Kak Nadia, aku menghormati semua kerja kerasmu untuk perusahaan ini. Tapi kalau tidak ada keputusan cepat, kita akan kehilangan dua kontrak produksi besar dari pihak luar. Aku hanya ingin menjaga kelangsungan proyek, bukan merebut posisi siapa pun.”

Nadia mengerutkan kening dan bibirnya tersenyum kaku. “Jaga kelangsungan proyek? Atau justru menjaga peluang untuk mengambil alih perusahaan selagi Papa masih sakit?”

Beberapa direksi langsung terkejut mendengar perkataan Nadia yang secara terang-terangan itu.

Rissa tersenyum kecil, tidak membalas langsung. “Aku rasa Kak Nadia terlalu sensitif hari ini,” katanya lembut. “Kalau pun aku ditunjuk, itu karena para direksi percaya. Aku tidak pernah memaksa siapa pun. Mereka tahu aku mampu, dan aku hanya ingin membantu.”

“Percaya?” Nadia mendengus, matanya menatap tajam ke sekeliling meja. “Percaya karena apa? Karena hasil kerja? Atau karena janji-janji yang disampaikan di balik layar?”

Tak ada yang berani menjawab.

“Kak, aku tahu kamu kecewa. Tapi keputusan sudah dibuat. Dan karena ini keputusan kolektif direksi BioCore, aku akan menghormatinya dan mulai bekerja besok. Aku pastikan semua laporan tetap disalurkan ke pusat penelitian dan pada Kak Nadia.”

Nadia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan emosinya. Kepalanya terasa sangat pusing, tapi di hadapan semua orang, dia harus menahan diri. Amarah hanya akan membuatnya terlihat lemah. Dia meremas bolpoin di tangannya hingga tutupnya hampir patah.

“Baik. Kalau itu keputusan kalian, silakan jalankan. Tapi aku akan meminta audit internal untuk memeriksa seluruh komunikasi dan transaksi BioCore selama sebulan terakhir.”

Rissa hanya tersenyum, matanya menatap lurus ke arah kakak tirinya itu. “Tentu saja, Kak. Silakan. Aku tak punya apa pun untuk disembunyikan.”

Rapat akhirnya ditutup. Seluruh direksi yang hadir sudah keluar dari ruang rapat itu, kecuali Rissa. Dia berjalan mendekati Nadia yang masih duduk di kursinya.

"Kak Nadia, selama Papa belum sembuh, aku yang akan mengambil alih. Kecuali kalau Kak Nadia bisa memberi Papa cucu. Atau, bagaimana kalau aku saja yang memberi cucu pertama pada Papa. Bukan hanya BioCore Production yang aku dapat pasti juga perusahaan pusat karena buat apa Kak Nadia memiliki semuanya kalau tidak punya keturunan. Apa seluruh kekayaan Kak Nadia mau disumbangkan ke yayasan kalau Kak Nadia sudah mati nanti?"

Nadia memukul meja cukup keras. "Pergi! Sebelum aku gunakan kekerasan!"

Rissa hanya tersenyum penuh arti lalu keluar dari ruang rapat itu.

Nadia menekan pelipisnya yang terasa sangat pusing. "Aku tidak mungkin punya anak," guman Nadia. "Iya, masih ada yayasan anak yatim piatu yang bisa menampung semua kekayaanku."

Kemudian dia menoleh dan menatap Niko yang masih setia menemaninya sambil membereskan berkas yang berantakan di depan meja Nadia. "Apa kamu sudah memutuskannya? Kalau kamu sudah memberi izin prosedur itu mungkin aku bisa punya anak."

Seketika Niko menghentikan gerak tangannya. "Memutuskan? Saya ...."

1
Ila Lee
lanjut thor
Mar lina
semoga cerita selanjutnya
hottttt
di tunggu updatenya
Yenova Kudus
mantab niko .perjuanganmu semoga berhasil
dyah EkaPratiwi
wah gila nie niko
Mar lina
ajak hb aja
pasti Nadia luluh...
lanjut thor ceritanya
di tunggu updatenya
Hary Nengsih
lanjut
Yenova Kudus
perjuanganmu masih pnjng niko...
Bu Ros
semangatttt Thor...
Ila Lee
Nadia kata cinta sama Niko dalam hubungan harus ada rasa percaya antara satu sama lain swal2 sudah tidak percaya parah ni🤣🤣🤣
Hary Nengsih
lanjut
dyah EkaPratiwi
wah jangan sampai tergoda
Ila Lee
Nadia dulu kau yg mahu tapi sekarang menolak 🤣🤣🤣🤣
Ila Lee
Niko bisa bicara dengan Nadia baik dia pasti lebih percaya kamu dari Arya orang kalau lagi jatuh cinta Semua indah apa lagi sudah berbagi peluh
Ila Lee
Niko lain kali jgn pelan2 nanti Arya ayg kasi thu Nadia siapa kamu yg sebenar nya anak dari drator rumah sakit terbesar wah pparpapa
parah ni
Ila Lee
main kuda kudaan lh ingat kamu ajer bisa main sama rissa Nadia juga dong🤣🤣🤣🤣
Yenova Kudus
yg sabar nadia...jgn lepaskan niko
Hary Nengsih
lanjut
dyah EkaPratiwi
Nadia pasti salah paham
dyah EkaPratiwi
wah wah ketemu papa ini Niko
dyah EkaPratiwi
hahaha curiga ini arya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!