“Mama, dadan Luci atit, nda bita tatan ladi. Luci nda tuat..."
"Luci alus tatan, nda ucah bitala dulu. Abang Lui nda tuat liat Luci nanis,” mohon Rhui berusaha menenangkan adik kembarnya yang tengah melawan penyakit mematikan.
_____
Terasingkan dari keluarganya, Azayrea Jane terpaksa menghadapi takdir yang pahit. Ia harus menikah dengan Azelio Sayersz, pimpinan Liu Tech, untuk menggantikan posisi sepupunya, Emira, yang sedang koma. Meski telah mencintai Azelio selama 15 tahun, Rea sadar bahwa hati pria itu sepenuhnya milik Emira.
Setelah menanggung penderitaan batin selama bertahun-tahun, Rea memutuskan untuk pergi. Ia menata kembali hidupnya dan menemukan kebahagiaan dalam kehadiran dua anaknya, Ruchia dan Rhui. Sayangnya, kebahagiaan itu runtuh saat Ruchia didiagnosis leukemia akut. Keterbatasan fisik Rhui membuatnya tidak bisa menjadi pendonor bagi adiknya. Dalam upaya terakhirnya, Rea kembali menemui pria yang pernah mencampakkannya lima tahun lalu, Azelio Sayersz. Namun, Azelio kini lebih dingin dari sebelumnya.
"Aku akan melakukan apa pun agar putriku selamat," pinta Rea, dengan hati yang hancur.
"Berikan jantungmu, dan aku akan menyelamatkannya.”
Dalam dilema yang mengiris jiwa, Azayrea harus membuat pilihan terberat: mengorbankan hidupnya untuk putrinya, atau kehilangan satu-satunya alasan untuknya hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8. LAMPU HIJAU
Tok Tok Tok!
"Masuk!"
Seorang asisten berkacamata memasuki ruangan. Dengan hormat, ia menundukkan kepala di hadapan majikannya, Azelio Sayersz Raymond, yang duduk di singgasananya dengan penuh aura intimidasi.
"Tuan Muda, mobil sudah siap," lapornya.
Azelio, dengan rahang tegas dan tatapan tajam, menoleh perlahan. Ia menutup buku di tangannya, meletakkannya di meja, lalu berdiri dan melangkah tanpa ragu. Sebagai Presiden Direktur Liu Tech, ia sukses menaklukkan dunia teknologi. Azelio adalah putra sulung dari keluarga Sayersz sekaligus pimpinan Mafia. Namun, saat ini ia fokus pada perusahaan yang ia bangun sendiri lima tahun lalu. Urusan organisasi gelap telah ia serahkan kepada adik kembarnya.
Dengan wajah rupawan dan kecerdasannya, tak heran banyak wanita tergila-gila padanya. Namun, Azelio tak pernah tertarik. Pria berhati dingin itu telah menutup hatinya, hanya menyimpan satu nama di dalamnya.
Hari ini, ia berencana meninjau rancangan satelit baru dan menghadiri kompetisi tahunan perusahaannya. Ajang ini adalah cara mereka mencari talenta terbaik, terbuka untuk umum, bahkan musuh bisnis sekalipun.
"Azelio!"
Langkah Azelio terhenti saat Mama Azura, ibunya, datang menahan lengannya di depan pintu utama.
"Kamu mau ke mana?" tanya Mama Azura.
"Rapat, Ma," jawabnya datar.
"Zilo, sudah seminggu ini Rexan tidak mau sekolah. Apa kamu bisa membujuknya sebentar saja?" mohon Mama Azura, berharap putranya menunjukkan sedikit perhatian pada Rexan.
"Ma, aku sedang buru-buru," ucap Azelio sambil melihat jam di tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi.
"Zilo, sebentar saja, Nak. Siapa tahu Rexan mau pergi setelah kamu bujuk," pinta Mama Azura lagi.
"Maaf, Ma, suruh Jeremy saja." Azelio menolak, membuat Mama Azura menghentakkan kakinya kesal.
"Zilo, kamu Ayahnya Rexan! Bukan Jeremy!" suaranya meninggi, penuh kekecewaan. Namun, Azelio membuang muka, seolah tak peduli. Pria berhati dingin itu tetap melenggang pergi. Ia tak hanya dingin pada wanita lain, tetapi juga pada putranya sendiri.
Mama Azura menghela napas kasar.
"Pagi, Ma," sapa Jeremy yang baru datang, sudah rapi dan siap pergi. Ia duduk sejenak di sofa. Jeremy tak kalah tampan dari Azelio.
"Mau ke mana, Jem?" tanya Mama Azura.
"Bang Zilo menunjukku untuk ikut kompetisi. Aku akan buktikan aku bisa menciptakan alat sendiri. Aku pasti bisa melampaui dia, Ma!" ucap Jeremy penuh semangat sambil mengepalkan tangan.
"Tunggu dulu, Nak," Mama Azura menahan Jeremy.
"Ada titipan, Ma?" tebak Jeremy.
Wajah Mama Azura berubah sedih, membuat Jeremy khawatir. Jeremy berdiri dan meraih kedua tangan ibunya.
"Jangan sedih begitu. Jeremy akan terus cari menantu Mama sampai ketemu," ucapnya, mengerti kegelisahan sang ibu.
"Sudah lima tahun, tapi kita belum menemukan Rea. Mama takut dia sudah tiada di luar sana," lirih Mama Azura, menunduk, air mata menetes.
