Seorang Aktor papan atas berusia 30 tahun. karirnya benar-benar sempurna dalam dunia entertainment. Ketampanan dan ketenarannya juga selalu dia manfaatkan dengan menjalin hubungan bersama banyak wanita.
Hubungan seksual jangan ditanya lagi. Dirgayantara yang memang seorang pemain. Tidak jarang dia menciptakan skandal huru-hara. Tetapi namanya tetap baik karena bantuan manajernya Valery Anastasya yang selama ini berada di sampingnya yang selalu mengurus pekerjaan Dirga.
Hubungan mereka bisa dikatakan tidak cukup baik. Valery banyak mengurus artis-artis, tetapi sikapnya sedikit berbeda kepada Dirga. Dirga merupakan anak dari pendiri perusahaan entertainment yang dinaungi Valery. Seharusnya sikap Valery harus jauh lebih baik kepada Dirga tetapi nyatanya berbanding terbalik yang mereka berdua kerap kali bertengkar.
Sampai akhirnya keduanya terjerat jalinan terlarang yang seharusnya profesional menjadi penuh drama.
Bagaimana kelanjutan tentang hubungan aktris dengan manajer tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6 Penolakan Keras.
Dirga sekarang sudah berada di ruangan hampir sama dengan Valery.
"Kau menyuruhku untuk syuting film itu?" tanya Dirga, ketika mengetahui apa maksud Valery menemuinya.
"Bukan aku yang memintanya. Tetapi Tante Thalia," jawab Valery.
"Valery tidak semua pekerjaan harus aku terima dan apalagi syuting film itu. Apa kau ingin membunuhku hah!" ucap Dirga.
"Aku sudah mengatakan, bukan aku yang memintanya. Aku sudah membaca skenarionya dan bahkan aku sudah memikirkan siapa yang akan memainkan peran ini dan bukan kamu, tetapi siapa sangka jika Tante Thalia memintaku untuk kamu memainkan peran ini," jelas Valery.
"Kalau begitu katakan kepadanya aku tidak mau!" tegas Dirga yang menolak secara mentah-mentah.
"Aku juga sudah mengatakan," jawab Dirga.
"Katakan lagi padanya. Karena aku tidak akan mengambil film itu. Lagi pula apakah tidak melihat pekerjaanku masih banyak, apa kau ingin membuatku mati berdiri," ucap Dirga membuat Valery terdiam.
"Jangan mentang-mentang membenciku dan kau dengan seenaknya memperlakukanku seperti ini yang perlahan membunuh," ucap Dirga dengan kesal.
Tidak ada lagi yang dikatakan Valery. Dia awalnya memang mengetahui bahwa Dirga akan menolak film tersebut karena banyak pertimbangan yang tidak disukai Dirga.
Dirga bukan orang sembarangan menerima tawaran dan begitu juga dengan Valery yang selalu mempertimbangkan aktrisnya dalam bermain peran.
*****
"Bagaimana mungkin Mama menyuruhku mengambil film itu hah!" Dirga pulang ke rumahnya dan terlihat marah-marah pada Thalia.
"Aku baru saja selesai cedera dan Mama bisa-bisanya menyuruhku bermain film action, belum lagi orang yang ikut main dalam film itu juga memiliki masalah denganku," ucap Dirga.
Dirga memang terlibat kesalahpahaman dengan salah satu faktor yang ternyata dipilih untuk bermain dengan film tersebut. Dirga sudah pasti tidak nyaman jika lingkungan pekerjaannya sudah memiliki masalah.
"Mama tidak memberi kesempatan kepada orang lain, kamu masih dianggap sebagai anak Mama dan kesempatan ini untuk kamu!" tega Thalia.
"Tetapi tetap saja aku tidak ingin film ini," ucap Dirga langsung menolak mentah-mentah membuat Dirga langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Tidak Dirga! Kamu tidak akan bisa menolak. Apapun alasannya kamu akan mengambil film ini," Gumam Thalia yang tidak akan pernah menerima penolakan dari putranya.
******
Valery baru saja sampai kerumahnya. Valery membuka pintu rumah tersebut, seperti biasa Karena dia hanya tinggal sendiri dan ibunya berada di rumah sakit yang membuat rumah itu jika sudah malam pasti akan gelap.
"Tak!" Valery menghidupkan saklar lampu. Namun tiba-tiba saja dia kaget saat melihat seorang pria duduk di sofa ruang tamu.
"Papa!" ucap Valery tanpa begitu ketakutan saat melihat pria yang terlihat berantakan itu, gondrong dan pakaiannya juga tidak beda.
"Kenapa Papa bisa ada di sini?" tanya Valery begitu sangat takut.
"Anak durhaka, mentang-mentang sekarang kau sudah kaya dan kau lupa jika ini sudah waktunya aku keluar dari penjara. Kenapa? Kau pikir aku akan mati di penjara?" tanya pria tersebut sudah berdiri dari tempat duduknya membuat Valery takut dan keluar dari rumah tersebut tangannya tiba-tiba saja ditarik.