"Tidak, Ma. Rea pasti masih hidup. Mama harus tenang dan percaya pada Jeremy," hiburnya, mengusap lembut air mata ibunya.
"Seandainya saja kakakmu mau membantu kita. Pasti Rea sudah kembali dan menjadi ibu untuk Rexan. Tapi kakakmu…" ucap Mama Azura, tak sanggup melanjutkan.
Jeremy menarik ibunya ke dalam pelukan. Ia menggenggam jemarinya, merasakan kekesalan pada Azelio yang terus menumpuk.
"Mami…"
Mama Azura menoleh. Rexan berdiri di sana, memandangnya dengan mata polos.
"Kenapa turun, sayang?" tanya Mama Azura lembut. "Rexan mau sekolah?"
Bocah tampan berpiama Doraemon itu menggeleng. Mama Azura kembali menghela napas berat. Ia ingin memaksa, tetapi ia tak tega.
"Paman Jemy, mau pelgi mana?" tanya Rexan pada Jeremy.
"Mau kerja," jawab Jeremy sambil tersenyum.
"Toleh Lejan itut?"
Deg.
Mama Azura dan Jeremy terdiam. Rexan yang selalu introvert dan tidak mau keluar rumah, kini tiba-tiba memohon.
"Boleh saja, tapi apa Mami mengizinkan?" gumam Jeremy, menatap ibunya—penguasa di rumah itu.
"Mami, toleh?" Rexan memohon dengan mata bening yang menawan. Mama Azura tak tahan, luluh, dan akhirnya mengizinkan cucu kesayangannya pergi.
"Sangkyu, Mami."
Dada Mama Azura dan Jeremy bergetar melihat senyum indah yang merekah di wajah Rexan. Bocah yang selalu murung itu ternyata masih bisa tersenyum.
'Ya Tuhan, anak seimut ini harus lahir di keluarga di mana ayahnya tidak peduli,' batin Mama Azura, memeluk Rexan sebelum melepaskan cucunya. Ia tak lupa mengecup kening Rexan dengan penuh cinta.
Dua jam berlalu. Rea kini berada di stasiun kereta cepat, ditemani si kembar, pasangan lansia, dan Arzan. Kehadiran Arzan membuat Ruchia heran.
"Paman Talcan napa itut temali?" tanyanya, berdiri di sebelah Rhui yang juga kebingungan. Rea tidak terkejut, karena Arzan sudah menjelaskan alasannya.
"Paman lagi kabur dari rumah," bisik Arzan.
"Heh… napa tabul lumah?" tanya si kembar.
"Soalnya… Paman tidak mau dijodohkan," jawab Arzan, membuat Nenek Rita dan Kakek Romo tertawa kecil di belakang.
"Apa atina, Paman?" tanya mereka.
"Maksudnya, Paman Arzan belum siap menikah," jelas Rea, menggunakan kalimat yang lebih mudah.
"Heh… pelti Mama tama Papa ya? Talo ditu, belatti Paman nda tuka tama anak-anak pelti tita?" Rhui dan Ruchia menunjuk diri mereka sendiri.
"Bukan begitu. Paman justru ingin punya anak seperti kalian, tapi harus dengan wanita yang Paman cintai," tutur Arzan. Pagi-pagi seharusnya sarapan, kini ia harus berhadapan dengan pertanyaan bertubi-tubi dari si kembar.
"Apa lagi tuh tinta? Bita diminum?"
Rea menepuk jidatnya. Nenek Rita dan Kakek Romo hanya menahan tawa melihat tingkah menggemaskan si kembar.
"Sudah, jangan ganggu Paman Arzan. Sini kita foto bareng," ajak Rea. Setelah berfoto kenangan, mereka akan berpisah karena tujuan mereka berbeda.
Usai berfoto, si kembar melambaikan tangan pada Nenek Rita dan Kakek Romo yang pergi lebih dulu.
"Oh ya, kamu mau ke mana setelah ini, Rea?" tanya Arzan, berjalan di samping Rea dan si kembar.
"Mau ke rumah lama ibuku. Kamu sendiri mau ke mana?" tanya Rea, matanya tak lepas dari si kembar yang bisa menghilang kapan saja.
"Mungkin cari rumah sewa, tapi aku juga bingung," gumam Arzan, menggaruk tengkuknya.
"Kalau begitu… mau ikut pulang bersamaku?"
"Hah?"
Arzan menghentikan langkahnya, terkejut.
"Pulang bersamaku?"
Rea mengangguk dua kali, tersenyum. Arzan tersipu, merasa ini adalah tanda lampu hijau baginya.
srmoga saja fia mau, wlu pyn marah dan kesal pada kelakuan papa ny
tapi ingin menyelsmat kan putri ny darimaut
maka ny dia marsh sambil ngebrak meja 😁😁😁
songong juga nech si Ron2.
henti kan kegilaan mu Rhui, utk memberi pelajaran dan menghancue kan perusahaan ayah mu
jika bukan Luna dan Celina...
Emira hafis baik, dia tdk akan mauenikah dengan mu, katena ituenyakiti jati afik ny Rea.
paham kamu..
kokblom keliatan.
jarus kuat. pergi lah sejauh mungkin, dan utup indentitas mu, agar yak afa yg bisa menemu kan mu Rea.
biar kita lihat, sampai do mana sifat angkuh nu ny si Azeluo