"Pa, lepas!" Valery memberontak, wajahnya yang biasanya ketus dan tidak ada yang berani dengannya dan sekarang dia terlihat begitu ketakutan bahkan sampai keringat dingin.
"Valery aku adalah ayahmu dan mengapa aku seperti orang ketakutan seperti itu saat melihatku hah! Apa kau takut jika aku membunuhmu saat ini juga, Aku memang mantan narapidana, tetapi tidak mungkin juga aku membunuh putriku yang cantik ini," ucap pria itu benar-benar sangat menyeramkan bukan hanya dari wajahnya saja tetapi nada bicaranya juga membuat Valery ketakutan.
"Jangan ganggu Valery dan juga Mama. Pergilah dari sini dan jangan kembali lagi!" tegas Valery mengusir laki-laki tersebut.
"Kenapa aku harus pergi hah! Apa aku tidak boleh bersenang-senang setelah keluar dari penjara, tidur di tempat yang enak, di kasur yang empuk seperti kasur di kamarmu, makan yang enak dengan banyaknya makanan di dalam kulkas kamu. Apa aku tidak boleh menikmati hasil kerja putriku?" tanya pria itu.
"Baiklah! jika Papa memang ingin tinggal di sini. Maka tinggallah di sini. Tetapi mohon untuk keluar selama 1 jam. Valery akan menyiapkan barang-barang sebentar dan Papa bisa tinggal di sini Valery yang akan keluar," ucapnya dengan suara bergetar.
"Valery mengapa kamu takut dengan ayah kandungmu sendiri sampai kau tidak ingin tinggal satu rumah denganku, bukankah kita adalah keluarga Cemara," ucap pria bernama Anton itu yang membuat Valery tidak berbicara apapun.
"Tetapi aku tidak bisa memaksamu untuk tinggal denganku, apalagi jika ibumu masih berada di rumah sakit. Baiklah kemasi barang-barang dan pergilah dari sini!" ucap Anton yang melepaskan tangannya dari Valery.
Valery kemudian dengan cepat berjalan menuju kamarnya. Valery langsung menutup pintu kamarnya dengan menguncinya dan bahkan sampai mendorong meja di depan pintu kamar tersebut seakan-akan takut jika ada yang masuk secara tiba-tiba padahal sudah dikunci terlebih dahulu.
Valery dengan ketakutan yang langsung mengambil kopernya dan memasukkan pakaiannya sembarangan ke dalam koper itu. Entahlah apa yang membuatnya tidak mampu mengendalikan diri seperti itu. Nafasnya bahkan terdengar tidak stabil.
Setelah mengemasi seluruh barang-barangnya dan kemudian di langsung keluar buru-buruk dari kamarnya dan Anton masih berada di ruang tamu.
"Papa bisa tinggal disini dan nikmati udara bebas setelah bertahun-tahun berada di penjara," ucap Valery melangkah pergi.
"Tunggu!" Anton menghentikan membuat Valery melihat ke arah laki-laki tersebut.
"Meski tidur nyenyak di dalam rumah ini, bukankah makanan juga perlahan akan habis. Berikan aku uang!" Anton dengan tidak tahu dirinya menadahkan tangannya untuk meminta uang.
Valery tidak ingin mencari masalah dan langsung buru-buru mengeluarkan sejumlah uang dari tasnya. Uang tersebut masih berada di amplop berwarna putih dan mungkin saja uang itu merupakan Genji atau apapun itu yang dia dapatkan.
"Ambillah dan gunakan dengan baik, jangan terlalu berfoya-foya," ucap Valery.
"Siapa dirimu berani mengatur-atur," sahut Anton.
"Jangan pernah ganggu aku dan juga Mama!" ucap Valery yang langsung buru-buru keluar dari rumah tersebut sebelum dia mendapatkan masalah.
Anton sama sekali tidak peduli dengan putrinya dan merasa melihat uang yang baru saja dia terima dan ternyata jumlahnya begitu banyak
Karena keluar dari rumah yang dia beli hasil kerjanya sendiri. Valery tidak mendapatkan tempat tinggal yang membuatnya langsung pergi ke basecamp tempat dia, Jensen dan juga Dirga.
Valery langsung duduk di kota dengan menyibak rambutnya ke belakang membuatnya beberapa kali membuang nafas perlahan ke depan.
"Kenapa harus keluar dari penjara?"
"Bagaimana jika Papa mengganggu dan juga Mama?" batin Valery yang terlihat begitu ketakutan.
Valery mencoba menenangkan diri dengan menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan.
Valery melihat di sekitarnya, rumah tersebut memang sepi. Mungkin saja Jensen sedang tidur di apartemen Dirga atau juga di tempat lain dan sementara Dirga jangan tanya dia memang selalu entah kemana.
Valery berjalan menuju pintu dan langsung menutup pintu, saking ketakutannya membuatnya bahkan hampir lupa menutup pintu.
"Sebaiknya aku istirahat di sini saja," gumam Valery memang tidak memiliki tempat menurutmu tempat itu adalah yang ternyaman.
Bersambung....